Liputan6.com, Jakarta Apakah wanita haid bisa meraih Lailatul Qadar? Lailatul Qadar adalah malam yang sangat istimewa di bulan Ramadan. Dalam malam tersebut, terjadi perjumpaan antara dua cahaya, yaitu cahaya langit yang terpantul dari para malaikat Allah SWT, dengan cahaya yang terpantul dari qalbu para orang mukmin yang telah mempersiapkan diri dengan segala amal Ramadannya.
Baca Juga
Advertisement
Namun, bagaimana dengan perempuan yang sedang mengalami haid? Apakah wanita haid bisa meraih Lailatul Qadar? Meskipun tidak bisa melakukan ibadah seperti shalat malam atau membaca Al-Quran, tetapi wanita haid masih bisa memanjatkan doa, membaca dzikir dan melakukan amalan-amalan lain yang tidak memerlukan wudhu atau shalat.
Kesiapan hati dan keikhlasan dalam beribadah juga menjadi faktor penting, untuk meraih keutamaan Lailatul Qadar. Apakah wanita haid bisa meraih Lailatul Qadar? Wanita haid tetap bisa melakukan introspeksi diri, merenungkan amal ibadah yang telah dilakukan selama Ramadan, serta memohon ampun dan keberkahan kepada Allah SWT. Jadi, sangat penting bagi setiap muslimah, termasuk wanita haid, untuk memanfaatkan setiap kesempatan dalam menyambut malam Lailatul Qadar.
Berikut ini amalan yang perlu dilakukan wanita haid agar meraih Lailatul Qadar yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (4/4/2024).
Peluang Wanita Haid Meraih Keutamaan Lailatul Qadar
Apakah wanita haid bisa meraih Lailatul Qadar? Pertanyaan ini seringkali muncul di kalangan umat Muslim, terutama para wanita yang merasa khawatir bahwa mereka akan kehilangan kesempatan, untuk mendapatkan keberkahan di malam yang penuh barakah ini. Lailatul Qadar adalah perjumpaan antara dua cahaya, yaitu cahaya langit yang dipancarkan oleh malaikat Allah SWT dengan cahaya yang terpancar dari qalbu para orang mukmin yang telah mempersiapkan diri selama bulan Ramadan. Meskipun wanita yang sedang mengalami haid atau nifas berada dalam keadaan yang tidak suci, bukan berarti mereka tidak dapat meraih keberkahan Lailatul Qadar.
Dalam agama Islam, wanita yang sedang haid atau nifas diharamkan untuk mengerjakan ibadah seperti shalat dan puasa. Akan tetapi, mereka masih dianjurkan untuk tetap berzikir, membaca Al-Qur'an, berdoa, dan berbuat kebaikan selama periode tersebut. Meskipun tidak dapat melakukan ibadah yang diwajibkan pada malam Lailatul Qadar, wanita tersebut tetap memiliki kesempatan untuk meraih keberkahan dengan berbuat baik dan menjaga hati yang selalu berdoa kepada Allah SWT.
Secara syariat perempuan yang mengalami haid tidak diperbolehkan untuk melakukan ibadah tertentu, akan tetapi ia tetap berpotensi mendapatkan pahala dalam Lailatul Qadar. Bagi perempuan yang mengalami haid lalu berniat untuk mengikuti aturan syariat (dengan tidak melakukan hal yang diharamkan) maka ia sudah mendapatkan pahala. Hal tersebut dipaparkan oleh Syekh bin Salamah Al-Qalyubi (wafat 1069 H) dalam kitabnya berikut ini:
وَتُثَابُ الْحَائِضُ عَلَى تَرْكِ مَا حَرُمَ عَلَيْهَا إذَا قَصَدَتْ امْتِثَالَ الشَّارِعِ فِي تَرْكِهِ
Artinya, “Perempuan haid bisa mendapatkan pahala saat meninggalkan ibadah yang diharamkan baginya, jika dalam haidnya ia berniat mengikuti perintah syariat untuk meninggalkan keharaman.” (Ahmad bin Salamah Al-Qalyubi, Hasyiyata Qalyubi wa Umairah, [Beirut: Dar Al-Fikr], juz I, halaman 114)
Ini menunjukkan bahwa seorang wanita, meskipun dalam keadaan yang tidak suci, masih memiliki kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mendapatkan keberkahan di malam Lailatul Qadar. Keyakinan dan ketulusan hati merupakan faktor penting dalam mencapai keberkahan tersebut.
