Liputan6.com, Jakarta Kesan merupakan penilaian atau persepsi yang dibentuk seseorang terhadap orang, aktifitas, atau situasi tertentu. Kesan bisa didasarkan pada pengalaman pribadi, penampilan fisik, perilaku, atau bahkan pandangan orang lain. Keinginan untuk membuat orang lain terkesan sering dipengaruhi oleh tekanan sosial dan dorongan untuk diterima dalam lingkungan tertentu.
Menciptakan kesan yang baik di mata orang lain tentu memiliki sejumlah manfaat dan keuntungan yang bisa kita dapatkan. Namun, perlu diketahui bahwa keinginan yang berlebihan untuk membuat orang lain terkesan bisa berbahaya bagi kesehatan mental seseorang. Terlalu fokus pada opini orang lain dan mencoba untuk selalu menyenangkan orang lain dapat menimbulkan stres dan kecemasan yang berkepanjangan. Seseorang dapat merasa tertekan, terbebani, dan kehilangan jati diri mereka sendiri.
Oleh karena itu penting bagi kita untuk memahami kesan itu apa, bagaimana kesan tercipta, serta bagaimana keinginan selalu membuat orang lain terkesan bisa menjadi bumerang bagi diri sendiri. Berikut adalah penjelasan tentang kesan itu apa, sebagaimana telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis (18/4/2024).
Advertisement
Bagaimana Kesan Tercipta?
Kesan adalah reaksi atau tanggapan yang muncul setelah berinteraksi dengan sesuatu, baik itu orang, situasi, atau objek. Kesan ini dapat berupa pandangan positif atau negatif terhadap hal tersebut. Proses terbentuknya kesan dimulai dari pengamatan dan penilaian terhadap sesuatu, yang kemudian akan membuat kesan yang akan terus melekat dalam pikiran kita. Kesan dapat tercipta melalui berbagai cara, seperti tingkah laku, komunikasi verbal dan non-verbal, penampilan fisik, dan sebagainya. Namun, perlu diingat bahwa keinginan untuk membuat orang lain terkesan dengan segala cara dapat berbahaya bagi kesehatan mental.
1. Membentuk Stereotip
Membentuk stereotip adalah suatu proses di mana kita menggabungkan konsep tertentu atau atribut dengan kelompok tertentu dalam pikiran kita. Stereotip ini dapat membentuk persepsi yang kuat pada pertemuan, terutama melalui penilaian pertama.
Ketika kita pertama kali bertemu dengan seseorang, kita seringkali menggunakan stereotip untuk membuat penilaian cepat tentang mereka. Misalnya, jika kita melihat seseorang berpakaian secara formal, kita mungkin langsung mengasumsikan bahwa mereka adalah orang yang sukses dan berpengaruh. Begitu juga sebaliknya, jika seseorang terlihat santai dan ceria, kita mungkin menganggap mereka sebagai orang yang ramah dan mudah bergaul.
Namun, perlu diingat bahwa stereotip ini memiliki dampak pada persepsi kita yang lebih dalam. Saat seseorang dianggap sesuai dengan stereotip yang kita bentuk, kita dapat cenderung mengabaikan perbedaan individual yang sebenarnya ada dalam kelompok tersebut. Hal ini dapat membatasi pemahaman kita tentang orang lain dan dapat memunculkan prasangka dan diskriminasi.
Membentuk stereotip juga dapat memengaruhi cara kita berinteraksi dengan orang lain dalam pertemuan. Jika kita sudah memiliki stereotip yang negatif terhadap orang tertentu, kita mungkin menghindari atau bahkan mengabaikan mereka, tanpa memberi kesempatan untuk berinteraksi. Hal ini dapat menghambat pembentukan hubungan sosial yang sehat dan mempengaruhi kesehatan mental kita.
