Sukses

6 Cara Menghindari Belanja Impulsif agar Keuangan Tak Boncos, Kenali Penyebabnya

Cara menghindari belanja impulsif adalah dengan menentukan prioritas dan buat anggaran.

Liputan6.com, Jakarta Belanja impulsif adalah perilaku konsumtif yang dilakukan oleh banyak orang di era modern ini. Terkadang, kita merasa tergoda untuk membeli barang-barang yang sebenarnya tidak kita butuhkan, hanya karena melihat iklan yang menarik atau karena keinginan sesaat yang tidak terkendali. Akibatnya, keuangan kita sering menjadi amburadul dan menyebabkan stres.

Cara menghindari belanja impulsif yang bisa dilakukan adalah membuat daftar belanjaan yang jelas, sebelum pergi berbelanja. Dengan memiliki daftar yang terperinci, kita dapat menghindari godaan untuk membeli barang-barang yang sebenarnya tidak kita butuhkan.

Selain itu, kita juga perlu membuat anggaran belanja yang realistis. Dengan mengetahui berapa uang yang dapat kita keluarkan untuk belanja, kita bisa lebih bijak dalam mengatur keuangan kita dan menghindari godaan untuk berbelanja. Perlu disimak, bahwa cara menghindari belanja impulsif adalah belajar untuk menahan diri.

Ketika kita merasa tergoda untuk membeli sesuatu yang tidak perlu, kita harus bertanya pada diri sendiri apakah barang tersebut benar-benar diperlukan, atau hanya memenuhi keinginan sesaat. Cara menghindari belanja impulsif  juga perlu bersikap realistis dan objektif. Sebelum membeli barang, kita harus mempertimbangkan lagi, apakah barang tersebut benar-benar memberikan manfaat dan sebanding dengan harganya.

Berikut ini cara menghindari belanja impulsif yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (10/4/2024). 

2 dari 4 halaman

1. Membatasi akses belanja dan e-commerce

Belanja impulsif adalah perilaku konsumtif, di mana seseorang melakukan pembelian berdasarkan keinginan sesaat, tanpa memikirkan kebutuhan atau efek jangka panjang. Belanja impulsif dapat menjadi masalah bagi banyak orang, karena dapat mengganggu keuangan pribadi dan mengakibatkan konsekuensi negatif. Salah satu cara untuk menghindari belanja impulsif adalah dengan membatasi akses belanja dan e-commerce. Dalam era digital ini, kemudahan untuk melakukan pembelian online semakin besar dengan adanya aplikasi belanja dan situs web e-commerce. Oleh karena itu, penting untuk mengendalikan akses kita terhadap platform-platform tersebut.

2. Pertimbangkan kembali fungsi barang

Pertimbangkan kembali fungsi barang, adalah salah satu cara yang efektif untuk menghindari belanja impulsif. Banyak dari kita tergoda untuk membeli barang-barang baru hanya karena desainnya yang menarik, atau keinginan sesaat yang muncul. Namun, sebelum melakukan pembelian, penting untuk mempertimbangkan kembali fungsi sebenarnya dari barang tersebut. Sebelum membeli sesuatu, tanyakan pada diri sendiri apakah barang tersebut benar-benar diperlukan atau hanya ingin untuk memenuhi keinginan sesaat. Pertimbangkan apakah barang tersebut akan memberikan manfaat jangka panjang, atau hanya akan digunakan beberapa kali saja. Jika barang tersebut memiliki fungsi yang kira-kira serupa dengan barang yang sudah Anda miliki, maka mungkin tidak perlu untuk membelinya. Selain itu, pertimbangkan juga efek negatif yang dapat ditimbulkan dari pembelian impulsif. 

