Liputan6.com, Jakarta - Demensia pada lansia merupakan masalah kesehatan serius yang memengaruhi fungsi kognitif mereka. Menurut Kementerian Kesehatan RI, pencegahan demensia pada lansia adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Demensia pada lansia adalah penyakit yang muncul akibat penurunan fungsi kognitif pada lanjut usia, memengaruhi sekitar 5% populasi di atas 65 tahun, dan mencapai angka 20-40% pada mereka yang berusia di atas 85 tahun.
Pencegahan demensia pada lansia dapat dilakukan dengan langkah-langkah seperti aktif bergerak, menjaga pola makan sehat, melatih otak secara teratur, dan mengontrol kondisi kesehatan lainnya. Selain itu, memahami penyebab demensia pada lansia juga penting untuk mengambil langkah pencegahan yang tepat. Menurut Kemenkes RI, faktor-faktor yang berkontribusi pada penyebab demensia pada lansia termasuk genetika, usia, sejarah keluarga, dan kondisi kesehatan lainnya.
Melalui pemahaman yang lebih baik tentang penyebab demensia pada lansia dan upaya pencegahan yang tepat, diharapkan dapat mengurangi angka kejadian demensia pada lansia. Adanya pendekatan yang holistik dan komprehensif, diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup lansia dan mengurangi dampak buruk demensia pada individu dan masyarakat secara keseluruhan. Simak penjelasan lengkapnya.
Advertisement
Berikut Liputan6.com ulas pencegahan demensia pada lansia lengkap penyebabnya, Jumat (22/3/2024).
Pencegahan Demensia pada Lansia
Upaya pencegahan demensia pada lansia yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut merangkum dari laman website resmi Alzheimer Indonesia dan literatur kesehatan lainnya:
1. Aktif bergerak
Salah satu cara terbaik untuk mencegah demensia pada lansia adalah dengan berolahraga secara teratur. Aktivitas fisik dan olahraga membantu mengontrol tekanan darah, berat badan, serta mengurangi risiko diabetes tipe II dan beberapa bentuk kanker. Contohnya, lansia dapat melakukan jalan cepat, berenang, atau bersepeda secara teratur untuk menjaga kebugaran tubuh dan kesehatan otak mereka.
2. Menjaga pola makan sehat
Makan makanan rendah lemak dan tinggi serat, serta menghindari minuman beralkohol, adalah langkah penting dalam mencegah demensia. Diet yang seimbang dapat membantu menjaga kesehatan jantung dan otak. Sebagai contoh, lansia dapat mengonsumsi lebih banyak buah, sayuran, dan biji-bijian untuk mendapatkan nutrisi yang cukup dan meningkatkan kesehatan mereka.
3. Melatih otak
Merangsang otak dengan bermain teka-teki silang atau sudoku dapat membantu meningkatkan kemampuan memori dan mencegah demensia. Latihan otak yang teratur merupakan bagian penting dari upaya pencegahan demensia. Contoh praktiknya adalah dengan menghabiskan waktu luang untuk menyelesaikan teka-teki atau membaca buku-buku yang menantang pikiran.
4. Mencukupi waktu tidur dan istirahat
Tidur yang cukup dan berkualitas sangat penting untuk menjaga kesehatan otak dan mencegah demensia pada lansia. Selama tidur, otak melakukan proses regenerasi dan konsolidasi memori. Oleh karena itu, memastikan lansia mendapatkan tidur yang nyenyak setiap malam adalah langkah penting dalam upaya pencegahan demensia. Contoh praktiknya adalah dengan menciptakan lingkungan tidur yang nyaman dan tenang, serta menetapkan rutinitas tidur yang konsisten.
Â
Â
Â
Advertisement
5. Berkonsultasi ke dokter jika mengalami stres, depresi, atau gangguan kecemasan
Kesehatan mental yang baik juga merupakan faktor penting dalam pencegahan demensia pada lansia. Stres, depresi, atau gangguan kecemasan dapat berdampak negatif pada kesehatan otak dan meningkatkan risiko terkena demensia. Oleh karena itu, penting untuk mencari bantuan medis jika mengalami masalah kesehatan mental. Contoh praktiknya adalah dengan berkonsultasi ke psikolog atau psikiater untuk mendapatkan bantuan dan perawatan yang tepat.
6. Menjaga kesehatan mental dan sosial tetap aktif
Interaksi sosial dan aktivitas mental yang teratur dapat membantu menjaga kesehatan otak dan mencegah kemunduran kognitif pada lansia. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial, seperti klub atau kelompok komunitas, dapat membantu menjaga fungsi otak dan meningkatkan kualitas hidup. Contoh praktiknya adalah dengan bergabung dengan kelompok seni, klub buku, atau kursus bahasa untuk tetap terlibat secara sosial dan mental.
7. Mengontrol penyakit penyerta
Memiliki penyakit penyerta seperti diabetes, hipertensi, atau penyakit jantung dapat meningkatkan risiko terkena demensia pada lansia. Oleh karena itu, penting untuk mengontrol dan mengelola kondisi kesehatan yang mendasari dengan baik. Contoh praktiknya adalah dengan menjalani pengobatan yang diresepkan oleh dokter secara teratur, mengikuti diet yang sehat, dan menjaga gaya hidup aktif.
