Sukses

Perilaku Menyakiti Diri Sendiri, Ini Penyebab, Tanda dan Cara Mengatasinya

Pengertian, tanda, penyebab, kategori dan cara mengatasi perilaku menyakiti diri sendiri

Liputan6.com, Jakarta Perilaku menyakiti diri sendiri merupakan fenomena yang mengundang perhatian dalam dunia psikologi dan kesehatan mental. Dibalik setiap luka dan bekas luka yang terlihat, tersimpan kisah yang kompleks tentang perjuangan individu dengan emosi, trauma, dan tekanan internal yang tak terlihat. Fenomena ini membuka jendela ke dalam kehidupan psikologis seseorang, mengungkapkan lapisan-lapisan emosi yang seringkali tersembunyi di balik senyum atau ketenangan yang tampak di permukaan.

Dalam kebingungan dan ketidakmengertian terhadap perilaku menyakiti diri sendiri, seringkali muncul pertanyaan yang menggelitik pikiran: apa yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan yang seolah-olah bertentangan dengan naluri bertahan hidup? Bagaimana perasaan dan pikiran seseorang berjalan di rel yang terpisah antara menghindari rasa sakit fisik namun mencari pelarian dari rasa sakit emosional? Pertanyaan-pertanyaan ini membuka pintu untuk menggali lebih dalam, mencari pemahaman yang lebih luas tentang kompleksitas batin manusia.

Untuk lebih memahami perilaku menyakiti diri sendiri atau Self Harm, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber pengertian, tanda, penyebab, kategori dan cara mengatasi perilaku menyakiti diri sendiri, pada Kamis (28/3).

2 dari 6 halaman

Apa Itu Perilaku Menyakiti Diri Sendiri atau Self Harm?

Self harm adalah suatu perilaku yang melibatkan seseorang menyakiti atau melukai dirinya sendiri secara sengaja. Tindakan ini bisa berupa menggunakan benda tajam seperti pisau atau gunting, benda tumpul seperti batu atau pukulan, atau bahkan tindakan fisik seperti menjambak rambut, memukul diri sendiri, atau memotong kulit. Perilaku self harm seringkali terjadi sebagai cara untuk mengatasi tekanan emosional yang berat, perasaan kesepian, atau rasa putus asa yang mendalam.

Self harm dapat dilakukan sebagai cara untuk mengalihkan perhatian dari rasa sakit emosional yang lebih dalam, atau sebagai bentuk ekspresi dari ketidakmampuan untuk mengelola emosi dengan cara yang sehat. Meskipun individu yang melakukan self harm mungkin merasa lega atau merasa kontrol atas situasi tersebut untuk sementara waktu, namun tindakan ini sebenarnya tidak menyelesaikan masalah yang mendasarinya.

Perilaku self harm sering terkait dengan masalah kejiwaan seperti depresi, kecemasan, trauma psikologis, atau gangguan kepribadian. Jika tidak ditangani dengan serius, self harm dapat menjadi kebiasaan yang berbahaya dan mengancam nyawa individu tersebut. Oleh karena itu, sangat penting bagi individu yang mengalami self harm untuk mendapatkan bantuan profesional segera.

Penanganan self harm melibatkan intervensi medis dan psikologis yang holistik. Ini bisa mencakup terapi kognitif perilaku, konseling psikologis, pengobatan jika diperlukan, serta dukungan sosial yang kuat dari keluarga dan teman-teman. Mendukung individu yang mengalami self harm dengan penuh empati dan pengertian juga sangat penting dalam proses penyembuhan mereka.

3 dari 6 halaman

Penyebab Seseorang Menyakiti Diri Sendiri

Ada banyak alasan mengapa seseorang melakukan self harm, dan alasan tersebut dapat bervariasi untuk setiap individu.

Perilaku self harm bisa menjadi cara bagi seseorang untuk mengatasi perasaan distres atau rasa sakit emosional yang mendalam. Tindakan ini mungkin memberikan rasa lega sementara dari perasaan-perasaan tersebut.

Beberapa orang yang melakukan self harm mungkin hanya melakukannya sekali, sedangkan yang lain melakukannya secara berulang dan dalam jangka waktu yang lama.