Dalam upaya untuk menghindari efek negatif dari membentuk stereotip, penting bagi kita untuk menyadari kecenderungan kita untuk membuat penilaian pertama berdasarkan stereotip. Kita perlu mengingat bahwa setiap individu adalah unik dan memiliki keistimewaan yang berbeda. Dengan memperluas pemahaman kita tentang orang lain dan menghindari menggeneralisasi, kita dapat mencegah stereotip merusak kesehatan mental kita dan hubungan sosial yang positif.
2. Implicit Personality Theory
Implicit Personality Theory atau Teori Kepribadian Implisit adalah konsep psikologis yang menjelaskan bagaimana penilaian tentang seseorang atau sesuatu didasarkan pada pengalaman individu yang telah ada sebelumnya. Ketika kita bertemu dengan seseorang, baik secara langsung maupun melalui interaksi sosial, kita cenderung membentuk suatu konsep tentang kepribadian mereka. Konsep ini disebut sebagai Implicit Personality Theory.
Pada dasarnya, teori ini mengatakan bahwa kita menciptakan sebuah konsep tertanam tentang sifat-sifat spesifik berdasarkan pada pengalaman kita. Misalnya, ketika seseorang menunjukkan sifat seperti kebaikan hati atau kecerdasan, kita mungkin cenderung mengasosiasikan mereka dengan sifat-sifat lain seperti keterbukaan atau keluwesan.
Namun, ini juga dapat berbahaya bagi kesehatan mental kita. Terlalu terpaku pada konsep yang tertanam dapat menyebabkan kesalahan penilaian dan stereotip yang tidak akurat. Selain itu, bergantung pada konsep tertanam juga dapat menghambat kemampuan kita untuk melihat dan menghargai perubahan dan perkembangan dalam diri seseorang.
Sebagai kesimpulan, teori kepribadian implisit menjelaskan bagaimana penilaian kita tentang orang-orang didasarkan pada pengalaman yang telah kita alami. Namun, perlu diingat bahwa terlalu terpaku pada konsep ini bisa berbahaya bagi kesehatan mental kita. Penting bagi kita untuk tetap terbuka dan fleksibel dalam menilai orang-orang yang ada di sekitar kita, serta melihat dan menghargai perubahan dalam diri mereka.
3. Atribusi
Dalam konteks psikologi sosial, atribusi mencakup pemahaman tentang maksud, motif, dan karakteristik orang lain berdasarkan perilakunya. Ketika kita berinteraksi dengan orang lain, kita cenderung mencoba untuk menginterpretasikan mengapa mereka bertindak seperti itu. Biasanya, atribusi berguna untuk membantu kita memahami orang lain dan membentuk persepsi serta tanggapan kita terhadap mereka.
Atribusi terbagi menjadi dua macam, yaitu persepsi kausalitas dan persepsi kejujuran. Persepsi kausalitas berkaitan dengan upaya kita untuk mencari tahu penyebab perilaku seseorang, apakah itu disebabkan oleh faktor internal (seperti kepribadian atau nilai-nilai) atau faktor eksternal (seperti situasi atau tekanan). Sedangkan persepsi kejujuran berkaitan dengan keyakinan kita terhadap kejujuran seseorang dalam memberikan informasi atau melaksanakan tugasnya.
Namun, terlalu fokus pada atribusi dan keinginan untuk membuat orang lain terkesan bisa berbahaya bagi kesehatan mental kita. Saat kita terlalu memikirkan apa yang orang lain pikirkan tentang kita, kita dapat terjebak dalam stres, kecemasan, dan perasaan tidak aman. Hal ini juga dapat menyebabkan kita kehilangan identitas asli kita dan mencoba terus-menerus memenuhi ekspektasi orang lain.
Sebagai gantinya, penting untuk mengembangkan kepercayaan diri dan menerima diri sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Menghargai diri sendiri dan memfokuskan energi pada pengembangan pribadi yang sejalan dengan nilai-nilai dan minat kita sendiri akan memungkinkan kita untuk hidup yang lebih sehat secara mental dan emosional.
