Sukses

Mengenal Gangguan Disosiatif, Ciri-Ciri, Penyebab, dan Penanganannya

Gangguan Disosiatif adalah suatu kondisi mental yang ditandai dengan pemisahan atau perubahan dalam kesatuan identitas, memori, atau kesadaran seseorang.

Liputan6.com, Jakarta Gangguan Disosiatif adalah suatu kondisi mental yang ditandai dengan pemisahan atau perubahan dalam kesatuan identitas, memori, atau kesadaran seseorang. Gangguan ini dapat membuat penderitanya mengalami pengalaman tidak nyata, seperti terpisah dari tubuh atau melihat dirinya dari luar tubuhnya. Gangguan Disosiatif melibatkan adanya disosiasi, yaitu gangguan dalam fungsi kehidupan sehari-hari seperti ingatan, persepsi, dan kesadaran yang biasanya terintegrasi dengan baik.

Ada beberapa jenis Gangguan Disosiatif yang dapat terjadi. Salah satunya adalah Gangguan Disosiatif Identitas, yang dikenal juga sebagai gangguan kepribadian ganda. Pada kondisi ini, penderitanya memiliki dua atau lebih identitas yang berbeda dan sering kali tidak mengingat tentang identitas atau tindakan yang dilakukan oleh identitas lainnya.

Ada pula Gangguan Amnesia Disosiatif, di mana penderitanya kehilangan sebagian atau keseluruhan ingatan-ingatan tentang dirinya sendiri atau pengalaman traumatis yang dialami. Terakhir, Gangguan Depersonalisasi Disosiatif yang ditandai dengan perasaan tidak nyata atau terpisah dari diri sendiri, tubuh, atau pengalaman.

Penyebab Gangguan Disosiatif belum sepenuhnya dipahami, tetapi sering kali dikaitkan dengan kejadian traumatis atau stres yang berat. Beban emosional yang berlebihan dapat menjadi faktor pemicu untuk mengalami gangguan ini. Selain itu, juga ada faktor genetik dan lingkungan yang dapat berperan dalam munculnya gangguan ini. Pengobatan pada Gangguan Disosiatif melibatkan terapi, seperti terapi kognitif perilaku, terapi kelompok, dan terapi pendekatan integratif yang berfokus pada pemulihan kesatuan identitas dan integrasi pengalaman.

Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (1/4/2024) tentang gangguan disosiatif.

2 dari 5 halaman

Ciri-Ciri Gangguan Disosiatif

Gangguan disosiatif merupakan kondisi psikologis di mana seseorang mengalami pemisahan atau ketidaksadaran atas identitas, ingatan, atau realitas akan diri sendiri. Berikut adalah beberapa ciri-ciri seseorang yang mungkin mengalami gangguan disosiatif:

1. Amnesia disosiatif: Seseorang mungkin tidak dapat mengingat informasi penting tentang dirinya sendiri, seperti nama, alamat, atau pengalaman hidup tertentu.

2. Identitas ganda: Individu dengan gangguan disosiatif dapat memiliki lebih dari satu identitas atau kepribadian, yang berkembang sebagai mekanisme pertahanan diri terhadap trauma.

3. Kesadaran diri dan realitas yang terganggu: Seseorang dengan gangguan disosiatif mungkin merasa terputus dari dirinya sendiri atau merasa seperti dalam mimpi yang tidak nyata.

4. Gangguan persepsi sensorik: Individu tersebut dapat mengalami perubahan persepsi tentang dunia sekitar mereka, misalnya perasaan seperti sedang menyaksikan dirinya dari luar tubuh (depersonalisasi) atau merasa dunia di sekitar mereka tidak nyata (derealitasi).

5. Gangguan fisik dan neurologis: Beberapa gejala fisik dapat terjadi bersamaan dengan gangguan disosiatif, seperti rasa sakit kronis, pingsan, atau gangguan pencernaan.

6. Riwayat trauma atau stres yang signifikan: Banyak orang dengan gangguan disosiatif memiliki riwayat trauma atau stres yang berat, seperti pelecehan seksual, kekerasan, atau kecelakaan yang serius.

Ciri-ciri tersebut dapat bervariasi antar individu dan keparahan gangguan disosiatif juga dapat berbeda. Penting untuk mencari bantuan profesional jika kamu atau seseorang yang kamu kenal mengalami gejala-gejala tersebut. Psikoterapi dan dukungan medis dapat membantu mengelola dan mengatasi gangguan disosiatif.

3 dari 5 halaman

Penyebab Gangguan Disosiatif

Gangguan Disosiatif adalah kondisi mental yang ditandai dengan pemisahan atau gangguan dalam fungsi normal pikiran, identitas, ingatan, atau kesadaran. Berikut ini merupakan beberapa penyebab umum gangguan disosiatif:

1. Trauma: Pengalaman trauma yang ekstrem seperti pelecehan seksual, kekerasan fisik, atau kecelakaan serius dapat menyebabkan gangguan disosiatif. Individu yang mengalami trauma ini mungkin mengalami pemisahan diri dari peristiwa traumatis tersebut melalui amnesia disosiatif atau memiliki identitas ganda.

2. Faktor Lingkungan: Lingkungan yang mengalami kekerasan, pertikaian keluarga yang parah, atau ketidakstabilan dapat berkontribusi terhadap perkembangan gangguan disosiatif. Stres secara kronis dalam lingkungan ini bisa memicu respons yang tidak sehat dalam otak yang mengarah pada disosiasi.