3. Alokasikan pendapatan ke tabungan dan investasi

Belanja impulsif merupakan perilaku konsumtif yang seringkali dilakukan oleh banyak orang. Perilaku ini dilakukan berdasarkan keinginan sesaat tanpa memikirkan konsekuensi jangka panjang. Terlebih lagi, dengan perkembangan teknologi dan adanya kemudahan dalam berbelanja online, semakin banyak orang yang tergoda untuk berbelanja secara impulsif. Namun, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghindari belanja impulsif. Salah satunya adalah dengan mengalokasikan pendapatan ke tabungan dan investasi. Dengan mengatur keuangan dengan baik, kita dapat memprioritaskan untuk menyisihkan sebagian pendapatan bulanan untuk ditabung atau diinvestasikan. Menyisihkan pendapatan bulanan untuk ditabung memiliki banyak manfaat.

4. Memahami batasan self-reward

Self-reward merupakan salah satu metode yang umum digunakan untuk memotivasi diri sendiri. Namun, jika tidak dikelola dengan baik, self-reward juga dapat menjadi pemicu perilaku konsumtif. Dalam konteks belanja impulsif, self-reward dapat menjadi alasan untuk membeli barang-barang yang sebenarnya tidak diperlukan. Untuk menghindari belanja impulsif berdasarkan self-reward, kita perlu mengenali dan memahami batasan self-reward yang sesuai dengan kondisi finansial dan kebutuhan kita. Pertama, kita perlu menentukan reward yang memang bermanfaat dan memberikan kepuasan jangka panjang seperti traveling atau investasi untuk masa depan. Hindari membeli barang-barang hanya untuk memenuhi keinginan sementara.

 

5. Membuat daftar dan anggaran belanja

Berkaitan dengan cara menghindari belanja impulsif, salah satu langkah yang sangat penting adalah membuat daftar dan anggaran belanja. Membuat daftar belanja akan membantu kita dalam mengorganisasi kebutuhan dan keinginan yang akan kita beli. Dengan begitu, kita dapat melihat dengan jelas apa yang benar-benar penting dan apa saja yang sebenarnya bisa ditunda atau dihindari. Pertama-tama, kita perlu menuliskan semua kebutuhan yang harus dibeli. Mulailah dari benda-benda yang sangat penting dan harus segera dibeli, seperti makanan, tagihan bulanan, atau kebutuhan rumah tangga yang mendesak. Setelah itu, baru kita mencantumkan keinginan non-esensial, seperti barang-barang mode atau barang-barang yang hanya ingin kita miliki. Setelah membuat daftar, langkah selanjutnya adalah membuat anggaran belanja. Pastikan jumlah anggaran yang ditentukan realistis dan masih dapat diakomodasi oleh pendapatan kita.

 

6. Memberi jeda dan mengecek ulang kebutuhan

Untuk menghindari belanja impulsif, ada beberapa langkah yang dapat diikuti, salah satunya adalah dengan memberi jeda dan mengecek ulang kebutuhan. Memberi jeda merupakan tindakan penting sebelum kita memutuskan untuk membeli suatu barang. Saat kita tergoda untuk membeli sesuatu, berilah waktu untuk berpikir dengan tenang. Jeda ini bisa berupa beberapa jam, hari, atau bahkan minggu. Tujuannya adalah untuk memberi waktu bagi diri sendiri untuk memikirkan kembali apakah barang tersebut benar-benar dibutuhkan atau hanya keinginan sesaat. Selama jeda tersebut, kita bisa mengecek ulang kebutuhan. Pertanyaan yang perlu diajukan adalah apakah barang tersebut merupakan kebutuhan yang mendesak atau hanya menjadi keinginan sesaat. 

3 dari 4 halaman

Apa itu Impulsive Buying?

Impulsive buying atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan belanja impulsif, adalah perilaku konsumtif yang didasarkan pada keinginan sesaat dan tanpa pemikiran panjang. Dalam belanja impulsif, seseorang cenderung membeli barang atau jasa yang tidak direncanakan sebelumnya, seringkali dipicu oleh rasa ingin memiliki instan atau dorongan emosional.

