Liputan6.com, Jakarta Apakah boleh shalat Ied 2 kali? Shalat Ied adalah salah satu ibadah yang dilakukan oleh umat Muslim, sebagai tanda syukur atas berakhirnya bulan Ramadan. Ibadah ini umumnya dilakukan dua kali dalam setahun, yaitu pada Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.
Baca Juga
Advertisement
Namun, apakah boleh shalat Ied 2 kali bagi umat Muslim dalam satu hari? Menurut pendapat mayoritas ulama, tidak dibolehkan bagi umat Muslim untuk melaksanakan shalat Ied dua kali dalam satu hari. Hal ini karena Shalat Ied memiliki kekhususan, serta tata cara ibadah yang berbeda dengan shalat fardhu pada umumnya.
Shalat Ied dilaksanakan dengan membaca takbir dan mengerjakan rakaat- rakaat tertentu yang tidak ada pada shalat fardhu biasa. Apakah boleh shalat Ied 2 kali? Dalam perkara ibadah, umat Muslim sebaiknya mengikuti tuntunan Rasulullah SAW, juga mengikuti tata cara yang telah ditentukan dalam agama Islam.
Rasulullah pun tidak pernah melaksanakan Shalat Ied dua kali dalam satu hari. Oleh karena itu, umat Muslim sebaiknya hanya melaksanakan Shalat Ied pada waktu yang telah ditentukan, yaitu pada pagi Hari Raya Ied.
Berikut ini hukum melaksanakan shalat Ied 2 kali yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber.
Hukum Shalat Ied 2 Kali
Apakah boleh shalat Ied 2 kali? Shalat ‘ied hukumnya adalah fardhu kifayah, jika sudah dilaksanakan oleh sebagian orang maka gugurlah dosa bagi sebagian yang lainnya, dan ketika ditinggalkan oleh semuanya maka berdosalah seluruhnya. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Bidang Dakwah dan Ukhuwah Cholil Nafis mengatakan, tidak diperbolehkan shalat Idul Fitri dua kali. Menurutnya, umat Islam wajib memilih waktu pelaksanaan shalat Idul Fitri sesuai keyakinannya.
Allah SWT memerintahkan kepada kaum muslimin, untuk turut serta dalam hari Ied tersebut, bahkan kepada para wanita termasuk wanita haid, hanya saja mereka diperintahkan untuk menjauhi tempat shalat. Hal tersebut menunjukkan betapa penting dan agungnya keutamaan hari raya Ied, sampai-sampai nabi memerintahkan wanita untuk turut serta, yang mana mereka bukanlah golongan yang diperintahkan untuk berjamaah. Menurut Syekh Sulaiman al-Kurdi;
قوله: (إعادة الفر ض) أي: باثني عشر شرطا، أحدها أن تكون فرضا تطلق فيه الجماعة أو نفلا كذلك، ثانيها أن تكون الصلاة التي يريد إعادتها مؤداة فلا تعاد المقضية، ثالثها أن تكون المعادة مؤداة بأن تدرك ركعة منها في الوقت إلا العيد، رابعها: أن لا تكون صلاة خوف أو شدة، خامسها: أن لا تكون وترا على ما نقله الشوبري في حواشي شرح ” المنهج” عن (م ر)، وصرح الشارح في “التحفة” بخلافه وعليه يسقط هذا الشرح من العدد،
سادسها: أن تكون الجماعة الثانية غير الأولى لكن في الكسوف خاصة، سابعها: أن لا تكون صلاة جنازة ومع ذلك إذا أعادها صحت وقعت نفلا على خلاف القياس، ثامنها: أن تكون الإعادة مرة واحدة فقط إلا صلاة الاستسقاء فتطلب إعادتها أكثر من مرة إلى أن يسقيهم الله من فضله، تاسعها: أن يكون المعيد ممن يجوز تنفله لا نحو فاقد الطهورين،
عاشرها: أن يعتقد المعاد معه جواز الإعادة، حادي عشرها: أن توقع المعادة جماعة، وقد ينتفي اشتراطه كما إذا وقع في صحة الأولى خلاف ثاني عشرها أن تكون الجماعة المعادة مما يدرك بها فضيلة الجماعة.