Dalam kesimpulannya, atribusi membantu kita memahami orang lain berdasarkan perilaku mereka. Namun, terlalu fokus pada keinginan untuk membuat orang lain terkesan dapat berbahaya bagi kesehatan mental kita. Sebaliknya, kita perlu mengembangkan kepercayaan diri dan menerima diri sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki untuk hidup yang lebih sehat secara mental dan emosional.
Â
Advertisement
Tips Ciptakan Kesan Pertama yang Baik
Ketika bertemu dengan orang baru, kesan pertama yang terbentuk dapat memiliki dampak yang signifikan dalam membangun hubungan dan interaksi selanjutnya. Membuat kesan pertama yang baik adalah keterampilan penting yang dapat membantu kita mencapai kesuksesan dalam berbagai aspek kehidupan. berikut adalah sejumlah tips untuk menciptakan kesan pertama yang baik.
1. Tersenyum Secara Bertahap
Tersenyum adalah tindakan alami yang dapat meningkatkan suasana hati dan memberikan kesan positif pada orang lain. Namun, tidak semua senyuman memiliki efek yang sama. Sebuah senyuman yang tulus dan alami tentu akan memiliki dampak yang lebih besar daripada senyuman palsu atau terpaksa.
Salah satu cara untuk mencapai senyuman yang tulus adalah dengan tersenyum secara bertahap. Langkah-langkah ini memungkinkan seseorang untuk mempersiapkan dan mengendalikan ekspresi wajahnya sebelum akhirnya melakukan senyuman yang tulus.
Pertama-tama, coba mulai dengan tertawa dengan bertahap. Tertawa adalah bentuk ekspresi wajah yang mendahului senyuman. Dengan tertawa, otot-otot di wajah seseorang menjadi lebih rileks dan perlahan-lahan membentuk senyuman yang lebih spontan.
Setelah itu, berikan jeda beberapa detik sebelum melanjutkan ke tahap berikutnya. Jeda ini memungkinkan seseorang untuk menenangkan diri dan menciptakan suasana yang lebih rileks sebelum akhirnya mencoba tersenyum secara tulus.
Terakhir, saat melakukan tersenyum yang tulus, perhatikan ekspresi wajah dan sinyal tubuh yang menunjukkan kesungguhan dan kebahagiaan. Pastikan senyuman tersebut datang dari hati dan bukan hanya sekedar senyuman yang dipaksakan.
Dengan melalui langkah-langkah ini, seseorang dapat mencapai senyuman yang tulus dan alami. Senyuman yang tulus memiliki efek yang jauh lebih besar dalam menjalin hubungan sosial dan memberikan kesan positif pada orang lain. Jadi, berikanlah senyuman yang tulus dan rasakan manfaatnya bagi kesehatan mental Anda dan orang-orang di sekitar Anda.
2. Jangan Kontak Mata Terlalu Lama
Ketika berinteraksi dengan orang lain, kontak mata sering dianggap penting untuk menciptakan kesan yang baik. Namun, terlalu lama melakukan kontak mata dapat berdampak negatif terhadap kesehatan mental seseorang.
Menghadapi seseorang yang terlalu lama melakukan kontak mata bisa menjadi hal yang sulit. Namun, ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi situasi ini. Salah satunya adalah dengan tidak terlalu lama melakukan kontak mata sendiri. Anda tidak perlu mempertahankan kontak mata yang terlalu lama, karena hal ini dapat membuat Anda merasa tidak nyaman dan bahkan membuat orang lain merasa terintimidasi.
Menurut informasi latar belakang, terlalu lama melakukan kontak mata dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap situasi. Misalnya, jika Anda terus-menerus menatap seseorang dengan tatapan tajam, mereka mungkin menganggap Anda agresif atau tidak ramah. Ini bisa membuat orang lain merasa tidak nyaman dan berpotensi merusak hubungan sosial.
Hal ini juga dapat berdampak buruk pada kesehatan mental seseorang. Menurut penelitian, terlalu lama melakukan kontak mata dapat meningkatkan tingkat kecemasan dan tekanan pada individu. Ini dapat mengganggu keseimbangan emosi dan kesejahteraan mental secara keseluruhan.
