Liputan6.com, Jakarta Autisme adalah gangguan perkembangan neurologis yang memengaruhi perilaku, interaksi sosial dan kemampuan berkomunikasi seseorang. Gangguan ini biasanya muncul pada usia dini dan dapat berlangsung seumur hidup. Autisme sering kali mempengaruhi cara seseorang berinteraksi dengan orang lain, memproses informasi sensorik, serta menghadapi perubahan dalam rutinitas sehari-hari.
Gejala autisme dapat bervariasi dari ringan hingga berat. Beberapa gejala yang umum terjadi pada penderita autisme adalah kesulitan dalam berbicara dan berkomunikasi, keterbatasan dalam bermain dan berinteraksi sosial, serta minat yang terbatas pada subjek atau kegiatan tertentu. Selain itu, penderita autisme juga dapat memiliki stimming behavior, yaitu gerakan berulang yang dilakukan secara terus-menerus.
Hingga saat ini, penyebab autisme belum diketahui secara pasti. Namun, beberapa faktor yang dapat memengaruhi perkembangan autisme meliputi faktor genetik, ketidakseimbangan kimia dalam otak, serta paparan zat beracun pada saat kehamilan. Meskipun begitu, belum ada obat yang bisa menyembuhkan autisme. Pengobatan yang tersedia saat ini bersifat mendukung, serta membantu meningkatkan kemampuan individu dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
Advertisement
Untuk mendukung perkembangan penderita autisme, penting bagi mereka untuk mendapatkan pendidikan dan terapi yang tepat. Berikut ini ciri-ciri dan penanganan autisme yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (12/3/2024).Â
Apa itu Autisme dan Ciri-Cirinya
Autisme adalah gangguan perkembangan neurologis yang memengaruhi perilaku, interaksi sosial dan kemampuan berkomunikasi seseorang. Gangguan ini umumnya mulai muncul pada anak-anak sebelum usia tiga tahun, dan dapat berlangsung sepanjang masa. Anak dengan autisme mungkin menunjukkan ketidakmampuan dalam berkomunikasi secara verbal maupun non-verbal, sulit dalam berinteraksi sosial, serta menghadapi keterbatasan dalam pemahaman dan penafsiran informasi. Mereka juga rentan mengalami ketidakteraturan dalam pola bermain dan kecenderungan pada rutinitas yang kaku.
Kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang kondisi ini, telah menyebabkan stigma negatif terhadap orang-orang dengan autisme. Namun, pengetahuan tentang autisme semakin meningkat dan intervensi yang tepat, dapat membantu anak dengan autisme mendapatkan kemajuan dalam berkomunikasi, belajar dan mencapai potensi mereka yang penuh. Melakukan identifikasi dini pada anak dengan autisme, akan membantu dalam memberikan intervensi yang tepat sejak usia dini. Berikut adalah beberapa ciri-ciri anak dengan autisme yang perlu diperhatikan:
1. Anak dengan autisme mungkin mengalami hambatan dalam berbicara dan mengungkapkan diri. Mereka mungkin memiliki keterlambatan dalam berbicara atau mengulang kata-kata yang mereka dengar.
2. Anak dengan autisme sering kali mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain. Mereka mungkin enggan bermain atau berbicara dengan teman sebaya, dan kesulitan memahami ekspresi wajah atau bahasa tubuh.
3. Anak dengan autisme cenderung memiliki minat yang sangat spesifik dan terbatas. Mereka mungkin hanya tertarik pada satu jenis mainan atau kegiatan yang terus-menerus dilakukan.
4. Anak dengan autisme cenderung memiliki rutinitas yang kuat. Perubahan rutinitas atau lingkungan yang tidak terduga, dapat menyebabkan stres dan gangguan pada anak ini.
5. Anak dengan autisme mungkin memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap suara, cahaya, atau sentuhan. Mereka mungkin terganggu atau overstimulasi oleh rangsangan ini.
Mengenal ciri-ciri anak dengan autisme, dapat membantu dalam mendeteksi gangguan ini secara dini dan memberikan intervensi yang tepat. Perhatikan gejala-gejala ini dan segera berkonsultasi dengan ahli, jika Anda mencurigai anak Anda memiliki autisme.
Â
Advertisement
Penanganan Autisme
Penanganan autisme adalah proses jangka panjang yang membutuhkan kerjasama antara keluarga, tenaga medis, dan masyarakat secara keseluruhan. Dengan penanganan yang tepat dan dukungan yang memadai, individu autistik dapat hidup dengan produktif dan mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. Beberapa diantaranya:Â
1. Terapi perilaku dan komunikasi
Terapi perilaku dan komunikasi menjadi salah satu metode penting, dalam mengelola dan membantu individu dengan autisme, untuk mengembangkan keterampilan sosial dan komunikasi mereka. Terapi perilaku berfokus pada menciptakan perubahan positif, dalam perilaku individu dengan autisme melalui pendekatan yang terstruktur dan terarah. Metode terapi ini mencakup pemberian penguatan positif, yang dapat berupa pujian, hadiah, atau pengakuan untuk perilaku yang diinginkan. Selain itu, terapi perilaku juga dapat melibatkan latihan dan permainan yang dirancang khusus, untuk mengembangkan keterampilan sosial dan komunikasi mereka.