Mengulangi shalat fardhu ada syaratnya, yaitu 12 persyaratan yang harus terpenuhi. Antara lain sebagai berikut:
1. Shalat yang hendak diulangi ini merupakan shalat yang dikerjakan berjamaah, baik shalat wajib maupun shalat sunnah.
2. Shalat yang hendak diulangi, diharuskan masih berada di waktu shalat tersebut. Jika telah lewat, maka tidak bisa.
Yang dimaksud dengan shalat i’adah tersebut masih berada di waktunya adalah minimal satu rokaat dari shalat yang diulangi itu masih belum keluar dari waktu sholat. Hanya saja, ini dikecualikan untuk shalat Ied (Yakni boleh diulangi, meski sudah keluar waktu).
3. Shalat yang hendak diulangi bukan merupakan shalat khauf, juga bukan shalat witir sebagaimana yang dinukil oleh Al-Syaubari dalam Hawasyi Syarah al-Minhaj dari Imam Syamsuddin Al-Ramli. Hanya saja komentator dalam kitab Tuhfah al-Muhtaj, berseberangan dengannya.
Shalat yang hendak diulangi harus tidak boleh dilaksanakan secara berjamaah di shalat yang pertama, yakni yang berjamaah diharuskan pada shalat yang kedua. Shalat yang hendak diulangi bukanlah shalat jenazah, hanya saja jika ia mengulanginya, niscaya shalatnya menjadi shalat sunnah seketika. Shalat yang hendak diulangi hanya dilakukan satu kali saja, kecuali shalat istisqa’ (meminta hujan).
Advertisement
Amalan Sunnah Sebelum dan Setelah Salat Ied
Ada beberapa amalan-amalan yang disunahkan sebelum dan sesudah menunaikan Salat Ied di lapangan terbuka, di antaranya :
Mandi dan Menyucikan Diri
Sebelum melaksanakan Salat Ied hendaknya mandi dan menyucikan diri terlebih dahulu. Jangan lupa untuk berwudhu sebelum berangkat menuju tempat salat. Terkadang seseorang lupa untuk mengambil air wudhu, terutama wanita yang memakai make-up setelah mandi, dikarnakan wudhu adalah salah satu syarat sahnya salat.
Memakai Pakaian Terbaik
Saat hendak melaksanakan Salat Ied, sebaiknya kita menghias diri dan memakai pakaian terbaik. Pria juga dianjurkan untuk memakai wangi-wangian. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Qayyim bahwa “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa keluar ketika Shalat Idul Fithri dan Idul Adha dengan pakaiannya yang terbaik”.
Makan Sebelum Salat Idul Fitri
Sebelum melaksanakan Salat Ied, dianjurkan untuk makan di pagi hari dan hal inilah yang membedakan Shalat Idul Fitri dengan Shlat Idul Adha, di mana saat sebelum Salat Idul Adha kita tidak dianjurkan untuk makan. Hal ini dimaksudkan bahwa pada hari Raya Idul Fitri umat Islam tidak lagi melakukan ibadah puasa, seperti sebelumnya pada bulan Ramadan.
Sebagaimana hadis Rasulullah:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لاَ يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ وَلاَ يَأْكُلُ يَوْمَ الأَضْحَى حَتَّى يَرْجِعَ فَيَأْكُلَ مِنْ أُضْحِيَّتِهِ
“Rasulullah SWA biasa berangkat Salat Ied pada hari Idul Fitri dan beliau makan terlebih dahulu. Sedangkan pada hari Idul Adha, beliau tidak makan lebih dulu kecuali setelah pulang dari Salat Ied baru beliau menyantap hasil qurbannya.”
