Sukses

Sejarah Bagi-Bagi Angpao saat Idul Fitri, Budaya Islam atau Bukan?

Sejarah bagi-bagi angpao saat Idul Fitri dimulai pada masa awal abad pertengahan.

Liputan6.com, Jakarta - Fenomena bagi-bagi angpao saat Idul Fitri di Indonesia telah menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi perayaan. Sejarah bagi-bagi angpao saat Idul Fitri dimulai pada masa awal abad pertengahan, di mana praktik ini pertama kali dilakukan oleh Kekhalifahan Fatimiyah sebagai bentuk kebahagiaan dan kepedulian terhadap sesama.

Pada saat itu, pemberian angpao berupa uang, permen, atau pakaian diberikan kepada anak-anak muda dan orang-orang tua pada hari pertama Idul Fitri sebagai bagian dari perayaan keagamaan.

Tradisi bagi-bagi angpao, meskipun sering dikaitkan dengan budaya Tionghoa, memiliki asal-usul yang melintasi berbagai budaya dan agama, termasuk Islam. Dalam Islam, berbagi di hari raya memiliki keutamaan tersendiri, sebagaimana terdapat dalam ayat Al-Qur'an yang menekankan pentingnya memberikan sebagian dari rezeki yang diberikan Allah kepada sesama.

Sebagai contoh, dalam Surah Al-Baqarah ayat 267, Allah SWT berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik." Ayat ini menggarisbawahi bahwa berbagi merupakan bagian dari praktik keagamaan dalam Islam dan menjadi salah satu bentuk amal saleh yang dianjurkan.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam sejarah bagi-bagi angpao saat Idul Fitri, Kamis (28/3/2024).

 

2 dari 3 halaman

Sejarah Bagi-Bagi Angpao saat Idul Fitri

Sejarah bagi-bagi angpao saat Idul Fitri memiliki akar yang berawal dari abad pertengahan, demikian dilansir dari informasi yang dikutip dari The National. Pada masa itu, tepatnya pada awal Abad Pertengahan, Kekhalifahan Fatimiyah mempraktikkan tradisi ini dengan membagikan uang, permen, atau pakaian kepada anak-anak muda dan orang-orang tua pada hari pertama Idul Fitri.

Tradisi ini merupakan bagian dari kebiasaan besar-besaran dalam memperingati hari raya Islam, yang tidak hanya menjadi momen keagamaan tetapi juga sosial. Pemberian ini diharapkan mampu meningkatkan kebahagiaan masyarakat, terutama anak-anak, serta memperkuat solidaritas dan persaudaraan antaranggota masyarakat.

Namun, perkembangan sejarah membawa perubahan pada tradisi tersebut. Pada akhir periode Ottoman, tradisi eidiyah atau bagi-bagi angpao diubah menjadi pemberian sejumlah uang tunai dalam pecahan-pecahan kecil.

Tradisi bagi-bagi angpao Idul Fitri tersebut menjadi lebih praktis dan efisien, memungkinkan penerima untuk lebih bebas menggunakan uang tersebut sesuai kebutuhan dan keinginan mereka. Perubahan ini juga mencerminkan perubahan zaman dan nilai-nilai sosial yang berkembang, di mana nilai uang tunai menjadi lebih dominan dalam pemberian hadiah atau salam tempel saat Idul Fitri.

Tradisi Bagi-Bagi Angpao Idul Fitri di Indonesia

Di Indonesia, tradisi bagi-bagi angpao memang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Idul Fitri sebagaimana Liputan6.com lansir dari berbagai sumber. Tradisi di negara Indonesia khususnya dilakukan dengan memberikan lembaran uang kertas kepada sanak saudara, terutama kepada anggota keluarga yang lebih muda, seperti sepupu, keponakan, atau cucu.

Tindakan ini biasanya dilakukan oleh anggota keluarga yang sudah bekerja atau berkeluarga, sebagai wujud kebahagiaan dan kepedulian terhadap anggota keluarga yang lebih muda.

Selain itu, pemberian uang tunai ini juga dimaksudkan sebagai pembelajaran bagi anak-anak untuk mengelola uang dan menabung untuk masa depan. Hal tersebut mencerminkan nilai-nilai pendidikan finansial yang penting dalam kehidupan mereka.