Imam Ad-Dhahak (wafat 212 H) seorang pakar hadits terkemuka menyampaikan keterangan yang menarik tentang perempuan yang sedang mengalami haid:
قَالَ جُوَيْبِرْ: قُلْتُ لِلْضَّحَاكِ: أَرَأَيْتَ الْنُّفَسَاءَ وَالْحَائِضَ وَالْمُسَافِرَ وَالْنَّائِمَ لَهُمْ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدَرِ نَصِيْبٌ؟ قَالَ: نَعَمْ كُلُّ مَنْ تَقَبَّلَ اللهُ عَمَلُهُ سَيُعْطِيْهِ نَصِيْبُهُ مِنْ لَيْلَةِ الْقَدَرِ
Artinya, “Jubair berkata: “Aku pernah bertanya kepada Imam Ad-Dhahak, bagaimana pendapatmu mengenai perempuan yang sedang nifas, haid, orang yang tengah bepergian (musafir) dan orang yang tidur, apakah mereka bisa memperoleh bagian dari Lailatul Qadar?” Lantas oleh Imam Ad-Dhahak dijawab: “Ya, mereka masih bisa memperoleh bagian. Setiap orang yang diterima amalnya, maka Allah swt akan memberikan bagiannya dari Lailatul Qadar.” (Ibn Rajab Al-Hanbali, Lathaiful Ma’arif, [Beirut: Dar Ibn Hazm], halaman 192)
Advertisement
Amalan yang Diperoleh
Adapun amalan yang dapat dilakukan oleh perempuan yang sedang mengalami masa haid pada malam Lailatul Qadar, sebagaimana dijelaskan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI):
Berdzikir dan Bersholawat
Dzikir dan bersholawat adalah praktik ibadah yang sangat dianjurkan dalam agama Islam. Dengan mengingat Allah dan mengirimkan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, seseorang dapat mencapai ketenangan batin dan kedamaian jiwa. Bagi perempuan yang sedang haid, mengamalkan dzikir dengan menggunakan kalimat-kalimat thayyibah seperti tasbih, tahmid, takbir dan istighfar pada malam Lailatul Qadar bisa menjadi momen yang berarti untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Di tengah suasana malam yang penuh berkah, dzikir menjadi sarana untuk meningkatkan kesadaran spiritual dan memperkuat ikatan batin dengan Allah SWT. Anjuran untuk berdzikir ini tertuang dalam sebuah hadits yang disebutkan dalam riwayat dari Aisyah yang berbunyi:
“Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, jika aku menjumpai satu malam yang itu merupakan lailatul qadar, apa yang aku ucapkan?’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “
Ucapkanlah, ‘اللَّـهُـمَّ إنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيمٌ تُـحِبُّ العَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي’ (Ya Allah, sesungguhnya Engkau Dzat yang Maha Pemaaf dan Pemurah maka maafkanlah diriku.)'” (HR At-Turmudzi dan Ibnu majah).
Melakukan Murajaah
Membaca Alquran adalah salah satu ibadah yang amat mulia dalam agama Islam. Namun, bagi perempuan yang sedang haid, dilarang untuk menyentuh mushaf Alquran atau membaca ayat-ayatnya langsung. Meskipun demikian, mereka masih dapat mendapatkan pahala dengan melakukan murajaah, yaitu membaca Alquran dengan tujuan menghafalnya atau memperbaiki bacaan, tanpa menyentuh mushaf secara langsung. Melalui murajaah, perempuan yang sedang haid tetap bisa memperoleh manfaat spiritual dari Alquran tanpa melanggar ketentuan agama. Ini adalah kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Alquran, sumber cahaya dan petunjuk bagi umat Islam, di malam yang dianggap sebagai salah satu malam terbaik dalam setahun.
