Sukses

5 Agama yang Berpuasa Selain Islam, Begini Perbedaaan dan Maknanya

Keberadaan agama yang berpuasa selain Islam menunjukkan adanya kesamaan nilai-nilai spiritual dan kultural yang dijunjung tinggi oleh umat beragama.

Liputan6.com, Jakarta Dalam Islam, puasa di bulan Ramadan adalah salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan. Menahan diri dari makan dan minum yang dilakukan selama puasa diharapkan dapat melatih kesabaran, pengendalian diri, dan meningkatkan rasa syukur kepada Allah SWT.  

Tapi ternyata ada agama yang berpuasa selain Islam. Tujuannya pun mirip meskipun aturan dan waktu pelaksanaannya bisa berbeda. Salah satu tujuan utama puasa di berbagai agama adalah untuk melatih disiplin dan kesabaran. Walaupun pelaksanaannya mungkin berbeda, seperti waktu pelaksanaan, aturan makan dan minum, serta aktivitas yang diizinkan selama berpuasa, tetapi esensi dari puasa tetap sama, yaitu untuk memperkuat spiritualitas dan kepatuhan kepada ajaran agama.

Meskipun mungkin tidak sering dibahas secara luas dalam konteks agama-agama lain di Indonesia, keberadaan  agama yang berpuasa selain Islam menunjukkan adanya kesamaan nilai-nilai spiritual dan kultural yang dijunjung tinggi oleh umat beragama. Berikut ulasan lebih lanjut tentang agama yang berpuasa selain Islam, dirangkum Liputan6.com dari Berbagai sumber, Senin (18/3/2024).

2 dari 4 halaman

Puasa dalam Agama Buddha

Ibadah puasa dalam agama Buddha yang dikenal sebagai Uposatha, memiliki beberapa perbedaan dan aturan bergantung pada aliran Buddha yang diikuti, tetapi umumnya mengikuti perhitungan kalender Buddhis. Selama Uposatha, umat Buddha diperbolehkan untuk minum namun tidak diperkenankan makan. 

Ini berbeda dengan puasa dalam Islam di mana selama bulan Ramadan, umat Muslim dilarang untuk makan dan minum dari fajar hingga matahari terbenam. Dengan demikian, puasa dalam agama Buddha lebih fokus pada pengendalian konsumsi makanan daripada menahan diri dari makan dan minum sepenuhnya.

Selain itu, terdapat delapan aturan yang harus dipatuhi selama Uposatha yang dikenal sebagai uposatha-sila. Aturan-aturan ini meliputi larangan membunuh, mencuri, melakukan kegiatan seksual, berbohong, makan pada siang hari hingga dini hari, dan menonton hiburan atau menggunakan kosmetik, parfum, dan perhiasan. 

Selain Uposatha, terdapat juga jenis puasa lain yang dilakukan oleh umat Buddha, yaitu puasa vegetarian. Puasa ini melarang konsumsi makanan yang berasal dari produk hewani serta menghindari bawang-bawangan. Puasa vegetarian ini biasanya dilakukan pada tanggal 1 dan 15 berdasarkan kalender bulan.

Puasa dalam Agama Hindu

Ibadah puasa dalam agama Hindu yang disebut sebagai Upawasa dibagi menjadi dua kategori, yaitu puasa yang wajib dan puasa yang tidak wajib, masing-masing memiliki tujuan dan waktu pelaksanaan yang berbeda. Puasa yang termasuk dalam kategori wajib dalam agama Hindu meliputi beberapa jenis seperti Upawasa Siwa Ratri, puasa Nyepi, dan puasa untuk menembus dosa selama tiga hari, puasa tilem, dan puasa purnama. 

Selain puasa yang wajib, terdapat juga puasa yang tidak wajib dalam agama Hindu yang dapat dilakukan atas keinginan individu untuk mencapai tujuan spiritual tertentu. Puasa ini mungkin memiliki aturan yang lebih fleksibel dan dapat disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan individu yang melakukannya.

Melalui ibadah puasa, umat Hindu bertujuan untuk membersihkan diri secara spiritual, meningkatkan kesadaran diri, dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Puasa juga menjadi momen untuk mengendalikan nafsu dan memperkuat disiplin dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

3 dari 4 halaman

Puasa dalam Agama Katolik

Ibadah puasa dalam agama Katolik memiliki kekhasan dan tradisi yang diperlukan oleh umat Katolik sebagai bagian dari penghayatan spiritual mereka. Masa puasa pra-Paskah adalah salah satu momen penting dalam agama Katolik yang berlangsung selama 40 hari, dimulai dari hari Rabu Abu hingga Jumat Agung. Puasa dan berpantang merupakan praktik ibadah yang diwajibkan bagi umat Katolik dalam usia tertentu.

