Sukses

Apa Arti Tantrum pada Anak? Ini Penyebab, Jenis dan Penanganannya

Pengertian, gejala, penyebab, faktor resiko, jenis dan penanganan tantrum pada anak

Liputan6.com, Jakarta Penting bagi orang tua untuk memahami dengan baik apa itu tantrum pada anak, karena hal ini merupakan bagian penting dari proses pengasuhan dan pemahaman terhadap perkembangan anak. Arti tantrum pada anak menggambarkan ekspresi emosional yang kuat dan seringkali berlebihan, yang bisa meliputi menangis, berteriak, menendang, atau bahkan menahan napas. Dengan memahami arti tantrum ini, orang tua dapat lebih bijak dalam merespons dan mengelola perilaku tantrum anak, sehingga tidak hanya membantu anak mengatasi emosi mereka dengan lebih baik, tetapi juga memperkuat hubungan orang tua-anak.

Mengetahui arti tantrum pada anak juga penting untuk membantu orang tua membedakan antara tantrum yang wajar dengan masalah perilaku yang lebih serius. Tantrum pada anak adalah bagian normal dari proses pertumbuhan dan perkembangan mereka, namun jika terjadi secara berlebihan atau terus-menerus, hal tersebut bisa menjadi sinyal adanya masalah yang lebih dalam yang perlu ditangani dengan lebih serius. Oleh karena itu, pemahaman yang baik tentang arti tantrum dapat membantu orang tua mengambil langkah-langkah yang tepat dalam mendukung kesejahteraan dan perkembangan emosional anak mereka.

Selain itu, dengan memahami arti tantrum, orang tua juga dapat membantu anak mengembangkan keterampilan emosional yang lebih baik. Dengan memberikan dukungan, pemahaman, dan pembelajaran yang sesuai saat menghadapi tantrum, orang tua dapat mengajarkan anak untuk mengenali dan mengelola emosi mereka dengan lebih efektif. Hal ini tidak hanya bermanfaat dalam mengatasi tantrum, tetapi juga membantu anak dalam membangun kemandirian, kepercayaan diri, dan hubungan yang sehat dengan orang lain.

Untuk informasi lebih lengkapnya, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber pengertian, gejala, penyebab, faktor resiko, jenis dan penanganan tantrum pada anak, Rabu (3/4/2024).

2 dari 6 halaman

Apa Itu Tantrum pada Anak?

Tantrum pada anak adalah salah satu bentuk ekspresi emosional yang sering terjadi pada anak-anak prasekolah, di mana mereka mengekspresikan kemarahan melalui berbagai cara seperti tidur di lantai, meronta-ronta, berteriak, bahkan menahan napas. Ini adalah respons alami anak yang belum mampu mengungkapkan rasa frustrasi dengan kata-kata secara efektif. Perilaku tantrum ini dapat dipicu oleh berbagai faktor, mulai dari kebutuhan dasar seperti lapar dan ngantuk, hingga ketidaknyamanan dalam situasi tertentu atau pengasuhan yang tidak konsisten.

Rudolph Dreikurs, seorang pakar pengasuhan anak, menekankan bahwa keputusasaan menjadi salah satu alasan utama anak berperilaku buruk. Anak yang merasa putus asa seringkali menuntut perhatian yang tidak semestinya, dan orang tua cenderung membalas dengan memaksakan kehendak mereka, yang berujung pada siklus negatif. Penting untuk diingat bahwa tantrum pada anak usia 15 bulan hingga 6 tahun adalah normal dan bukan tanda perilaku permanen yang abnormal.

Anak yang aktif dengan energi berlimpah cenderung lebih rentan mengalami tantrum, terutama dalam situasi di mana mereka tidak mendapatkan apa yang diinginkan. Pola tantrum ini biasanya berhenti saat anak mendapatkan apa yang mereka minta. Untuk menghadapi tantrum anak dengan efektif, orang tua perlu mengontrol emosi mereka sendiri dan memberikan respons yang tepat dan proporsional sesuai dengan situasi. Dengan pemahaman yang baik tentang tantrum dan cara mengelolanya, orang tua dapat membantu anak mengatasi emosi mereka dengan lebih baik dan memperkuat hubungan orang tua-anak.

3 dari 6 halaman

Jenis Tantrum pada Anak

Berikut adalah beragam jenis tantrum pada anak beserta penjelasan yang lebih mendalam:

1. Tantrum Manipulatif

Tantrum manipulatif terjadi ketika anak mencoba menggunakan perilaku tantrum untuk memanipulasi orang tua atau orang lain agar memenuhi keinginannya. Biasanya, anak merasa tidak puas ketika keinginannya ditolak atau tidak segera dipenuhi. Mereka mungkin menunjukkan reaksi dramatis atau berlebihan dalam tantrum untuk mendapatkan perhatian dan memaksa orang tua untuk mengikuti keinginan mereka. Penting bagi orang tua untuk mengenali jenis tantrum ini agar tidak terjebak dalam pola memenuhi semua keinginan anak demi menghentikan tantrum, karena hal ini dapat memperkuat perilaku manipulatif.