Salah satu alasan utamanya adalah adanya tekanan dari iklan dan media sosial, agar terus memperlihatkan produk-produk menarik dengan promo-promo menggiurkan. Tidak jarang, orang yang terjebak dalam belanja impulsif merasa penyesalan di kemudian hari, karena keputusan pembelian yang dibuat tanpa pemikiran panjang. Namun, tidak semua bentuk belanja impulsif selalu buruk. Terkadang, kita memang perlu memuaskan keinginan sejenak atau memberikan hadiah untuk diri sendiri sebagai bentuk self-rewarding. Namun, jika perilaku ini dilakukan secara berlebihan dan tanpa kontrol, dapat menyebabkan masalah finansial di masa depan.

Untuk menghindari belanja impulsif, ada beberapa tips yang bisa Anda coba. Pertama, buatlah anggaran belanja bulanan yang jelas dan tetap disiplin untuk mengikutinya. Kedua, jangan langsung membeli ketika melihat produk yang menarik, tetapi beri waktu 24 jam untuk memikirkannya secara matang. Terakhir, selalu evaluasi barang yang ingin Anda beli apakah memang sebenarnya dibutuhkan atau hanya ingin sesaat semata. 

4 dari 4 halaman

Penyebab Impulsive Buying

1. FOMO (Fear of Missing Out)

FOMO (Fear of Missing Out), atau dalam bahasa Indonesia disebut Takut Ketinggalan, adalah sebuah fenomena yang sering kali menjadi penyebab perilaku belanja impulsif. Dalam era digital seperti sekarang ini, terutama dengan keberadaan media sosial, seringkali kita melihat teman-teman atau influencer yang tengah menikmati gaya hidup yang menggiurkan. Hal ini bisa membuat kita merasa cemburu dan takut ketinggalan, sehingga kita tergoda untuk membeli barang atau mengikuti tren tersebut tanpa pikir panjang.

2. Ingin Mendapat Kebahagiaan

Belanja menjadi kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Namun, seringkali dalam keadaan tertentu, kita cenderung melakukan belanja impulsif. Belanja impulsif sering kali dipicu oleh keinginan sesaat yang tidak dipikirkan dengan matang. Berbelanja impulsif dapat merugikan keuangan pribadi, menyebabkan penumpukan barang yang tidak diperlukan, dan merusak keseimbangan keuangan. Banyak orang percaya bahwa membeli barang baru dapat memberikan kebahagiaan sesaat. Namun, seiring berjalannya waktu, kebahagiaan tersebut akan pudar dan akan muncul keinginan untuk membeli barang baru lagi.

 

3. Mudah Tergoda

Perilaku konsumtif yang terjebak dalam keinginan sesaat tanpa pikir panjang, dapat memiliki dampak negatif terhadap keuangan dan kesejahteraan kita. Namun, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghindari belanja impulsif, terutama bagi mereka yang mudah tergoda. Pertama, penting bagi kita untuk membuat daftar belanjaan yang spesifik sebelum berbelanja. Dengan membuat daftar belanja, kita dapat fokus pada barang-barang yang benar-benar kita butuhkan, bukan pada keinginan sesaat yang muncul di tengah-tengah perbelanjaan. Selain itu, mengatur anggaran belanja juga dapat membantu menghindari belanja impulsif. Dengan menentukan batas belanja yang sesuai dengan kondisi keuangan kita, kita dapat membatasi pengeluaran yang diluar kendali.

4. Ingin Sesuatu yang Baru

Perilaku konsumtif seperti belanja impulsif, bisa menjadi masalah serius dalam keuangan pribadi. Salah satu pemicu konsumtif yang umum adalah keinginan untuk memiliki sesuatu yang baru. Namun, ada beberapa cara yang dapat membantu Anda menghindari jebakan belanja impulsif yang baru ini. Pertama, evaluasi kebutuhan dan nilai-nilai Anda secara objektif sebelum membeli sesuatu. Tanyakan pada diri sendiri apakah barang tersebut benar-benar penting dan akan memberikan manfaat jangka panjang. Jika tidak, pertimbangkan untuk menunda atau bahkan mengabaikan keinginan Anda. Selain itu, hindari godaan untuk melihat-lihat atau berbelanja secara online. Ingatlah bahwa pengelolaan keuangan yang bijaksana, adalah kunci untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang dan menghindari berbelanja impulsif yang dapat merugikan diri sendiri.