Pada sisi lain, terapi komunikasi bertujuan untuk membantu individu dengan autisme dalam mengembangkan kemampuan berkomunikasi mereka. Terapi ini dapat melibatkan penggunaan visualisasi, seperti gambar atau papan komunikasi, yang membantu individu mengungkapkan kebutuhan dan keinginan mereka. Selain itu, terapi komunikasi juga melibatkan interaksi sosial yang didukung oleh terapis untuk mengembangkan keterampilan berbicara, mendengar, dan memahami percakapan. Terapi perilaku dan komunikasi merupakan pendekatan yang efektif, dalam membantu individu dengan autisme mengatasi tantangan dan mengembangkan keterampilan sosial, serta komunikasi secara positif.Â
2. Terapi keluarga
Terapi keluarga merupakan salah satu pendekatan yang efektif dalam mengelola autisme. Terapi ini dilakukan dengan melibatkan seluruh anggota keluarga, untuk memahami gangguan ini dan membantu anak dengan autisme mengembangkan kemampuan sosial dan komunikasi mereka. Dalam terapi keluarga, anggota keluarga akan diberikan pemahaman mendalam tentang autisme. Mereka akan belajar tentang karakteristik dan gejala-gejala autisme, serta teknik-teknik yang diperlukan untuk berinteraksi dengan anak mereka yang memiliki autisme.
Sebagai contoh, dalam terapi keluarga, orangtua akan diajarkan cara berkomunikasi yang efektif dengan anak mereka yang memiliki autisme. Mereka dapat menggunakan visual aid seperti gambar atau kartu-kartu kata, untuk membantu anak mengungkapkan keinginannya atau perasaannya. Orangtua juga akan diberikan strategi dalam mengelola perilaku anak dengan autisme, seperti menggunakan penguatan positif dan menghindari situasi yang dapat memicu perilaku yang tidak diinginkan. Terapi keluarga juga memberikan dukungan dan pemahaman emosional kepada orangtua. Orangtua yang memiliki anak dengan autisme seringkali merasa cemas, stres dan kesepian. Dalam terapi keluarga, mereka dapat berkonsultasi dengan profesional dan berbagi pengalaman dengan orangtua lain yang memiliki situasi serupa.
3. Pemberian obat-obatan
Pemberian obat-obatan pada anak dengan autisme, merupakan salah satu metode pengobatan yang umum dilakukan. Pengobatan ini bertujuan untuk mengurangi gejala-gejala yang dihadapi oleh anak dengan autisme, seperti gangguan perilaku, kecemasan, atau hiperaktif. Beberapa obat-obatan yang sering digunakan untuk mengobati autisme adalah antipsikotik, stimulan, antidepresan dan obat penenang. Antipsikotik digunakan untuk mengurangi perilaku agresif atau impulsif, serta mengontrol gejala psikotik yang mungkin muncul pada anak dengan autisme. Stimulan digunakan untuk mengurangi hiperaktif dan meningkatkan fokus anak.
Antidepresan sering direkomendasikan jika anak dengan autisme mengalami depresi atau kecemasan. Sementara itu, obat penenang diberikan kepada anak yang mengalami kecemasan yang berlebihan atau sulit tidur. Pemberian obat-obatan pada anak dengan autisme harus dilakukan dengan pengawasan yang ketat oleh dokter. Setiap obat memiliki efek samping tertentu, dan respons terhadap obat dapat berbeda-beda pada setiap individu. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk berkonsultasi dengan dokter anak atau psikiater untuk menentukan jenis obat yang sesuai dan dosis yang tepat untuk anaknya.
Â
Cara Mencegah Autisme
Autisme adalah gangguan perkembangan neurologis yang memengaruhi perilaku, interaksi sosial dan kemampuan berkomunikasi seseorang. Meskipun penyebab pasti autisme masih belum diketahui, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegahnya.
1. Melakukan perawatan kehamilan rutin
Melakukan perawatan kehamilan rutin merupakan langkah penting yang harus dilakukan oleh ibu hamil, untuk menjaga kesehatan dan perkembangan janin yang ada di dalam rahim. Perawatan kehamilan rutin meliputi kunjungan rutin ke dokter kandungan, pemeriksaan kesehatan, serta melakukan tes dan tindakan medis yang diperlukan. Pentingnya melakukan perawatan kehamilan rutin, terutama terkait dengan gangguan perkembangan neurologis seperti autisme. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa perawatan kehamilan yang baik, dapat meningkatkan peluang perkembangan yang optimal pada bayi dan mengurangi risiko gangguan perkembangan, termasuk autisme.