Bagi sebagian besar orang, rasa lega setelah melakukan self harm hanya bersifat sementara. Hal ini dapat menyebabkan dorongan untuk melakukan self harm lagi. Perilaku self harm dapat terjadi pada siapa saja dan di segala usia, termasuk pada anak muda.

Alasan mengapa seseorang melakukan self harm dapat meliputi:

  1. Menghadapi perasaan dan kenangan yang menyakitkan.
  2. Mengkomunikasikan kebutuhan akan dukungan.
  3. Sebagai tanda luar dari rasa sakit batin.
  4. Hukuman diri atas perasaan bersalah atau malu.
  5. Kesepian.

Pemicu (triggers) untuk melakukan self harm bisa termasuk:

  1. Pencemaran nama baik atau intimidasi.
  2. Masalah di sekolah atau pekerjaan.
  3. Masalah dalam hubungan interpersonal.
  4. Rendahnya harga diri.

Orang-orang yang hidup dengan masalah kesehatan mental atau yang pernah mengalami pelecehan fisik, emosional, atau seksual memiliki risiko lebih tinggi untuk melakukan self harm.

Penting untuk diingat bahwa self harm adalah tanda adanya penderitaan emosional atau mental yang mendalam, dan penanganannya memerlukan bantuan profesional yang tepat dan dukungan sosial yang kuat. Mendukung individu yang mengalami self harm dengan penuh pengertian dan empati juga sangat penting dalam proses penyembuhan mereka.

4 dari 6 halaman

Kategori Self Harm

Tindakan self harm dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori berdasarkan tingkat keparahannya, dan berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai masing-masing kategori:

1. Major Self Mutilation

Major self mutilation adalah tingkatan self harm yang paling parah dan seringkali mengancam nyawa. Tindakan ini melibatkan perlukaan yang ekstrem dan serius terhadap tubuh sendiri.

Contoh dari major self mutilation termasuk memotong jari, mencungkil bola mata, atau tindakan lain yang mengakibatkan kerusakan fisik yang berat.

Tindakan ini umumnya dilakukan oleh individu yang mengalami gangguan mental seperti psikosis, di mana kontrol diri terhadap tindakan tersebut sangat terganggu.

2. Stereotypic Self Injury

Stereotypic self injury merupakan tindakan self harm yang dilakukan secara berulang namun tidak seintensif major self mutilation. Meskipun begitu, tindakan ini tetap bisa menyebabkan kerusakan pada tubuh.

Contoh dari stereotypic self injury adalah memukul anggota tubuh atau membenturkan kepalanya ke tembok berulang kali. Tindakan ini seringkali terjadi pada individu dengan kelainan mental seperti autisme.

3. Superficial Self Mutilation

Superficial self mutilation adalah jenis self harm yang tingkat keparahannya cenderung lebih ringan dibandingkan dua jenis sebelumnya. Namun demikian, tindakan ini tetap memiliki dampak yang perlu diperhatikan.

Contoh dari superficial self mutilation meliputi menyayat kulit menggunakan benda tajam, menarik rambut dengan keras, atau tindakan lain yang menyebabkan luka yang tidak terlalu dalam namun tetap mengganggu.

Meskipun superficial self mutilation cenderung lebih ringan, penting untuk tidak mengabaikannya karena tetap bisa menjadi tanda adanya masalah psikologis yang serius. Penanganan self harm harus dilakukan secara holistik dengan bantuan profesional untuk memahami dan mengatasi akar masalah yang mendasarinya.

 

 

5 dari 6 halaman

Tanda-tanda Seseorang Memiliki Kecenderungan menyakiti diri sendiri

Tanda-tanda seseorang yang melakukan self harm bisa dilihat dari berbagai aspek, baik fisik maupun psikologis. Menurut World Health Organization (WHO), ada beberapa indikasi yang dapat membantu mengidentifikasi individu yang sering menyakiti diri sendiri:

1. Luka Sayatan di Anggota Tubuh Tertentu: Salah satu tanda yang paling umum dari self harm adalah adanya luka sayatan yang terlihat di anggota tubuh tertentu, biasanya terutama pada lengan. Luka-luka ini dapat berupa garis-garis sayatan yang teratur dan berulang, serta seringkali dilakukan dengan menggunakan benda tajam.