Perlu diketahui juga saat hari raya Idul Fitri tiba di Indonesia, suasana bagi-bagi angpao atau THR menjadi sangat meriah dan dinanti-nanti oleh banyak orang, terutama oleh anak-anak dan remaja. Di banyak rumah, terutama yang memiliki anggota keluarga yang sudah bekerja, tradisi ini menjadi momen yang ditunggu-tunggu untuk menikmati kebahagiaan bersama.

Pada pagi Hari Raya, suasana di rumah akan menjadi semarak dengan suara tawa dan canda dari para anggota keluarga yang berkumpul, sementara para anak-anak dengan riangnya menanti-nanti momen mendapat angpao dari orang-orang dewasa di sekitar mereka.

Tradisi bagi-bagi angpao atau THR juga dapat ditemui di berbagai tempat, seperti kantor-kantor, lembaga-lembaga, dan komunitas-komunitas. Di tempat-tempat tersebut, biasanya dilakukan acara spesial atau kegiatan sosial yang melibatkan pemberian angpao atau THR kepada para anggota atau karyawan sebagai ungkapan terima kasih dan apresiasi atas kerja keras dan dedikasi mereka. Momen ini menjadi kesempatan bagi para pimpinan atau atasan untuk mempererat hubungan dengan anggota tim atau karyawan mereka.

3 dari 3 halaman

Manfaat Melestarikan Tradisi Bagi-Bagi Angpao Idul Fitri

Melestarikan tradisi bagi-bagi angpao saat Idul Fitri memiliki berbagai manfaat yang penting bagi individu dan masyarakat secara keseluruhan:

  1. Meningkatkan Rasa Kebahagiaan: Tradisi ini membawa kegembiraan dan keceriaan, terutama bagi para penerima angpao, yang dapat meningkatkan suasana hati dan memperkuat ikatan sosial di antara anggota keluarga, teman, dan kolega.
  2. Memperkuat Solidaritas Keluarga: Bagi-bagi angpao memperkuat ikatan antara anggota keluarga, baik yang sudah dewasa maupun yang masih muda. Hal ini dapat menciptakan hubungan yang lebih erat dan saling mendukung di antara anggota keluarga.
  3. Meningkatkan Rasa Keterikatan Sosial: Praktik ini juga membantu memperkuat hubungan antara individu-individu dalam masyarakat. Memberikan angpao kepada tetangga, teman, atau sesama anggota komunitas, hal ini menciptakan rasa keterikatan sosial yang lebih kuat.
  4. Mendorong Kebajikan dan Kegenerositas: Tradisi bagi-bagi angpao mengajarkan nilai-nilai kebajikan seperti kepedulian dan kebaikan hati. Melalui tindakan memberi, seseorang dapat merasakan kepuasan batin dan memiliki kesempatan untuk berbagi rezeki dengan orang lain.
  5. Memupuk Rasa Syukur: Memberikan angpao kepada orang lain dapat membantu seseorang untuk merenungkan rasa syukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT. Ini dapat meningkatkan kesadaran akan berkat yang diterima dan menginspirasi untuk bersyukur atas segala rezeki yang diberikan.
  6. Mengajarkan Nilai-nilai Keuangan: Bagi anak-anak dan remaja, tradisi ini dapat menjadi peluang untuk belajar mengelola uang dengan bijak. Dengan menerima angpao, mereka diajarkan untuk menabung, berinvestasi, atau menggunakan uang tersebut untuk hal-hal yang bermanfaat.
  7. Menjaga Kebudayaan dan Identitas: Melestarikan tradisi bagi-bagi angpao merupakan bagian dari warisan budaya dan identitas masyarakat Indonesia. Dengan menjaga tradisi ini, kita turut menjaga dan memperkuat kekayaan budaya bangsa serta melestarikan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya.

Berbagi merupakan salah satu nilai utama dalam Islam yang sangat ditekankan dan dianjurkan. Salah satu keutamaan berbagi dalam Islam adalah bahwa berbagi merupakan bentuk ibadah yang diperintahkan oleh Allah SWT. Al-Qur'an Surah Al-Baqarah ayat 267 menyatakan,

"Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, sedang kamu sendiri tidak suka mengambilnya melainkan dengan memiringkan mata kepadanya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji."

Keutamaan lain dari berbagi dalam Islam adalah bahwa amal berbagi akan mendatangkan berkah dan keberkatan dalam hidup. Al-Qur'an Surah Al-Baqarah ayat 261 menyatakan,

"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui."