Sukses

Alasan Seseorang Menjadi Arogan, Salah Satu Tanda Perasaan Rendah Diri

Seseorang bisa menjadi arogan karena mereka tidak sadar akan kelemahan mereka sendiri.

Liputan6.com, Jakarta Arogan adalah sikap yang membuat seseorang merasa lebih baik dari orang lain tanpa alasan yang jelas. Mereka berpikir bahwa kemampuan, kecerdasan, atau kekayaan mereka membuat mereka lebih unggul. Orang yang arogan cenderung tidak peduli dengan perasaan orang lain dan sulit melihat nilai dari orang lain.

Seseorang bisa menjadi arogan karena mereka tidak sadar akan kelemahan mereka sendiri. Mereka membesar-besarkan hal-hal yang mereka anggap bagus tentang diri mereka dan tidak menghargai pendapat atau kontribusi orang lain. Akibatnya, mereka seringkali bersikap sombong atau merendahkan orang lain yang mereka anggap di bawah mereka.

Dengan kata lain, arogan adalah sikap yang membuat seseorang merasa lebih tinggi dari orang lain tanpa alasan yang jelas, dan ini seringkali karena mereka tidak memahami diri mereka sendiri dengan baik atau tidak menghargai keberagaman dan kontribusi orang lain. Berikut ulasan lebih lanjut tentang alasan seseorang memiliki sikap arogan yang Liputan6.com rangkum dari laman believeinmind.com, Kamis (18/4/2024).

2 dari 4 halaman

Harga Diri Rendah Mendorong Pembentukan Sikap Arogan

Harga diri yang rendah bisa membuat seseorang menjadi arogan. Orang yang arogan seringkali merasa kurang yakin dan tidak aman tentang diri mereka sendiri. Mereka mencoba mengatasi hal ini dengan berpura-pura lebih unggul dari orang lain, seperti sikap sombong dan merendahkan orang lain. Padahal, sebenarnya itu hanyalah cara untuk menyembunyikan rasa tidak percaya diri mereka.

Beberapa orang arogan juga mencari pengakuan dari luar, seperti status atau pujian. Mereka merasa perlu untuk menonjolkan diri dan merendahkan orang lain agar merasa lebih berharga dan dihargai. Namun, hal ini tidak bisa mengisi kekosongan perasaan mereka dalam jangka panjang.

Orang yang arogan juga cenderung kurang memperhatikan perasaan orang lain dan sulit untuk berempati. Mereka terlalu fokus pada diri sendiri dan kurang bisa melihat dunia dari sudut pandang orang lain. Hal ini membuat mereka sulit untuk menggantikan sikap arogan dengan belas kasihan dan kebaikan hati.

Pengaruh Pola Asuh Orang Tua pada Pembentukan Sikap Arogan

Peran orang tua sangat besar dalam membentuk perilaku anak sejak usia dini. Cara mereka mendidik dapat sangat memengaruhi perkembangan sikap arogan pad seorang individu.

1. Kurang Kasih Sayang 

Jika orang tua kurang hangat, jarak, atau enggan memberikan kasih sayang kepada anak, mungkin sulit bagi anak untuk mengembangkan harga diri dari cinta dan pujian mereka. Anak mungkin merasa terpaksa membuktikan nilai dirinya melalui pencapaian dan status. Hal ini dapat mendorong kebutuhan untuk melihat diri sendiri sebagai lebih unggul untuk merasa berharga.

2. Pujian Berlebihan

Di sisi lain, jika orang tua memberikan pujian berlebihan dan membuat anak merasa seolah tidak pernah salah, itu kemungkinan besar memberikan rasa penting diri yang terlalu tinggi. Anak ditempatkan di atas pedestal dan dibuat merasa istimewa tanpa usaha. Hal ini menciptakan rasa entitlement yang menjadi dasar bagi sikap arogan.

3. Kurangnya Pertanggungjawaban

Apakah orang tua memberlakukan aturan yang wajar, memberikan tugas dan tanggung jawab, dan membuat anak bertanggung jawab atas tindakan mereka? Jika tidak, anak mungkin kehilangan kesempatan untuk mengembangkan sifat rendah hati, disiplin diri, dan menghargai upaya orang lain. Tanpa konsekuensi atas perilaku buruk, mudah merasa bahwa aturan tidak berlaku untuk diri sendiri.

4. Meniru Sikap Arogan 

Anak sering meniru sikap dan perilaku orang tua. Jika salah satu atau kedua orang tua menunjukkan kecenderungan arogan atau sombong, anak kemungkinan besar mengadopsi cara berpikir dan bertindak yang sama tanpa menyadarinya. Pengaruh ini sulit diatasi tanpa usaha sadar dan keinginan untuk berubah.

Kabar baiknya adalah masa lalu tidak harus menentukan masa depan seseorang. Dengan mengakui penyebab-penyebab ini, seseorang dapat mendapatkan wawasan tentang diri sendiri, mengembangkan sikap rendah hati, memperkuat harga diri yang sehat, dan mengelilingi diri dengan orang-orang yang menghargai kita karena siapa kita sebenarnya, bukan atas apa yang kita capai atau seberapa lebih baik kita dari orang lain. Dengan waktu dan latihan, seseorang dapat mengatasi sikap arogan.

3 dari 4 halaman

Budaya Berpengaruh Pada Pembentukan Sikap Arogan

Faktor budaya juga dapat mendorong pembentukan sikap arogan dan rasa entitlement. Pada beberapa masyarakat, status dan prestise sangat dihargai. Anak-anak diajarkan sejak dini bahwa mereka secara inheren lebih baik dari orang lain berdasarkan nama keluarga, kelas sosial, etnisitas, atau atribut lain di luar kendali mereka. Mengembangkan sikap rendah hati dan belas kasihan terhadap orang lain tidak mudah saat dididik untuk percaya bahwa mereka lebih unggul.

Materialisme dan persaingan adalah faktor budaya lain yang mendorong sikap arogan. Dalam budaya yang menekankan pencapaian kekayaan, simbol status, dan melampaui orang lain, orang cenderung mengembangkan rasa penting diri yang terlalu tinggi berdasarkan apa yang mereka miliki atau capai. Harga diri mereka menjadi terikat pada ukuran kesuksesan eksternal, dan mereka meremehkan orang yang mereka anggap kurang berprestasi atau kaya.

Beberapa sistem kepercayaan juga menciptakan sikap arogan dengan mempromosikan gagasan bahwa kelompok tertentu memiliki akses istimewa terhadap kebenaran atau kasih sayang Tuhan. Percaya bahwa Anda memiliki monopoli atas kebenaran dan moralitas mengarah pada sikap yang menghakimi dan merendahkan terhadap orang-orang dengan kepercayaan yang berbeda.

Keberuntungan, Status, dan Kekuasaan

Sikap arogan seringkali timbul dari keberuntungan. Mengembangkan rasa penting diri yang terlalu tinggi menjadi mudah ketika Anda mendapatkan keuntungan yang tidak dimiliki orang lain. Berikut tiga jenis keberuntungan utama yang berkontribusi pada sikap arogan. 

1. Keberuntungan Finansial 

Memiliki uang dapat merubah pandangan seseorang jika tumbuh dewasa dengan kekayaan dan tidak pernah mengalami kesulitan finansial. Orang dengan previlege finansial mungkin percaya bahwa dirinya layak mendapatkan standar hidup yang lebih tinggi, barang-barang mewah, dan kenyamanan yang lebih. Rasa entitlement ini memperkuat sikap arogan dan membuat sulit untuk berempati dengan mereka yang kurang beruntung.

2. Status 

Lahir dalam keluarga yang memiliki pengaruh, kekuasaan, atau prestise memberikan status tidak terduga yang harus dijaga dengan hati-hati. Mudah untuk mulai berpikir bahwa Anda istimewa atau lebih unggul karena nama keluarga atau hubungan keluarga . Berhati-hatilah untuk tidak merendahkan orang lain atau memanfaatkan status Anda untuk keuntungan pribadi. Tetaplah rendah hati dengan fokus pada karakter dan prestasi diri sendiri, bukan keluarga Anda.

3. Kekuasaan

Memiliki kekuasaan atas orang lain sangat memabukkan dan dapat mengarah pada sikap arogan jika disalahgunakan. Jangan terperangkap dalam pikiran bahwa posisi atau otoritas dapat membuat seseorang menjadi pribadi yang lebih baik. Perlakukan bawahan, karyawan, dan pengikut dengan kebaikan, rasa hormat, dan empati. Usahakan untuk memahami tantangan mereka dan mengakui kemanusiaan mereka.

4 dari 4 halaman

Peran Kecerdasan dan Prestasi dalam Sikap Arogan

Kecerdasan dan prestasi sering dianggap sebagai kualitas yang patut dihargai, tetapi keduanya juga dapat memicu sikap arogan pada beberapa orang. Mengembangkan rasa superioritas terhadap orang lain menjadi mudah ketika Anda cerdas atau berbakat. Seorang yang gtau bahwa dirinya cerdas mungkin menjadi percaya bahwa ia lebih baik dalam beberapa hal.

1. Kecerdasan 

Jika seseorang memiliki IQ tinggi atau kapasitas intelektual yang kuat,  orang tersebut mungkin merendahkan orang lain yang dianggap kurang berpengetahuan. Seorang yang cerdas berpikir bahwa kemampuan kognitif membuat dirinya lebih unggul. Namun, dalam kenyataannya, kecerdasan memiliki banyak bentuk. Hanya karena seseorang memiliki pengetahuan yang lebih sedikit di bidang tertentu tidak berarti mereka tidak memiliki bakat dalam cara lain.

2. Prestasi 

Telah mencapai tingkat kesuksesan atau status yang tinggi dalam suatu bidang  juga dapat menumbuhkan sikap arogan. Seorang yang sukses percaya bahwa dirinya telah mendapat hak untuk merendahkan orang lain yang belum mencapai level mereka. Namun, banyak faktor menentukan prestasi seseorang atau ketidakberhasilannya yang berada di luar kendali mereka. Menilai seseorang berdasarkan prestasi mereka adalah hal yang keliru.

Kecerdasan dan prestasi adalah kualitas yang patut dihargai, tetapi keduanya tidak membuat seorang individu lebih baik dari orang lain. Ada banyak jenis kecerdasan, dan kondisi kehidupan sangat memengaruhi peluang dan kesuksesan seseorang. Akar masalah dari sikap arogan di sini adalah membuat perbandingan dan penilaian yang tidak adil terhadap orang lain berdasarkan kriteria yang sempit.

Mengakui kecenderungan ini dalam diri sendiri dan mengembangkan empati serta belas kasihan terhadap orang dari berbagai latar belakang kehidupan adalah kunci untuk mengatasi pola pikir yang arogan. Tetaplah rendah hati tentang kemampuan dan prestasi = juga dapat membantu mencegah timbulnya perasaan superioritas dari awal.

Sikap Arogan sebagai Mekanisme Pertahanan 

Sikap arogan juga sering kali berasal dari ketidakamanan dan kebutuhan untuk melindungi ego seseorang. Beberapa orang mengatasi perasaan tidak cukup atau keraguan diri dengan meyakinkan diri bahwa mereka lebih unggul dari orang lain. Ini adalah mekanisme pertahanan untuk menghindari menghadapi kebenaran yang tidak nyaman tentang diri mereka atau batasan-batasan mereka.

1. Perasaan Inferior 

Mereka yang merasa dirinya kecil mungkin bertindak arogan untuk menyembunyikan perasaan rendah diri atau tidak berdaya mereka. Dengan keras mengumandangkan kehebatan mereka, mereka mencoba meyakinkan diri lebih dari siapa pun. Sikap arogan mereka adalah topeng untuk menyembunyikan kerentanan mereka.

2. Harga Diri yang Rapuh

Bagi beberapa orang, harga diri sulit diperoleh dan tidak stabil. Setiap ancaman yang dirasakan terhadap ego atau kompetensi mereka dihadapi dengan tindakan arogan yang berlebihan. Mereka harus membuktikan nilai dan kepentingan mereka untuk menjaga citra diri mereka. Kepercayaan diri dan pentingnya bergantung pada pujian dan persetujuan orang lain. Tanpa itu, harga diri mereka runtuh.

3. Strategi Penanganan 

Sikap arogan juga dapat menjadi strategi penanganan untuk kesulitan atau kegagalan dalam hidup. Dengan membesarkan ego, individu arogan merasa lebih besar atau lebih berkontrol. Percaya bahwa mereka lebih unggul membantu mereka merasionalkan masalah mereka atau memindahkan kesalahan kepada orang lain. Sikap arogan mereka adalah benteng terhadap situasi hidup yang tidak nyaman yang sebenarnya tidak ingin mereka hadapi atau tangani dengan lebih konstruktif.

Pada akhirnya, sikap arogan biasanya lebih merugikan daripada menguntungkan. Mungkin sementara mengurangi kegelisahan batin tetapi pada akhirnya mengalihkan perhatian dari hubungan yang berarti dan pertumbuhan pribadi. Mengakui akar penyebab sikap arogan adalah langkah pertama untuk mengembangkan sikap rendah hati, penerimaan diri, dan belas kasihan terhadap orang lain.