2. Berkonsultasi pada dokter sebelum minum obat
Autisme adalah gangguan perkembangan neurologis yang memengaruhi perilaku, interaksi sosial dan kemampuan berkomunikasi seseorang. Meskipun tidak ada obat yang dapat menyembuhkan autisme, beberapa obat dapat membantu mengurangi gejala-gejalanya. Namun, penting untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum minum obat apa pun untuk pengobatan autisme. Konsultasi ini penting, karena dokter akan melakukan evaluasi terhadap kondisi medis dan gejala autisme yang dialami. Dengan begitu, dokter dapat memberikan rekomendasi yang tepat mengenai penggunaan obat-obatan.
Selain itu, berkonsultasi dengan dokter juga akan membantu menghindari risiko efek samping yang mungkin timbul akibat penggunaan obat. Setiap individu dengan autisme memiliki kondisi yang unik, dan respons terhadap obat dapat bervariasi. Dokter akan mempertimbangkan faktor-faktor ini sebelum memberikan saran pengobatan yang sesuai. Dalam beberapa kasus, dokter juga dapat merekomendasikan terapi perilaku atau intervensi lainnya sebagai pengganti atau pendamping penggunaan obat-obatan. Terapi ini dapat membantu meningkatkan keterampilan komunikasi dan interaksi sosial, serta mengurangi gejala-gejala autisme.
3. Menghindari konsumsi alkohol
Autisme adalah gangguan perkembangan neurologis yang dapat memengaruhi perilaku, interaksi sosial, dan kemampuan berkomunikasi seseorang. Meskipun tidak ada pengobatan yang diketahui untuk autisme, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk membantu mengelola gejala dan meningkatkan kehidupan penderita. Salah satu langkah penting yang dapat dilakukan adalah menghindari konsumsi alkohol. Alkohol adalah zat yang dapat mempengaruhi sistem saraf, termasuk otak. Pada penderita autisme, gangguan ini berdampak langsung pada perkembangan dan fungsi otak, sehingga konsumsi alkohol dapat memperburuk gejala yang ada.
Selain itu, alkohol juga dapat mempengaruhi sistem saraf pusat dan membahayakan kesehatan mental penderita autisme. Mereka mungkin lebih rentan terhadap efek alkohol, seperti perubahan suasana hati, kecemasan dan kebingungan. Oleh karena itu, sangat penting bagi orang-orang yang merawat atau memiliki anak dengan autisme, untuk menghindari konsumsi alkohol. Dengan mengambil langkah ini, kita dapat membantu menjaga kesehatan dan keamanan penderita autisme serta membantu meminimalkan gejala yang dialami.
4. Mencari pengobatan yang tepat
Autisme adalah gangguan perkembangan neurologis yang dapat memengaruhi perilaku, interaksi sosial, dan kemampuan berkomunikasi seseorang. Bagi individu dengan autisme, mencari pengobatan yang tepat sangat penting untuk membantu meningkatkan kualitas hidup mereka. Salah satu pengobatan yang sering digunakan adalah terapi perilaku. Terapi ini bertujuan untuk mengajarkan individu dengan autisme keterampilan sosial, berkomunikasi, dan perilaku adaptif lainnya. Terapis akan menggunakan metode yang terstruktur dan sistematis, serta memberikan penguatan positif untuk merangsang perubahan perilaku yang diinginkan. Selain terapi perilaku, pengobatan medis juga dapat menjadi bagian dari strategi pengobatan yang tepat. Dokter dapat meresepkan obat-obatan tertentu untuk mengurangi gejala-gejala yang terkait dengan autisme, seperti kecemasan atau hiperaktif.
5. Mendapatkan vaksinasi
Beberapa penelitian awal mengklaim bahwa vaksinasi MMR (measles, mumps, rubella) dapat menjadi faktor penyebab autisme. Namun, penelitian yang lebih luas dan mendalam telah dilakukan untuk menguji kebenaran klaim ini. Hasil penelitian yang telah dipublikasikan secara konsisten menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara vaksinasi MMR dan autisme. Para ilmuwan dan ahli kesehatan meyakini bahwa faktor-faktor genetik dan lingkunganlah yang memiliki peran dalam perkembangan autisme.
Oleh karena itu, para ahli kesehatan dan organisasi kesehatan terkemuka, seperti WHO dan CDC, merekomendasikan agar semua anak mendapatkan vaksinasi rutin yang sesuai dengan jadwal imunisasi yang ditetapkan. Vaksinasi adalah langkah pencegahan terbaik untuk memberikan perlindungan terhadap penyakit berbahaya, seperti campak, gondong dan rubela. Mengikuti jadwal imunisasi yang tepat juga membantu mencegah penyebaran penyakit infeksius ke populasi yang rentan, termasuk anak-anak dengan kondisi kesehatan yang lemah.
Â
Advertisement