Maka dengan cara ini, wanita haid bisa berusaha memperoleh keutamaan Lailatul Qadar. Hal itu berdasarkan sebuah pernyataan dalam kitab Biharul Anwar yang berbunyi:
وعن أبي عبد الله عليه السلام قال: من استمع حرفا من كتاب الله من غير قراءة كتب له حسنة، ومحي عنه سيئة، ورفع له درجة
Artinya: Dari Ubai Abdillah, dia berkata, "Barangsiapa mendengarkan satu huruf dari kitab Allah (Al-Quran) tanpa membaca, maka ditulis baginya satu kebaikan, dihapus darinya satu keburukan, dan diangkat baginya satu derajat.”
Beristigfar
Istighfar, atau memohon ampunan kepada Allah, adalah tindakan yang sangat dianjurkan dalam agama Islam. Istighfar merupakan bentuk pengakuan atas dosa dan kesalahan yang dilakukan seseorang, serta permohonan untuk diampuni oleh Allah. Pada malam Lailatul Qadar, beristighfar menjadi amalan yang sangat bernilai, karena Allah SWT menjanjikan pahala yang besar bagi siapa saja yang tekun dalam beristighfar. Istighfar juga menjadi bentuk kesungguhan dalam memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas spiritual, serta mengharapkan rahmat dan maghfirah dari Allah SWT. Bagi perempuan yang sedang haid, beristighfar menjadi salah satu cara untuk tetap terlibat dalam ibadah dan mendapatkan keberkahan di malam yang istimewa ini.
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا
Artinya: Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia Maha Pengampun. (QS. Nuh: 10). Rasulullah SAW juga bersabda, "Barangsiapa memperbanyak Istighfar (mohon ampun kepada Allah), niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya jalan keluar, dan untuk setiap kesempitannya kelapangan, dan Allah akan memberinya rezeki (yang halal) dari arah yang tidak disangka-sangka." (HR. Abu Daud).
Menjaga Kebersihan
Menjaga kebersihan tubuh adalah bagian penting dari ajaran Islam, yang ditekankan dalam segala kondisi, termasuk saat sedang mengalami masa haid. Kebersihan tubuh bukan hanya masalah fisik semata, tetapi juga memiliki dimensi spiritual yang dalam. Pada malam Lailatul Qadar, menjaga kebersihan tubuh menjadi amalan yang sangat dihargai, karena mencerminkan rasa hormat dan ketaatan kepada ajaran agama. Dengan memperhatikan kebersihan tubuh, perempuan yang sedang haid menunjukkan kesungguhan dan rasa tanggung jawab dalam menjalankan ibadah, serta menghormati malam yang dianggap sebagai malam penuh berkah dan keistimewaan.
Bersedekah
Ibadah lain yang bisa dilakukan bagi siapapun untuk meraih Lailatul Qadar adalah sedekah. Dalam melaksanakan ibadah ini, umat Islam bisa menyisihkan sebagian dari hartanya kepada orang-orang yang lebih membutuhkan. Rasulullah SAW bahkan melakukannya semasa hidupnya. Sedekah semakin gencar dilakukan olehnya saat berada dalam bulan Ramadhan. Hal itu telah dijelaskan dalam hadits dari Ibnu ‘Abbas ra, dimana ia berkata,
“Nabi SAW adalah orang yang paling dermawan dalam segala kebaikan. Dan kedermawanannya yang paling dermawan adalah saat bulan Ramadhan ketika Jibril AS datang menemui beliau. Dan Jibril AS datang menemui beliau pada setiap malam di bulan Ramadhan sampai Ramadan berakhir. (Dalam pertemuan tersebut) Nabi SAW menyetorkan bacaan al-Quran kepada Jibril AS. Apabila Jibril AS datang menemui Nabi, maka Rasulullah adalah orang yang paling dermawan dalam segala kebaikan melebihi (kencangnya) angin yang berembus." (HR. Bukhari no. 1769).
Advertisement