Liputan6.com, Jakarta Oversharing adalah fenomena di mana seseorang secara berlebihan membagikan informasi pribadi atau rahasia tentang diri mereka di berbagai platform media sosial. Hal ini seringkali terjadi karena kemajuan teknologi dan ketersediaan informasi yang mudah diakses, membuat orang terlena dan kurang memperhatikan batasan-batasan privasi yang seharusnya dijaga.
Baca Juga
Advertisement
Dampak dari oversharing sangatlah beragam, salah satunya adalah meningkatnya risiko terhadap kriminalitas. Informasi pribadi yang terlalu diumbar, seperti detail tentang tempat tinggal, jadwal aktivitas, atau informasi finansial, dapat dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab untuk tujuan kriminal seperti pencurian identitas, penipuan, atau bahkan penyalahgunaan informasi secara lebih luas.
Selain itu, oversharing juga dapat mengakibatkan hilangnya privasi seseorang. Dengan terlalu banyak membagikan detail kehidupan pribadi, seseorang rentan mengalami invasi privasi dan kehilangan kendali atas informasi yang mereka sebarkan. Hal ini dapat berdampak negatif pada reputasi dan keamanan secara keseluruhan. Untuk itu, upaya mencegah oversharing terutama di media sosial perlu dilakukan.
Penting bagi setiap individu untuk memahami batasan-batasan dalam berbagi informasi di media sosial dan platform online lainnya sebagai upaya mencegah oversharing. Kewaspadaan terhadap informasi yang diunggah, pemilihan konten yang tepat untuk dibagikan secara publik, dan kesadaran akan potensi risiko yang terkait dengan oversharing merupakan langkah-langkah yang perlu diterapkan guna menjaga privasi dan keamanan pribadi. Berikut upaya mencegah oversharing yang bisa dilakukan, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Jumat (29/3/2024).
Pemicu Oversharing yang Perlu Diwaspadai
Pemicu oversharing dapat berasal dari berbagai faktor psikologis dan emosional. Berikut adalah beberapa pemicu-pemicu tersebut.
1. Rasa Cemas Berlebih
Orang yang mengalami rasa cemas yang berlebihan cenderung sulit dalam berinteraksi sosial dan mengendalikan diri. Mereka mungkin merasa bahwa media sosial adalah tempat yang aman untuk membagikan cerita kehidupan mereka karena merasa sulit melakukan komunikasi langsung.
2. Trauma dari Pengabaian
Individu yang pernah mengalami pengabaian atau diabaikan oleh orang lain dapat menggunakan media sosial sebagai wadah untuk meluapkan emosional mereka. Mereka mungkin merasa bahwa media sosial adalah cara untuk mendapatkan perhatian dan validasi dari orang lain.
3. Perundungan dan Kesepian
Pengalaman perundungan dan kesepian juga dapat menjadi pemicu oversharing. Seseorang yang merasa terisolasi atau tidak diterima oleh lingkungan sekitarnya mungkin mencari dukungan dan koneksi melalui media sosial dengan berbagi cerita, bakat, atau hal-hal lainnya.
Penting untuk diwaspadai bahwa ketika seseorang mengalami kondisi psikologis tertentu atau trauma emosional, mereka cenderung mencari outlet untuk mengungkapkan diri, dan media sosial seringkali menjadi tempat yang mudah untuk melakukannya. Namun, hal ini juga perlu diimbangi dengan kesadaran akan batasan privasi dan dampak dari oversharing terhadap diri sendiri dan orang lain.Â
Dalam kasus yang lebih serius, mendapatkan bantuan dari profesional psikolog atau konselor juga dapat membantu individu untuk mengatasi pemicu oversharing yang mungkin berasal dari masalah psikologis yang lebih dalam.
Advertisement
Upaya Mencegah Oversharing di Media Sosial
Mencegah oversharing di media sosial membutuhkan kesadaran diri dan pengaturan yang baik. Berikut adalah upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah oversharing.Â
1. Buat Batasan Jelas
Penting untuk menetapkan batasan yang jelas sebelum membagikan informasi di media sosial. Pertimbangkan apakah kamu akan merasa nyaman membagikan informasi tersebut kepada orang lain. Pikirkan kembali apakah hal tersebut perlu dibagikan secara publik atau sebaiknya disimpan untuk diri sendiri.