Mengumandangkan Takbir
Mengumandang takbir atau takbiran pada hari raya Idulfitri adalah sesuatu yang disyariatkan oleh agama. Ada dua pendapat dari ulama mengenai waktu dimulainya takbiran, yaitu dimulai sejak malam setelah magrib satu hari sebelum salat Idul fitri, dan saat pagi hari ketika menuju salat Idul fitri.
Berbeda halnya dengan Idul adha, kumandang takbir juga digemakan saat hari tasrik hingga 13 Dzulhijah. Pada Idulfitri, tidak ada lagi takbir setelah salat selesai dilakukan. Muhammadiyah sendiri dalam situs resminya menjelaskan jika lafaz takbir Idul Fitri yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw adalah sebagai berikut.
Lafaz takbir Idulfitri seperti disandarkan kepada Ibn Mas’ud, ‘Umar ibn al-Khattab, dan ‘Ali ibn Abi Thalib, di antaranya adalah sebagai berikut:
اَللهُ أًكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ اْلحَمْدُ.
“Allahu akbar allahu akbar, la ilaha illallah wallahu akbar alllahu akbar walillahil hamd”.
Artinya:
“Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Tiada Tuhan melainkan Allah dan Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, dan bagi Allah-lah segala puji”.
Tata Cara Shalat
Ada tata cara shalat Idul Fitri yang berbeda dengan sholat yang biasa dilakukan 5 waktu. Salat Idul Fitri bisa dilaksanakan secara berjamaah atau sendiri sebanyak 2 rakaat, dengan takbir sebanyak tujuh kali di rakaat pertama dan lima kali pada rakaat kedua.
Supaya tidak salah, simak panduan dan urutan Sholat Idul Fitri, berikut ini agar ibadah detikers menjadi lebih afdal.
1. Membaca Niat Salat Idul Fitri
2. Melakukan Takbiratul Ihram
3. Membaca Doa Iftitah
4. Takbir Sebanyak 7 kali (Rakaat Pertama)
Setelah takbiratul ihram dan membaca doa iftitah, selanjutnya melakukan takbir sebanyak tujuh kali. Di sela-sela setiap takbir dianjurkan untuk membaca:
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
Arab-Latin: Allaahu akbar kabiraa walhamdulillaahi katsiiraa, wa subhaanallaahi bukratan wa'ashiilaa"
Artinya:
"Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan petang"
Atau bisa juga membaca tasbih berikut ini:
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ وَلاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ
Arab-Latin: Subhanallah walhamdulillah wala ilaaha illallahu wallahu akbar wala haulawala quwwata illa billahil 'aliyyil 'adzim
Artinya:
"Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Allah, Allah maha besar."
5. Membaca Al-Fatihah dan Surat Pendek
Setelah takbir sebanyak tujuh kali, rukun selanjutnya adalah membaca Al-Fatihah dilanjutkan dengan bacaan surat pendek seperti salat fardhu dan sunah umumnya. Pada solat Id rakaat pertama dianjurkan untuk membaca Surat Al-A'la.
6. Ruku' Hingga Berdiri Lagi
Rukun selanjutnya setelah selesai membaca surat pendek sama seperti pelaksanaan salat fardhu dan sunah lainnya. Salat dilanjutkan dengan ruku', sujud, duduk di antara dua sujud, dan seterusnya hingga berdiri untuk rakaat kedua. Untuk bacaannya pun sama seperti bacaan salat biasanya.
7. Takbir Lima Kali (Rakaat Kedua)
Pada rakaat kedua, melakukan takbir sebanyak lima kali. Bacaan yang dilafalkan di sela-sela takbir sama seperti pada rakaat pertama.
8. Mengulangi Rukun Seperti Rakaat Pertama
Setelah melakukan takbir sebanyak lima kali, rukun salat Id selanjutnya sama seperti pada rakaat pertama mulai dari membaca al-Fatihah, ruku', sujud, hingga salam. Pada rakaat kedua, disarankan untuk membaca Surat urat al-Ghâsyiyah.
Advertisement