Dalam menghadapi situasi ini, penting untuk memiliki kesadaran dan memperhatikan durasi kontak mata. Berusaha untuk menghindari terlalu lama melakukan kontak mata dapat mengurangi ketegangan dan memungkinkan hubungan sosial yang lebih nyaman dan sehat.
3. Jaga Postur Tubuh
Postur tubuh yang baik merupakan hal penting yang sering kali diabaikan oleh banyak orang. Padahal, postur tubuh yang baik dapat memberikan kesan yang positif pada orang lain. Selain itu, postur tubuh yang baik juga dapat meningkatkan kepercayaan diri seseorang.
Untuk menjaga postur tubuh yang baik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, pastikan posisi kepala Anda selalu tegak dan tidak condong ke depan. Hal ini bisa dilakukan dengan mengatur posisi duduk atau berdiri yang nyaman dan menggunakan bantal yang tepat saat tidur.
Selanjutnya, perhatikan posisi bahu Anda. Pastikan bahu Anda tidak melorot ke depan atau terlalu mengangkat. Usahakan untuk menjaga kepala, bahu, dan pinggul berada dalam satu garis lurus. Hindari membungkuk atau membungkukkan badan terlalu sering, terutama saat menggunakan gadget atau duduk dalam waktu yang lama.
Selain itu, perhatikan juga posisi tulang belakang Anda. Jaga agar tulang belakang tetap tegak dan tidak terlalu melengkung ke depan atau ke belakang. Untuk membantu menjaga keseimbangan tulang belakang, duduklah dengan sandaran punggung yang nyaman atau gunakan kursi yang ergonomis.
Mengenai alternatif lain untuk menjaga postur tubuh yang baik, Anda dapat melibatkan diri dalam olahraga seperti yoga atau pilates yang fokus pada gerakan dan peregangan untuk meningkatkan fleksibilitas dan kekuatan tubuh. Selain itu, latihan kekuatan yang melibatkan otot inti juga dapat membantu menjaga postur tubuh yang baik.
Dengan menjaga postur tubuh yang baik, Anda akan memberikan kesan yang lebih baik pada orang lain. Postur tubuh yang baik dapat memberikan penilaian positif terhadap pribadi Anda, meningkatkan kepercayaan diri, dan menjaga kesehatan mental. Oleh karena itu, tidak ada salahnya untuk memperhatikan dan menjaga postur tubuh sehari-hari.
4. Tunjukkan Sifat Empati
Saat bertemu dengan orang baru, menunjukkan sifat empati sangat penting untuk menciptakan hubungan yang baik dan memperlihatkan kepedulian kita pada mereka. Sifat empati adalah kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan serta pengalaman orang lain.
Cara pertama menunjukkan sifat empati adalah dengan memberikan reaksi yang sesuai. Misalnya, jika mereka sedang berbicara tentang kejadian yang membuat mereka sedih, kita bisa menunjukkan simpati dan memberikan penghiburan. Jika mereka berbagi kebahagiaan, kita bisa merayakan keberhasilan mereka dengan tulus.
Selain memberikan reaksi yang sesuai, menunjukkan kepedulian juga sangat penting. Hal ini bisa dilakukan dengan memperhatikan apa yang mereka katakan dan menunjukkan minat sejati pada cerita mereka. Bertanya lebih banyak tentang topik yang mereka bagikan dan berikan perhatian penuh saat mereka berbicara.
Dalam menunjukkan sifat empati, kita juga perlu menghindari sikap yang merendahkan atau menilai orang tersebut. Alih-alih, fokuslah pada pengalaman dan perasaan mereka. Jangan lupa bahwa setiap orang memiliki latar belakang yang berbeda, sehingga pengalaman dan perasaan mereka mungkin juga berbeda.
