Liputan6.com, Jakarta Dyspraxia, yang juga dikenal sebagai Gangguan Koordinasi Motorik, adalah kondisi neurologis yang memengaruhi perkembangan motorik seseorang. Gangguan ini memengaruhi kemampuan seseorang dalam mengoordinasikan gerakan tubuh mereka dengan baik. Individu yang mengalami Dyspraxia sering mengalami kesulitan dalam melakukan gerakan yang halus dan kompleks, seperti menulis, mengikat tali sepatu, atau menggerakkan tangan dan jari dengan presisi. Selain itu, mereka juga bisa mengalami kesulitan dalam mengontrol postur dan mengatur gerakan tubuh mereka.
Dyspraxia dapat terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa. Meskipun penyebab pasti dari gangguan ini belum diketahui, ada beberapa teori yang mengaitkannya dengan perkembangan sistem saraf dan faktor genetik. Pada anak-anak, Dyspraxia dapat terdeteksi sejak usia dini melalui gejala seperti keterlambatan dalam mencapai tonggak perkembangan motorik, kesulitan mengikuti instruksi verbal, dan keengganan untuk berpartisipasi dalam aktivitas fisik. Di sisi lain, orang dewasa dengan Dyspraxia sering mengalami kesulitan dalam melakukan pekerjaan yang melibatkan tugas-tugas yang memerlukan koordinasi motorik yang halus dan keterampilan manipulatif yang canggih.
Meskipun Dyspraxia tidak dapat disembuhkan sepenuhnya, ada berbagai pendekatan terapi dan strategi yang dapat membantu individu dengan dyspraxia dalam mengatasi kesulitan mereka. Terapi fisik dan terapi okupasional dapat membantu meningkatkan keterampilan motorik dan koordinasi, sedangkan pendekatan edukasi dan dukungan dapat memberikan pengetahuan dan strategi kepada individu dan keluarga mereka untuk mengelola dyspraxia sehari-hari. Dengan pengenalan yang tepat dan perhatian yang memadai, orang dengan dyspraxia dapat mengembangkan keahlian dan meningkatkan kualitas hidup mereka.
Advertisement
Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Sabtu (30/3/2024) tentang dyspraxia.
Penyebab Dyspraxia
Dyspraxia adalah gangguan neurologis yang memengaruhi koordinasi gerakan dan perilaku motorik. Gangguan ini dapat memengaruhi kemampuan individu dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti berjalan, menulis, berpakaian, dan bermain.
Berikut ini adalah beberapa penyebab dyspraxia yang dapat terjadi:
1. Faktor genetik: Dyspraxia dapat diturunkan dalam keluarga. Jika ada anggota keluarga yang menderita dyspraxia, kemungkinan anak mereka juga dapat mengalami gangguan ini.
2. Gangguan perkembangan otak: Kadang-kadang, dyspraxia berkaitan dengan gangguan perkembangan otak yang memengaruhi bagian yang bertanggung jawab untuk perencanaan dan koordinasi gerakan.
3. Masalah pada prakondisi atau bayi prematur: Perkembangan neurologis yang terganggu pada prakondisi atau bayi prematur juga dapat menjadi penyebab dyspraxia.
4. Kelainan perkembangan: Dyspraxia dapat disebabkan oleh kelainan perkembangan lainnya seperti gangguan spektrum autis atau gangguan perkembangan bahasa.
Meskipun penyebab dyspraxia belum sepenuhnya dipahami, faktor-faktor di atas dapat memainkan peran dalam perkembangan gangguan ini. Penting untuk mengenali gejala dyspraxia sejak dini agar individu yang terkena gangguan ini dapat mendapatkan bantuan dan dukungan yang diperlukan untuk mengatasi tantangan yang dihadapi.
Advertisement
Gejala Dyspraxia
Dyspraxia, juga dikenal sebagai Gangguan Koordinasi Motorik, adalah kondisi neurologis yang memengaruhi kemampuan seseorang dalam perencanaan dan pelaksanaan gerakan motorik. Berikut adalah beberapa gejala yang umum terjadi pada individu yang mengalami dyspraxia:
1. Kesulitan dalam koordinasi: Individu dengan dyspraxia seringkali mengalami kesulitan dalam mengoordinasikan gerakan mereka. Hal ini dapat terlihat dari kesulitan mereka dalam menulis, berpakaian, atau berjalan dengan stabil.
2. Gangguan bicara: Dyspraxia juga dapat memengaruhi kemampuan bicara seseorang. Individu dengan dyspraxia seringkali mengalami kesulitan dalam mengartikulasikan kata-kata dengan jelas dan terorganisir.
3. Gangguan pengendalian otot halus: Tangan dan jari yang tidak terkoordinasi menjadi gejala umum pada individu dengan dyspraxia. Ini menyebabkan kesulitan dalam melakukan tugas-tugas yang memerlukan pengendalian halus seperti menulis atau mengikat tali sepatu.
