Liputan6.com, Jakarta Pernahkah kamu merasa sakit hati karena perkataan orang tua? Entah itu karena ucapan yang sengaja atau tidak sengaja dilontarkan, sakit hati yang datang dari orang tua bisa sangat menyakitkan. Meskipun orang tua adalah sosok yang seharusnya mendukung dan melindungi kita, tetapi kadang-kadang perkataan atau perbuatan mereka bisa menyakitkan hati.
Baca Juga
Advertisement
Sebagai anak, sakit hati karena perkataan orang tua tentu menjadi hal yang sulit untuk dihindari. Terlebih lagi, orang tua adalah sosok yang paling dekat dengan kita dan memiliki pengaruh yang kuat dalam kehidupan kita. Namun, penting untuk diingat bahwa perkataan dan perbuatan orang tua mungkin berasal dari kekhawatiran dan pengalaman mereka sendiri. Mereka mungkin tidak sepenuhnya menyadari, dampak yang bisa ditimbulkan oleh kata-kata atau tindakan mereka.
Selain itu, komunikasi yang buruk antara orang tua dan anak juga bisa menjadi penyebab sakit hati. Kadang-kadang, apa yang kita dengar dari orang tua bisa terasa tidak adil, tidak sopan, atau bahkan menghina. Namun, kita harus mampu melihat dari sudut pandang mereka. Bisa jadi mereka sedang mengalami kesulitan, atau stres dalam hidup yang akhirnya mempengaruhi cara mereka berbicara atau bertindak.
Untuk menghadapi sakit hati karena perkataan orang tua, penting untuk tetap tenang dan mencoba melihat dari sudut pandang yang berbeda. Bicarakanlah perasaanmu kepada mereka dengan lapang dada dan tanyakan mengapa mereka mengucapkan kata-kata atau melakukan perbuatan tersebut. Berikut ini cara mengatasi sakit hati karena perkataan orang tua yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (20/3/2024).
Sakit Hati Karena Perkataan Orang Tua Menurut Islam
Pengalaman sakit hati yang muncul akibat perkataan orang tua, sering kali membawa dampak yang mendalam dan membingungkan bagi anak-anak. Meskipun niat dan tujuan orang tua mungkin baik, interaksi tersebut kadang-kadang dapat menimbulkan luka emosional yang sulit disembuhkan. Rasanya seperti terperangkap dalam pusaran emosi yang tak kunjung berakhir, di mana membuat kita kadang-kadang terjebak dalam pikiran-pikiran menyedihkan dan membingungkan.
Dalam momen-momen seperti ini, seringkali kita merasa marah dan berkeinginan untuk membalas setiap perkataan yang menyakitkan dari orang tua, dengan kata-kata yang sama menyakitkannya. Namun, di tengah gejolak emosi tersebut, penting untuk diingat bahwa mengendalikan emosi adalah kunci utama. Dalam ajaran Islam, orang tua memiliki tanggung jawab untuk melindungi dan memberikan perlindungan kepada anak-anaknya. Namun demikian, anak-anak juga memiliki hak untuk dilindungi dan dijaga perasaannya oleh kedua orangtuanya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadis:
"Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Dari ibu, seorang anak mendapat tujuh puluh jenis kasih sayang. Setelah itu beliau bersabda, "Apakah kalian pernah melihat kasih sayang di luaran sana?" Para sahabat menjawab, "Tidak pernah." Maka beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah Ta'ala memberikan kepada hamba-Nya sebelas puluh jenis kasih sayang. Dia memberikan kepada kalian dua puluh sembilan kasih sayang di dunia, dan satu kasih sayang di antara dua puluh sembilan itu dia letakkan pada umat manusia. Itulah yang menjadikan seorang hamba menyayangi anaknya. Ada juga seorang laki-laki yang menyayangi kambingnya. Lalu kalian perhatikan, apakah di kambing itu ada rasa takut (khawatir) terhadap rahimnya. Padahal rahim itu punya rasa takut (khawatir) terhadap anaknya." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Hadis di atas menunjukkan bahwa kasih sayang orang tua kepada anak adalah sangat besar, namun sebaliknya, anak juga berhak mendapatkan perlindungan dan kasih sayang dari orang tua. Allah SWT juga telah memerintahkan dalam Al-Qur'an, surah Al-Israa' (17): 23:
وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
"Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapa. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia."
Ayat tersebut menggarisbawahi pentingnya berbuat baik kepada kedua orang tua, bahkan jika mereka mencapai usia tua dan lemah. Tidak hanya itu, kita juga dilarang mengeluarkan perkataan yang tidak sopan atau menyakitkan hati kepada mereka.
Advertisement
Cara Menghilangkan Rasa Sakit Hati Karena Orang Tua
Komunikasikan Perasaan dengan Jelas dan Terbuka
Mengomunikasikan perasaan langsung kepada orang tua merupakan langkah penting dalam membangun pemahaman dan mengurangi kesalahpahaman. Saat menyampaikan perasaan, penting untuk memilih kata-kata dengan bijaksana dan menghindari menuduh atau memperkeruh situasi. Jelaskan dengan jelas bagaimana perkataan tersebut menyakiti Anda, dengan menggambarkan perasaan yang muncul dan dampaknya terhadap kesejahteraan emosional Anda.
Jangan Menyendiri, Cari Dukungan dari Teman
Menghindari isolasi diri dan mencoba mendekatkan diri dengan teman atau orang-orang yang dipercayai dapat memberikan dukungan emosional yang sangat dibutuhkan. Melakukan kegiatan bersama atau sekadar berbicara dengan teman dapat membantu mengalihkan perhatian dari rasa sakit hati serta memberikan ruang bagi Anda untuk berbagi perasaan dan pengalaman.
Ungkapkan Melalui Tulisan untuk Memproses Perasaan
Selain menyampaikan langsung kepada orang tua, menulis juga bisa menjadi cara efektif untuk mengungkapkan dan mengelola perasaan yang dalam. Dalam tulisan, Anda dapat menuangkan segala pikiran dan emosi tanpa rasa takut akan penilaian atau interupsi. Hal ini memungkinkan Anda untuk lebih jelas memahami akar perasaan sakit hati dan mencari solusi atau pemahaman yang lebih mendalam.
Prioritaskan Kesehatan Tidur
Menjaga kesehatan tidur dengan tidur yang cukup yakni 7-9 jam per malam, sangat penting untuk kesejahteraan emosional dan fisik Anda. Tidur yang cukup dapat membantu memperbaiki mood, mengurangi stres, dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.
Belajar untuk Menerima dan Memaafkan
Proses menerima dan memaafkan membutuhkan waktu dan kesabaran. Berbicara dengan diri sendiri tentang pentingnya memaafkan dapat membantu Anda melepaskan beban emosional yang Anda rasakan. Ini juga merupakan langkah penting dalam membangun kedewasaan dan kebijaksanaan dalam menghadapi konflik dengan orang tua.
Bangun Kasih Sayang pada Diri Sendiri
Setelah mengalami sakit hati, mungkin Anda merasa rendah diri atau meragukan nilai diri Anda. Saat inilah waktu yang tepat untuk meningkatkan kasih sayang pada diri sendiri. Lakukan aktivitas yang membuat Anda merasa bahagia dan terhubung dengan diri sendiri, seperti menjaga kebersihan diri, berolahraga, mengekspresikan kreativitas, atau mengejar hobi baru. Jangan biarkan perkataan yang menyakitkan menghancurkan pandangan positif Anda tentang diri sendiri.
Pengaruh Ucapan Orang Tua Terhadap Tumbuh Kembang Anak
Setelah menerima kata-kata yang menyakitkan dari orang tua, respons anak dapat bervariasi, mulai dari menangis, merenung, hingga menunjukkan ketidakpedulian. Namun, penting untuk menyadari bahwa kata-kata negatif yang ditujukan kepada anak dapat memiliki dampak yang serius, bahkan meningkatkan risiko gejala depresi yang parah pada masa mendatang. Tidak hanya itu, anak-anak yang sering kali terpapar dengan perkataan kasar sejak usia dini, cenderung memiliki kecenderungan untuk tumbuh menjadi individu yang memiliki perilaku buruk. Mereka mungkin lebih rentan terhadap perilaku vandalisme, antisosial, dan agresif.
Banyak orang tua mungkin meyakini bahwa menggunakan kata-kata kasar adalah cara untuk mendisiplinkan anak atau sebagai bentuk perhatian dan kasih sayang. Namun, alasan di balik tindakan tersebut tidaklah membenarkan dampak negatifnya. Terlepas dari motif yang mulia, efek dari kata-kata kasar orang tua tidak akan berkurang. Selain konten yang disampaikan, cara pengucapannya yang keras juga dapat memberikan dampak negatif diantaranya:
1. Membentak anak, meskipun mungkin memberikan hasil yang tampaknya instan dengan membuatnya diam untuk sementara waktu, sebenarnya akan menimbulkan dampak negatif dalam jangka panjang. Pola didik seperti ini cenderung menciptakan lingkaran setan di mana perilaku anak semakin memburuk dari waktu ke waktu. Akibatnya, orang tua mungkin semakin sering merasa perlu menggunakan bentakan sebagai metode pengendalian. Ini adalah siklus yang tak berkesudahan, kecuali jika ada perubahan signifikan dalam pendekatan mendidik anak ketika mereka melakukan kesalahan.
2. Bentakan, kata-kata kasar, atau tindakan mendidik lainnya yang bersifat kasar dapat mempengaruhi perkembangan otak anak. Hal ini disebabkan oleh kemampuan otak manusia untuk memproses informasi negatif lebih cepat daripada informasi positif. Konsekuensinya, pola didik yang keras dapat mengubah jalur perkembangan otak anak, berpotensi memengaruhi fungsi kognitif dan emosional mereka dalam jangka panjang.
3. Kata-kata kasar dan bentakan dari orang tua tidak hanya menimbulkan perasaan sedih, takut dan sakit hati pada anak, tetapi juga dapat berkontribusi pada pengembangan masalah kesehatan mental, seperti depresi dan gangguan kecemasan. Gejala-gejala dari gangguan mental ini dapat menyebabkan perilaku negatif pada anak, seperti cenderung menyakiti diri sendiri, penyalahgunaan zat terlarang, atau terlibat dalam perilaku seksual yang berisiko tinggi.
4. Perlakuan kasar yang diterima selama masa anak-anak tidak hanya memengaruhi kesehatan mental, tetapi juga berdampak pada kesehatan fisik mereka. Stres yang timbul akibat kata-kata kasar atau bentakan dari orang tua dapat berujung pada masalah fisik seperti gangguan tidur, gangguan pencernaan, atau penurunan sistem kekebalan tubuh.
5. Anak-anak yang sering terpapar dengan kekerasan verbal cenderung memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami penyakit kronis pada masa dewasa, seperti radang sendi, migrain berat, atau masalah pada leher dan punggung. Dengan demikian, penting bagi orang tua untuk menyadari bahwa perlakuan kasar terhadap anak dapat memiliki dampak jangka panjang yang serius terhadap kesehatan mereka di masa depan.
Advertisement