Berpuasa dalam agama Katolik berarti hanya diizinkan untuk makan satu kali kenyang dalam sehari selama masa puasa pra-Paskah. Hal ini diwajibkan bagi umat Katolik yang sudah berusia 18 tahun. Sementara itu, berpantang adalah menghindari diri dari melakukan hal-hal tertentu yang biasanya disukai, seperti makan daging, menggunakan garam, atau merokok. Berpantang ini diwajibkan bagi umat Katolik yang berusia 14 tahun ke atas.

Tujuan dari berpuasa dan berpantang dalam agama Katolik adalah untuk mendekatkan diri pada Tuhan serta menyatukan pengorbanan umat Katolik dengan pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib. Melalui pengalaman ini, umat Katolik diharapkan dapat memperdalam rasa penghormatan, pengorbanan, dan kesadaran akan kesalahan-kesalahan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

Masa puasa pra-Paskah dalam agama Katolik juga menjadi momen refleksi, pertobatan, dan penyesalan atas dosa-dosa yang dilakukan. Dengan menjalani puasa dan berpantang, umat Katolik diingatkan akan pentingnya ketaatan, pengendalian diri, dan pengorbanan sebagai bagian dari perjalanan rohani mereka.

4 dari 4 halaman

Puasa dalam Agama Yahudi

Ibadah puasa dalam agama Yahudi atau yang dikenal sebagai Ta'anit, memiliki peran pentin peningkatan spiritual umat Yahudi. Puasa dalam agama Yahudi dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu pada hari besar seperti Yom Kippur dan Tisha B'Av, serta pada hari kecil seperti puasa Esther dan puasa Gedhalia.

Selama masa puasa, umat Yahudi mengikuti aturan yang ketat, termasuk larangan makan dan minum, berhubungan seks, mengenakan sepatu kulit. Dalam kasus khusus seperti pada hari Yom Kippur, mereka juga tidak diperkenankan untuk menggosok gigi. 

Yom Kippur, yang merupakan Hari Penebusan atau Hari Raya Raja. Pada hari ini, umat Yahudi menjalankan puasa yang sangat ketat, di mana mereka tidak makan, minum, atau melakukan aktivitas sehari-hari lainnya. Ini merupakan momen refleksi, pertobatan, dan kesadaran atas dosa-dosa yang dilakukan serta upaya untuk mendekatkan diri pada Tuhan.

Puasa dalam agama Yahudi tidak boleh dilakukan pada hari Sabat kecuali pada Yom Kippur. Jika puasa jatuh pada hari Sabat, para Rabbi akan menetapkan hari pengganti untuk berpuasa. 

Puasa dalam Agama Konghucu

Ibadah puasa dalam kepercayaan Konghucu memiliki dua jenis utama, yaitu puasa rohani dan puasa jasmani. Puasa dalam kepercaaan Konghucu dipandang sebagai cara untuk mensucikan diri, melatih diri, menjaga perilaku, perkataan, dan memperkaya diri dengan cinta kasih. 

Puasa rohani dalam Konghucu melibatkan menjaga diri dari hal-hal yang dianggap asusila, sementara puasa jasmani biasanya dilakukan pada bulan Imlek.sedangkan, puasa jasmani dalam Konghucu dapat dilakukan dengan berpantang makan daging secara bertahap, dimulai dari sehari, dua hari, hingga dilakukan secara permanen.

Selama bulan Imlek, terdapat praktik puasa penuh yang dilakukan pada tanggal 8 bulan pertama Imlek. Selama puasa penuh ini, umat Konghucu berpantang makan dari pukul 05.30 hingga 22.00. Puasa ini dimulai dengan mandi keramas dan berakhir setelah melakukan sembahyang.

Melalui ibadah puasa, umat Konghucu bertujuan untuk membersihkan dan memurnikan diri, serta memperkuat kepatuhan pada nilai-nilai moral dan spiritual yang diajarkan dalam ajaran Konghucu. Puasa juga menjadi sarana untuk meningkatkan kesadaran diri, pengendalian diri, dan kecintaan terhadap sesama.