4. Kesulitan dalam perencanaan dan organisasi: Individu dengan dyspraxia cenderung mengalami kesulitan dalam merencanakan dan mengorganisasi tugas-tugas mereka. Mereka juga mungkin menghadapi tantangan dalam mematuhi jadwal atau mengikuti instruksi.
5. Gangguan persepsi spasial: Gangguan persepsi spasial adalah gejala lain yang sering terjadi pada dyspraxia. Individu mungkin mengalami kesulitan dalam memahami jarak, ruang, atau orientasi.
Itulah beberapa gejala yang umum terlihat pada individu dengan dyspraxia. Meski tidak ada obat yang diketahui untuk dyspraxia, terapi yang tepat dapat membantu individu mengelola gejalanya dan meningkatkan kualitas hidup mereka.
Cara Mengatasi Dyspraxia
Dyspraxia adalah gangguan perkembangan neurologis yang mempengaruhi koordinasi dan gerakan motorik seseorang. Meskipun gangguan ini tidak bisa disembuhkan sepenuhnya, ada beberapa cara yang dapat membantu mengatasi gejala dan memfasilitasi kehidupan sehari-hari penderita dyspraxia:
1. Terapi fisik: Melalui terapi fisik, penderita dyspraxia dapat belajar mengembangkan koordinasi motoriknya. Terapi ini melibatkan latihan-latihan khusus untuk membantu memperkuat otot dan meningkatkan keseimbangan.
2. Terapi okupasional: Terapi ini fokus pada pengembangan keterampilan sehari-hari, seperti berpakaian, makan, menulis, dan menggunakan peralatan. Terapis akan memberikan latihan-latihan yang menargetkan kemampuan ini agar penderita dapat menghadapi tantangan sehari-hari dengan lebih baik.
3. Terapi bicara dan bahasa: Bagi penderita dyspraxia yang juga mengalami masalah dalam berbicara dan mengungkapkan diri, terapi bicara dan bahasa sangat penting. Terapis akan membantu meningkatkan kemampuan berbicara dan keterampilan komunikasi melalui latihan-latihan yang disesuaikan.
4. Adaptasi lingkungan: Mengubah lingkungan sehari-hari bisa membantu penderita dyspraxia berfungsi dengan lebih baik. Misalnya, menggunakan alat bantu tulisan atau penyesuaian lingkungan sekolah/kantor untuk meminimalisir gangguan sensorik yang dapat mempengaruhi konsentrasi dan pergerakan.
5. Dukungan keluarga dan pendidikan: Support dari keluarga dan komunitas sangat penting untuk meredakan stres dan membantu penderita dalam menghadapi tantangan dyspraxia. Pendidikan tentang dyspraxia juga perlu diperluas kepada guru, teman sebaya, dan orang-orang terdekat agar mereka memahami kondisi dan memberikan dukungan yang adekuat.
Mengatasi dyspraxia membutuhkan kerja sama lintas disiplin dari terapis dan keluarga, serta perubahan dalam lingkungan dan pendidikan. Dengan pendekatan yang tepat, penderita dyspraxia bisa belajar mengatasi tantangan dan mencapai kemajuan dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Advertisement
Cara Mencegah Dyspraxia
Dyspraxia adalah kondisi perkembangan yang mempengaruhi gerakan motorik dan keterampilan koordinasi tubuh seseorang. Meskipun tidak ada cara pasti untuk mencegah Dyspraxia, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengoptimalkan perkembangan anak dan membantu mencegah kemungkinan terjadinya dyspraxia. Berikut adalah poin-poin yang dapat diikuti:
1. Pemberian Nutrisi yang Seimbang: Memastikan anak mendapatkan asupan yang cukup nutrisi dengan makan makanan sehat yang kaya akan vitamin dan mineral. Nutrisi yang adekuat dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan otak serta sistem saraf.
2. Melakukan Stimulasi Motorik: Mendorong anak untuk melakukan aktivitas motorik seperti merangkak, meraih mainan, dan bermain dengan puzzle. Aktivitas ini dapat membantu dalam pengembangan keterampilan motorik anak.
3. Olahraga dan Aktivitas Fisik: Mendorong anak untuk berpartisipasi dalam olahraga dan aktivitas fisik membantu perkembangan otot dan keterampilan motorik mereka.
4. Terapi Perkembangan: Jika ada kekhawatiran tentang perkembangan motorik anak, mengikuti terapi perkembangan dengan ahli terlatih dapat berguna. Terapi ini menyediakan latihan dan strategi untuk mendukung perkembangan motorik anak.
5. Lingkungan yang Mendukung: Menciptakan lingkungan rumah yang aman dan terorganisir, memberikan ruang bagi anak untuk bergerak dan bereksplorasi dengan bebas tanpa risiko kecelakaan. Memberikan dukungan emosional dan kesempatan untuk bermain dan belajar.
Meskipun mencegah dyspraxia sama sekali tidak dapat dijamin, dengan mengikuti langkah-langkah ini dapat membantu mendorong perkembangan motorik yang sehat dan mengurangi kemungkinan terjadinya dyspraxia pada anak.