2. Pertimbangkan Perasaan dan Privasi Orang Lain
Selalu perhatikan privasi dan perasaan orang lain ketika membagikan informasi atau gambar di media sosial. Mintalah izin terlebih dahulu sebelum membagikan informasi pribadi apa pun yang melibatkan mereka. Hormati batasan orang lain dan hindari memaksakan hal-hal yang mereka tidak ingin dibagikan.
3. Simpan Beberapa Hal untuk Diri Sendiri
Sadari bahwa tidak semua hal perlu dibagikan di media sosial. Pahami batasan diri sendiri dan simpan beberapa hal sebagai privasi pribadi. Ketika sedang dalam kondisi emosional, hindari terlalu banyak menggunakan media sosial dan berikan kesempatan untuk menenangkan diri.
4. Kurangi Waktu Menggunakan Media Sosial
Membatasi waktu yang dihabiskan di media sosial dapat membantu menghindari oversharing. Gunakan media sosial sesuai kebutuhan saja agar pikiran lebih tenang dan lebih menikmati kehidupan tanpa terlalu terlibat di dalamnya.
5. Menggunakan Pengaturan Privasi
Manfaatkan fitur privasi untuk membatasi audiens yang dapat melihat informasi tentangmu. Batasi hanya beberapa orang yang dipercaya agar tidak terlalu berlebihan dalam membagikan segala sesuatu yang berhubungan denganmu.
6. Cari Dukungan
Jika oversharingmu terkait dengan masalah emosional atau psikologis, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari konselor atau terapis. Mereka dapat membantu memahami akar penyebab perilaku ini dan memberikan solusi untuk mengatasinya.
Dengan mengikuti langkah-langkah mencegah oversharing di media sosial, kesehatan mental serta privasi diri sendiri dan orang lain akan lebih terjaga. Penting untuk selalu berpikir secara matang sebelum mempublikasikan sesuatu agar tidak menimbulkan dampak negatif di masa depan.
Dampak Oversharing di Media Sosial yang Cenderung Merugikan
Oversharing di media sosial dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan individu, berikut diantaranya.
1. Menurunnya Produktivitas
Oversharing dapat menyebabkan menurunnya produktivitas karena fokus individu teralihkan pada respons yang diterima dari media sosial. Respons positif bisa membuat seseorang terus membagikan informasi, sementara respons negatif dapat menimbulkan perasaan sedih dan pikiran negatif, mengakibatkan pengabaian terhadap tanggung jawab yang seharusnya dilakukan.
2. Fear of Missing Out (FOMO)
 Oversharing juga dapat memicu FOMO, di mana individu merasa tidak ingin ketinggalan tren dan terus mengikuti informasi terbaru. Hal ini bisa merugikan kesehatan mental karena dapat menyebabkan rasa ketidakpuasan dan pikiran negatif jika ekspektasi tidak sesuai dengan kenyataan. FOMO juga dapat menyebabkan pengeluaran yang berlebihan dalam mencoba mengikuti tren yang sedang viral.
3. Flexing atau Pamer Kekayaan
Oversharing bisa memicu perilaku flexing, yaitu memamerkan kekayaan atau gaya hidup yang mewah di media sosial. Hal ini dapat memberikan akses mudah bagi orang lain untuk mengetahui privasi individu dan memicu tindakan kriminal, seperti pencurian atau penipuan.
Dampak-dampak tersebut menunjukkan bahwa oversharing tidak hanya berdampak pada aspek kesehatan mental, tetapi juga dapat berimbas pada aspek ekonomi dan keamanan individu. Oleh karena itu, penting untuk memiliki kesadaran diri yang tinggi terhadap batasan-batasan privasi dan dampak dari informasi yang dibagikan di media sosial demi menjaga kesejahteraan pribadi secara menyeluruh.
Advertisement