2. Tantrum Frustasi

Tantrum frustasi terjadi ketika anak mengalami kesulitan dalam mengekspresikan atau mengelola emosinya dengan baik. Pemicu tantrum ini bisa beragam, seperti kelelahan, kelaparan, kegagalan dalam melakukan sesuatu, atau stres akibat tekanan lingkungan sekitar. Anak mungkin merasa frustrasi karena mereka belum memiliki keterampilan yang memadai untuk mengatasi tantangan atau merasa tidak dipahami oleh orang dewasa di sekitarnya. Orang tua perlu membantu anak mengidentifikasi dan mengelola emosi frustasi mereka dengan memberikan dukungan dan pemahaman.

3. Tantrum Putus Asa

Tantrum putus asa terjadi ketika anak merasa tidak mampu mengatasi situasi atau masalah yang dihadapi. Mereka bisa menunjukkan reaksi yang lebih pasif, seperti kehilangan semangat, merasa tidak berdaya, atau diam tanpa bereaksi secara ekspresif. Hal ini biasanya disebabkan oleh tingkat stres atau ketidaknyamanan yang tinggi namun anak tidak memiliki keterampilan atau keberanian untuk mengungkapkan emosi mereka secara langsung. Orang tua perlu membantu anak merasa didengar dan didukung serta mengajarkan mereka cara mengatasi rasa putus asa dengan mengembangkan keterampilan sosial dan emosional yang lebih baik.

Dengan memahami berbagai jenis tantrum ini, orang tua dapat merespons secara tepat dan membantu anak mengembangkan keterampilan pengelolaan emosi yang sehat. Penting untuk memberikan dukungan, pemahaman, dan bimbingan yang diperlukan agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik secara emosional.

4 dari 6 halaman

Penyebab dan Faktor Resiko Tantrum pada Anak

Tantrum pada anak sering terjadi terutama pada rentang usia 1-3 tahun, karena pada tahap ini anak sedang mengalami perkembangan sosial, emosional, dan bahasa yang masih awal. Salah satu penyebab utama tantrum adalah karena anak belum memiliki kemampuan yang cukup untuk mengkomunikasikan kebutuhan dan perasaannya dengan kata-kata, sehingga mereka sering merasa frustasi.

Tantrum sebenarnya adalah salah satu cara anak kecil dalam mengelola dan mengekspresikan perasaan mereka, serta mencoba untuk memahami atau mengubah situasi yang terjadi di sekitar mereka. Meskipun tantrum lebih sering terjadi pada anak usia 1-3 tahun, anak yang lebih besar juga bisa mengalami tantrum. Hal ini dapat disebabkan karena mereka belum belajar cara yang tepat untuk mengekspresikan atau mengelola perasaan mereka.

Selain itu, terdapat beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya tantrum pada balita dan anak yang lebih besar, antara lain:

  1. Temperamen Anak: Temperamen anak memengaruhi seberapa cepat dan kuat reaksi mereka terhadap hal-hal yang membuat frustrasi atau perubahan di lingkungan mereka. Anak-anak yang lebih sensitif atau mudah tersinggung mungkin akan lebih rentan terhadap tantrum.
  2. Stres, Kelaparan, Kelelahan, dan Stimulasi Berlebihan: Kondisi-kondisi ini dapat membuat anak sulit untuk mengomunikasikan dan mengelola perasaan mereka dengan baik, serta menjaga ketenangan.
  3. Situasi yang Tidak Dapat Diatasi oleh Anak-Anak: Contohnya, seorang balita mungkin merasa kesulitan menghadapi situasi di mana anak lain mengambil mainan mereka atau situasi di mana mereka merasa tidak memiliki kontrol atas lingkungan sekitar.
  4. Emosi yang Kuat: Emosi seperti khawatir, takut, malu, dan marah dapat membuat anak merasa kewalahan dan sulit untuk mengelola emosi mereka dengan baik.

Dengan memahami faktor-faktor risiko ini, orang tua dapat lebih siap dan mampu mengelola tantrum anak dengan lebih efektif. Memberikan dukungan, pemahaman, dan bimbingan yang tepat dapat membantu anak mengembangkan keterampilan emosional yang lebih baik dan mengatasi tantrum dengan lebih baik pula.