Dengan menunjukkan sifat empati pada orang baru, kita akan menciptakan ikatan yang lebih kuat dan hubungan yang lebih baik. Selain itu, menunjukkan empati juga dapat meningkatkan kesehatan mental kita sendiri karena kita berinteraksi secara positif dengan orang lain. Oleh karena itu, selalulah berusaha untuk menunjukkan sifat empati kepada orang-orang yang baru kita temui.
5. Melakukan Persiapan
Sebelum bertemu seseorang, melakukan persiapan yang baik menjadi langkah penting untuk menciptakan kesan yang positif. Persiapan ini melibatkan banyak faktor, termasuk kontak mata yang tepat, menunjukkan ketertarikan, serta penampilan yang rapi dan sopan.
Melakukan kontak mata yang tepat saat berbicara dengan seseorang dapat menunjukkan kepercayaan diri dan rasa hormat. Hal ini juga dapat menciptakan hubungan yang lebih baik antara Anda dan orang lain, membuat mereka merasa dihargai dan diperhatikan. Selain itu, menunjukkan ketertarikan terhadap apa yang orang lain katakan dapat meningkatkan kesan Anda terhadap mereka.
Selain itu, penampilan rapi dan sopan juga sangat penting dalam menciptakan kesan yang baik. Memiliki penampilan yang terawat dan rapi dapat menunjukkan bahwa Anda menghargai diri sendiri dan juga orang lain. Mengenakan pakaian yang sesuai dan merawat penampilan fisik dapat membangun kesan yang positif terhadap Anda.
Dalam kesimpulannya, melakukan persiapan dengan memperhatikan kontak mata yang tepat, menunjukkan ketertarikan, serta penampilan yang rapi dan sopan merupakan langkah penting untuk menciptakan kesan yang positif. Melakukan persiapan ini dapat membantu membangun hubungan yang baik dengan orang lain, namun perlu diingat bahwa terlalu fokus pada membuat orang lain terkesan dapat berdampak negatif pada kesehatan mental Anda. Oleh karena itu, seimbangkan upaya untuk menciptakan kesan yang baik dengan menjaga kesehatan mental Anda.
Bahayanya Selalu Ingin Membuat Orang Lain Terkesan
Kesan secara umum merujuk pada kesan atau pendapat yang diberikan oleh seseorang terhadap orang lain atau situasi tertentu. Meskipun membuat orang lain terkesan bisa menjadi hal yang baik untuk membantu atau mendapatkan penerimaan sosial, ada juga beberapa kerugian yang dapat ditimbulkan jika dilakukan secara berlebihan.
Motif yang mendorong seseorang untuk selalu ingin membuat orang lain terkesan dapat bervariasi. Beberapa faktor seperti keinginan untuk mendapatkan penerimaan sosial, rasa harga diri yang rendah, atau kebutuhan akan validasi dari orang lain dapat menjadi penentu utama dalam perilaku ini.
Motif-motif tersebut dapat menyebabkan stres kronis, kecemasan, depresi, perasaan tidak puas dengan diri sendiri, dan peningkatan risiko kelelahan atau kelelahan emosional. Selain itu, perilaku ini dapat mengganggu komunikasi yang jujur ​​dan otentik dan menciptakan hubungan yang tidak seimbang atau tidak sehat dengan orang lain.
Selalu berusaha membuat orang lain terkesan juga dapat mengaburkan identitas diri seseorang dan mengarah pada perasaan kehilangan diri. Individu tersebut mungkin kehilangan kontak dengan nilai-nilai, minat, dan keinginan pribadi mereka sendiri.
Dalam beberapa kasus, keinginan untuk selalu membuat orang lain terkesan dapat mendorong seseorang untuk mengambil tindakan yang merugikan diri sendiri, seperti menempatkan kebutuhan orang lain di atas kebutuhan pribadi atau bahkan berbohong atau memanipulasi untuk mencapai pengakuan.
Karena itu, penting untuk memperhatikan dan menjaga kesehatan mental kita dengan mengenali batasan dalam usaha untuk membuat orang lain terkesan, serta membangun kepercayaan diri dan kenyamanan dengan diri sendiri.
Advertisement