2. Perilaku Menutup Diri di Lingkungan Sosial: Individu yang melakukan self harm cenderung menjadi lebih tertutup dan enggan untuk berinteraksi secara sosial. Mereka mungkin menghindari pertemuan-pertemuan sosial atau aktivitas yang melibatkan orang lain, serta cenderung menyembunyikan luka-luka yang mereka timbulkan.

3. Kehilangan Motivasi dan Percaya Diri: Orang yang sering melakukan self harm juga dapat menunjukkan tanda-tanda kehilangan motivasi dan percaya diri. Mereka mungkin merasa sedang tidak baik-baik saja secara emosional dan mengalami kesulitan dalam mengatasi masalah-masalah kehidupan sehari-hari. Hal ini bisa tercermin dari penurunan minat terhadap kegiatan yang biasanya mereka nikmati, serta merasa rendah diri dan tidak mampu menghadapi tantangan hidup.

Penting untuk diingat bahwa tanda-tanda ini dapat bervariasi dari satu individu ke individu lainnya, dan tidak semua orang yang mengalami self harm akan menunjukkan semua tanda ini secara eksplisit. Namun demikian, mengenali tanda-tanda tersebut dapat membantu dalam memberikan dukungan dan bantuan kepada individu yang membutuhkan untuk mengatasi masalah self harm secara efektif.

 

 

6 dari 6 halaman

Cara Mengatasi Perilaku Menyakiti Diri Sendiri

Ada berbagai pendekatan dalam penanganan self-harm. Dokter, konselor, atau psikolog akan bekerja sama dengan Anda untuk mengembangkan rencana pengobatan yang sesuai.

Terapi psikologis dapat membantu Anda memahami mengapa Anda melakukan self-harm. Mereka juga dapat memberikan Anda alat dan teknik untuk mengatasi pemikiran dan perasaan yang menantang.

Beberapa terapi psikologis yang dapat digunakan dalam penanganan self-harm meliputi:

  1. Terapi Kognitif Perilaku (Cognitive Behaviour Therapy/CBT): Terapi ini membantu Anda mengidentifikasi dan mengubah pola pikir dan perilaku yang mendorong Anda melakukan self-harm. Anda akan belajar cara mengatasi pemikiran negatif dan mengembangkan strategi baru untuk mengelola emosi yang sulit.
  2. Terapi Dialektis Perilaku (Dialectical Behaviour Therapy/DBT): Terapi ini fokus pada mengembangkan keterampilan dalam mengelola emosi, memperbaiki hubungan interpersonal, dan meningkatkan kesadaran diri. DBT juga mengajarkan teknik-teknik seperti mindfulness untuk membantu Anda menghadapi stres dan tekanan dengan lebih efektif.
  3. Terapi Mindfulness: Teknik mindfulness melibatkan fokus pada saat ini dan menerima diri sendiri tanpa penilaian. Ini dapat membantu Anda mengurangi kecemasan, meningkatkan keterampilan regulasi emosi, dan mengurangi keinginan untuk melakukan self-harm.
  4. Terapi Pemecahan Masalah (Problem Solving Therapy): Terapi ini membantu Anda mengidentifikasi masalah-masalah yang mendasari self-harm dan mengembangkan strategi untuk menyelesaikannya secara efektif.

Selain terapi psikologis, terdapat juga teknik-teknik yang dapat digunakan sebagai distraksi dari self-harm. Beberapa contoh teknik distraksi yang dapat membantu meredakan ketegangan dalam jangka pendek meliputi:

  1. Melakukan kegiatan yang Anda nikmati seperti membaca, seni, menulis jurnal, mendengarkan musik, atau berjalan-jalan.
  2. Mengalihkan perhatian ke kegiatan yang tidak menyebabkan cedera, seperti memegang es batu di tangan, mengenakan gelang karet di pergelangan tangan dan menepuknya saat Anda merasa perlu, atau memukul bantal.
  3. Melakukan latihan pernapasan dalam dan relaksasi.

Penting untuk diingat bahwa teknik-teknik ini dapat membantu meredakan ketegangan dalam jangka pendek, namun penting juga untuk mencari bantuan medis untuk menghentikan perilaku self-harm secara keseluruhan.