 

 

5 dari 6 halaman

Gejala Tantrum pada Anak

Tantrum pada anak memang sering ditandai dengan gejala yang mencolok seperti menjerit, menangis, dan bahkan memukul. Tanda-tanda amukan ini sulit untuk dilewatkan dan seringkali menjadi tantangan bagi orang tua dalam menghadapinya. Namun, penting untuk diingat bahwa tantrum adalah bagian normal dari perilaku balita dan merupakan cara mereka untuk mengekspresikan emosi dan kebutuhan mereka yang belum bisa dikomunikasikan dengan baik.

Selain gejala yang sudah disebutkan, ada beberapa gejala tantrum lainnya yang perlu diperhatikan, antara lain:

  1. Merengek: Anak dapat merengek dengan intensitas yang tinggi sebagai bentuk ekspresi ketidakpuasan atau frustrasi terhadap suatu hal.
  2. Menendang dan Memukul: Salah satu reaksi kasar yang sering terjadi pada tantrum adalah dengan menendang atau memukul, yang bisa mengakibatkan situasi menjadi lebih sulit untuk dikelola.
  3. Menahan Napas: Beberapa anak mungkin menahan napas selama tantrum, yang merupakan cara mereka untuk mengekspresikan ketidakpuasan atau kekecewaan.
  4. Mendorong: Mendorong orang lain atau benda di sekitarnya adalah salah satu bentuk perilaku agresif yang sering terjadi pada tantrum.
  5. Lemas: Beberapa anak mungkin menjadi lemas atau tidak responsif selama tantrum, menunjukkan bahwa mereka merasa sangat overstimulasi atau kesulitan mengatasi emosi mereka.
  6. Melempar Barang: Tantrum juga dapat ditandai dengan perilaku melempar barang, yang bisa membahayakan diri sendiri atau orang lain di sekitarnya.
  7. Menegangkan Badan dan Meronta-ronta Tubuh: Anak mungkin menegangkan badan mereka atau meronta-ronta tubuhnya sebagai bentuk ekspresi emosi yang kuat selama tantrum.

Dengan memahami berbagai gejala tantrum ini, orang tua dapat lebih siap dan mampu mengelola tantrum anak dengan lebih baik. Memberikan respon yang tepat, tenang, dan konsisten dapat membantu mengurangi intensitas tantrum dan membantu anak mengembangkan keterampilan emosional yang lebih baik.

6 dari 6 halaman

Penanganan Tantrum pada Anak

Penanganan tantrum pada anak memang memerlukan pendekatan yang berbeda tergantung pada karakteristik dan usia anak. Meskipun demikian, ada beberapa strategi umum yang dapat menjadi pertimbangan bagi orang tua dalam mengatasi tantrum anak.

  1. Pendekatan Pelukan dan Kenyamanan: Untuk balita, mendekatkan diri dan memberikan kenyamanan seperti pelukan dan elusan dapat membantu menenangkan anak saat tantrum. Hal ini juga penting untuk mengkomunikasikan bahwa orang tua memahami perasaan anak dan siap mendengarkan.
  2. Pemahaman Emosi Anak: Pada anak yang lebih besar, orang tua perlu mengenali emosi anak setiap kali tantrum terjadi. Memberikan jeda dan mendukung anak saat mereka tenang adalah langkah penting. Selanjutnya, atasi masalah yang memicu tantrum dengan pendekatan yang tenang dan bijak.
  3. Pastikan Keselamatan: Penting untuk memastikan bahwa anak dan orang di sekitarnya aman selama tantrum terjadi. Jika diperlukan, pindahkan anak ke tempat yang lebih kondusif dan aman untuk menenangkan suasana.
  4. Tenangkan Anak: Setelah berada di tempat yang aman, bantu anak untuk mengekspresikan emosinya dengan tenang. Bicaralah perlahan dengan suara yang lembut dan penuh pengertian.
  5. Hindari Berargumentasi: Jangan mencoba untuk berargumentasi dengan anak saat mereka sedang dalam kondisi tantrum. Berikan ruang dan waktu untuk mereka mengekspresikan emosi tanpa interupsi.
  6. Konsistensi dan Pembelajaran: Bersikaplah konsisten dalam tidak menyerah pada kemauan anak saat sedang tantrum. Hal ini akan membantu anak belajar bahwa amukan tidak akan membantu mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan secara instan.
  7. Izinkan Anak untuk Mengeluarkan Emosi: Berikan kesempatan kepada anak untuk "marah" dengan mengizinkan mereka mengeluarkan ekspresi emosinya dengan aman. Komunikasikan bahwa tempat tersebut adalah tempat yang tepat untuk anak mengungkapkan perasaannya.

Dengan mengikuti pendekatan-pendekatan ini, orang tua dapat membantu mengelola tantrum anak dengan lebih efektif dan memperkuat hubungan yang sehat antara orang tua dan anak. Penting untuk menghadapi tantrum dengan sabar, pengertian, dan konsistensi untuk membantu anak mengembangkan keterampilan emosional yang lebih baik.

 

Â