8. Meditasi
Meditasi adalah cara yang efektif untuk menjaga keseimbangan mental dan emosional, serta mencegah depresi yang dapat meningkatkan risiko demensia pada lansia. Meditasi membantu mengurangi stres, meningkatkan fokus, dan merangsang otak secara positif. Contoh praktiknya adalah dengan mengalokasikan waktu setiap hari untuk meditasi, baik itu dengan meditasi mindfulness, meditasi pernapasan, atau meditasi visualisasi.
9. Mengontrol tekanan darah, kadar gula darah, dan kolestrol secara berkala
Merokok, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, diabetes, dan obesitas dapat merusak pembuluh darah dan meningkatkan risiko terkena stroke atau serangan jantung, yang juga dapat berkontribusi terhadap perkembangan demensia pada lansia. Oleh karena itu, memantau dan mengontrol kondisi kesehatan secara teratur sangat penting. Contoh praktiknya adalah dengan menjalani pemeriksaan kesehatan rutin dan mengikuti anjuran dokter untuk mengelola kondisi kesehatan yang mendasarinya.
Penyebab Demensia pada Lansia
Selain pencegahan harus dilakukan, memahami penyebab demensia pada lansia juga tidak kalah penting. Ini penyebab demensia pada lansia merangkum dari Kemenkes RI:
1. Kerusakan sel-sel saraf di otak
Kerusakan sel-sel saraf di otak merupakan salah satu penyebab utama demensia pada lansia. Proses ini bisa terjadi karena berbagai faktor, termasuk peradangan kronis, penumpukan plak beta-amiloid, dan kerusakan mitokondria. Contohnya, penyakit Alzheimer menyebabkan kerusakan dan kematian sel-sel saraf di otak, khususnya di daerah yang bertanggung jawab atas fungsi kognitif dan memori.
2. Kerusakan otak akibat berkurangnya aliran darah di dalam pembuluh darah otak
Penurunan aliran darah ke otak dapat menyebabkan hipoksia atau kekurangan oksigen, yang dapat merusak sel-sel saraf. Ini bisa terjadi karena penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah, seperti yang terjadi pada stroke iskemik. Contohnya, seseorang yang menderita stroke iskemik dapat mengalami kerusakan otak yang menyebabkan gejala demensia, tergantung pada daerah otak yang terkena dampaknya.
3. Pertambahan usia dan peningkatan prevalensi penyakit tidak menular
Seiring bertambahnya usia, risiko terkena demensia juga meningkat. Ini karena proses penuaan alami menyebabkan perubahan struktural dan fungsional dalam otak. Selain itu, peningkatan prevalensi penyakit tidak menular seperti diabetes, obesitas, dan penyakit jantung juga dapat meningkatkan risiko demensia. Contohnya, seseorang yang memiliki diabetes atau obesitas memiliki risiko lebih tinggi terkena demensia dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki penyakit tersebut.
Â
Â
Advertisement
4. Sejarah keluarga, seperti riwayat Alzheimer dalam keluarga
Riwayat keluarga dengan penyakit demensia, terutama Alzheimer, juga dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengembangkan demensia. Meskipun faktor genetik dapat memainkan peran dalam hal ini, lingkungan dan gaya hidup juga dapat berkontribusi pada kemungkinan penularan penyakit tersebut di antara anggota keluarga. Contohnya, jika seseorang memiliki orang tua atau saudara kandung yang menderita Alzheimer, risiko mereka untuk mengalami kondisi tersebut meningkat secara signifikan.
5. Genetika, seperti adanya mutasi gen tertentu
Faktor genetika juga dapat memainkan peran dalam perkembangan demensia pada lansia. Beberapa mutasi gen tertentu, seperti pada gen APOE e4, telah dikaitkan dengan risiko meningkat untuk mengembangkan penyakit Alzheimer. Contohnya, seseorang yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit Alzheimer memiliki risiko genetik yang lebih tinggi untuk mengembangkan kondisi tersebut.
6. Lingkungan dan gaya hidup
Faktor lingkungan dan gaya hidup, seperti tingkat pendidikan, aktivitas sosial, pola makan, dan kebiasaan merokok, juga dapat mempengaruhi risiko terkena demensia pada lansia. Misalnya, seseorang yang memiliki gaya hidup sehat dengan pola makan seimbang, rutin berolahraga, dan terlibat dalam aktivitas sosial memiliki risiko lebih rendah terkena demensia dibandingkan dengan mereka yang memiliki gaya hidup tidak sehat.
7. Kondisi kesehatan lain, seperti diabetes, obesitas, dan hipertensi
Kondisi kesehatan lain seperti diabetes, obesitas, dan hipertensi dapat meningkatkan risiko terkena demensia pada lansia. Hal ini disebabkan oleh dampak negatif dari kondisi-kondisi tersebut terhadap pembuluh darah dan fungsi otak. Contohnya, hipertensi kronis dapat merusak pembuluh darah otak dan meningkatkan risiko terkena stroke, yang pada gilirannya dapat meningkatkan risiko demensia.
Â