3. Stres Emosional: Stres yang berhubungan dengan tekanan emosional seperti kehilangan orang terdekat, perpisahan, atau situasi hidup yang sulit dapat menjadi pemicu gangguan disosiatif. Melepaskan diri secara sementara dari realitas melalui disosiasi dapat menjadi mekanisme perlindungan terhadap tekanan emosional yang berlebihan.

4. Faktor Genetika dan Faktor Fisik: Studi menunjukkan bahwa gangguan disosiatif mungkin memiliki faktor genetik dan faktor fisik yang berperan. Terdapat bukti bahwa kondisi ini dapat terjadi atas dasar keturunan dan juga memiliki hubungan dengan perubahan kimia otak yang terkait dengan gangguan neurotransmitter.

Namun, sebaiknya konsultasikan dengan profesional kesehatan mental untuk diagnosis yang akurat dan perawatan yang tepat.

4 dari 5 halaman

Jenis-jenis Gangguan Disosiatif

Berikut jenis-jenis gangguan disosiatif:

1. Gangguan Disosiatif Identitas: Juga dikenal sebagai gangguan identitas disosiatif atau istilah yang lebih umum dikenal sebagai kepribadian ganda. Penderita mengalami perubahan identitas atau kepribadian yang berbeda secara bergantian.

2. Gangguan Disosiatif Amnesia: Penderita mengalami kehilangan ingatan yang signifikan dan tidak bisa mengingat informasi penting tentang identitasnya sendiri atau peristiwa penting dalam hidupnya.

3. Gangguan Disosiatif Fugue: Penderita mengalami hilangnya ingatan dan seringkali berpindah tempat atau kehidupan dengan identitas baru, dan tidak sadar atau tidak ingat akan kehidupan mereka yang sebelumnya.

4. Gangguan Disosiatif Konversi: Juga dikenal sebagai gangguan konversi, penderita mengalami gejala fisik yang serius dan parah yang tidak memiliki penyebab medis yang jelas, seperti kehilangan kemampuan berbicara atau gangguan penglihatan yang tiba-tiba.

5. Gangguan Disosiatif Depersonalisasi: Penderita mengalami perasaan terputus dari diri mereka sendiri dan merasa seperti mereka bukanlah bagian dari tubuh atau dunia mereka, sering kali menggambarkannya sebagai pengalaman luar tubuh atau berada dalam mimpi.

Gangguan disosiatif adalah kondisi mental yang serius dan kompleks. Mengenali dan memahami jenis-jenis gangguan disosiatif dapat membantu dalam diagnosis dan pengobatan yang tepat. Penting untuk mencari bantuan dari profesional medis jika mengalami gejala yang mencurigakan terkait gangguan disosiatif.

 

5 dari 5 halaman

Penanganan Gangguan Disosiatif

Gangguan Disosiatif adalah gangguan mental yang ditandai dengan pemisahan atau gangguan dalam kesatuan identitas, ingatan, dan kesadaran. Penanganan Gangguan Disosiatif melibatkan pendekatan terintegrasi dalam memberikan dukungan dan perawatan kepada individu yang mengalami gangguan ini. Berikut ini adalah poin-poin yang menjelaskan tentang penanganan Gangguan Disosiatif:

1. Diagnosis: Langkah awal dalam penanganan adalah diagnosa yang tepat. Psikolog atau psikiater akan melakukan penilaian yang komprehensif untuk memastikan bahwa gejala yang dialami memenuhi kriteria Gangguan Disosiatif.

2. Terapi Psikoterapi: Terapi individu dan terapi kelompok secara psikoterapi menjadi metode utama dalam mengobati Gangguan Disosiatif. Terapi dapat membantu individu memahami dan mengelola gejala disosiatif mereka, meningkatkan fungsi kognitif, dan membangun kesatuan identitas yang lebih stabil.

3. Terapi EMDR: Terapi EMDR (Eye Movement Desensitization and Reprocessing) juga bisa efektif dalam mengatasi gejala trauma yang mungkin menjadi penyebab Gangguan Disosiatif.

4. Farmakoterapi: Penggunaan obat-obatan psikotropika dapat membantu dalam mengelola gejala-gejala yang terkait dengan gangguan ini, seperti depresi, gangguan kecemasan, atau insomnia.

5. Dukungan Keluarga: Dukungan keluarga dan lingkungan sosial yang positif sangat penting dalam proses penanganan Gangguan Disosiatif. Anggota keluarga dapat terlibat dalam terapi keluarga untuk meningkatkan pemahaman, komunikasi, dan ikatan emosional.

6. Pengelolaan Stres: Mengurangi faktor pemicu dan mengembangkan cara-cara yang lebih sehat dan adaptif dalam mengelola stres juga merupakan bagian penting dari penanganan Gangguan Disosiatif. Teknik relaksasi, meditasi, atau olahraga dapat membantu individu mengatasi stres sehari-hari.

Dalam penanganan Gangguan Disosiatif, penting untuk bekerja sama dengan tenaga medis yang berkompeten dalam gangguan ini. Terapi dijalankan dengan konsistensi dan dukungan yang memadai dapat membantu individu mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup mereka.