Sukses

Gangguan Kecemasan Berlebih, Ini Tipe, Gejala, Penyebab dan Pengobatannya

Pengertian, tipe, gejala, penyebab dan pengobatan gangguan kecemasan berlebih

Liputan6.com, Jakarta Menghadapi tantangan kehidupan seringkali memunculkan respon alami yang disebut dengan gangguan kecemasan berlebih. Fenomena ini menciptakan dunia internal yang kompleks, di mana rasa takut dan kegelisahan melintas tanpa henti.

Bagi banyak orang, gangguan kecemasan berlebih bukan hanya sekadar perasaan khawatir yang biasa, melainkan sebuah kondisi yang menghimpun segala pikiran negatif dalam keseharian. Dalam keadaan seperti ini, kekhawatiran tak terkendali dapat menghalangi potensi seseorang untuk meraih kebahagiaan dan produktivitas yang optimal.

Namun, tidak semua kecemasan dianggap sebagai gangguan kecemasan berlebih. Perbedaannya terletak pada intensitasnya yang melampaui batas wajar, memengaruhi kualitas hidup, dan mungkin memerlukan perhatian khusus dalam penanganannya.

Dalam masyarakat yang semakin kompleks dan penuh tekanan, pemahaman akan gangguan kecemasan berlebih menjadi semakin penting. Dari anak-anak hingga dewasa, dampaknya bisa meresap dalam berbagai aspek kehidupan, dari kinerja di sekolah atau pekerjaan hingga interaksi sosial sehari-hari.

Ketika gangguan kecemasan berlebih tidak diatasi, dapat menghasilkan siklus yang mengganggu kestabilan emosi dan mental seseorang. Tantangannya bukan hanya pada upaya untuk meredakan kecemasan, tetapi juga membangun strategi jangka panjang untuk mengelola dan mengurangi dampaknya terhadap kesejahteraan umum. Oleh karena itu, pengetahuan yang mendalam dan solusi yang efektif dalam menghadapi gangguan kecemasan berlebih menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perjalanan kesehatan mental.

Untuk lebih memahami apa itu gangguan kecemasan berlebih, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari WebMD, pengertian, tipe, gejala, penyebab dan pengobatan gangguan kecemasan berlebih, pada Senin (29/4).

2 dari 8 halaman

Apa Itu Gangguan Kecemasan Berlebih?

Gangguan kecemasan berlebih adalah kondisi di mana seseorang mengalami kecemasan yang berlebihan dan konstan, melebihi tingkat kecemasan yang normal. Kecemasan sendiri adalah emosi normal yang menjadi cara otak untuk merespons stres dan memberi peringatan tentang potensi bahaya di masa depan.

Semua orang bisa merasa cemas sesekali. Misalnya, Anda mungkin merasa cemas saat dihadapkan dengan masalah di tempat kerja, sebelum mengikuti ujian, atau sebelum membuat keputusan penting.

Kecemasan sesekali tidak masalah. Namun, gangguan kecemasan berlebih berbeda. Mereka merupakan kelompok penyakit mental yang menyebabkan kecemasan dan ketakutan yang konstan dan menghancurkan. Kecemasan yang berlebihan ini dapat membuat Anda menghindari pekerjaan, sekolah, pertemuan keluarga, dan situasi sosial lainnya yang mungkin memicu atau memperburuk gejala Anda.

Dengan pengobatan, banyak orang dengan gangguan kecemasan berlebih dapat mengelola perasaan mereka. Pengobatan tersebut dapat meliputi terapi bicara, obat-obatan, atau kombinasi dari keduanya. Penting untuk mendapatkan bantuan profesional jika Anda mengalami gejala gangguan kecemasan berlebih untuk mendapatkan perawatan yang sesuai dan membantu Anda mengatasi kondisi tersebut.

3 dari 8 halaman

Tipe Gangguan Kecemasan Berlebih

Gangguan kecemasan berlebih adalah kondisi mental yang menyebabkan kecemasan yang berlebihan dan konstan, melebihi tingkat kecemasan yang normal. Ada berbagai jenis gangguan kecemasan, seperti gangguan kecemasan umum, gangguan panik, fobia sosial, fobia spesifik, agorafobia, gangguan kecemasan berpisah, mutisme selektif, dan gangguan kecemasan yang dipicu oleh obat. Setiap jenis gangguan kecemasan memiliki gejala dan dampak yang berbeda pada kehidupan sehari-hari seseorang. Berikut penjelasannya:

  1. Gangguan Kecemasan Umum (Generalized Anxiety Disorder/GAD): Anda merasa kekhawatiran dan ketegangan yang berlebihan dan tidak realistis tanpa alasan yang jelas atau dengan alasan yang kecil.
  2. Gangguan Panik (Panic Disorder): Anda merasakan rasa takut mendadak dan intens yang menyebabkan serangan panik. Selama serangan panik, Anda mungkin berkeringat, merasakan nyeri dada, dan detak jantung yang berdebar (palpitasi). Terkadang Anda mungkin merasa sesak napas atau seperti sedang mengalami serangan jantung.
  3. Gangguan Kecemasan Sosial (Social Anxiety Disorder/SAD): Juga disebut fobia sosial, ini terjadi saat Anda merasa kekhawatiran yang sangat besar dan merasa malu di situasi sosial sehari-hari. Anda terus-menerus khawatir tentang penilaian orang lain terhadap Anda atau merasa malu atau diejek.
  4. Fobia Spesifik (Specific Phobias): Anda merasa takut yang intens terhadap objek atau situasi tertentu, seperti ketinggian atau terbang. Ketakutan ini melebihi apa yang seharusnya dan mungkin membuat Anda menghindari situasi biasa.
  5. Agorafobia (Agoraphobia): Anda memiliki ketakutan yang sangat besar untuk berada di tempat di mana sulit untuk melarikan diri atau mendapatkan bantuan jika terjadi keadaan darurat. Misalnya, Anda mungkin panik atau merasa cemas saat di pesawat, di transportasi umum, atau saat berdiri di antara kerumunan.
  6. Gangguan Kecemasan Berpisah (Separation Anxiety Disorder): Bukan hanya anak kecil yang merasa takut atau cemas ketika orang yang dicintai pergi. Siapa pun dapat mengalami gangguan kecemasan berpisah. Jika Anda mengalaminya, Anda akan merasa sangat cemas atau takut ketika orang yang dekat dengan Anda meninggalkan pandangan Anda. Anda akan selalu khawatir bahwa sesuatu buruk mungkin terjadi pada orang yang Anda cintai.
  7. Mutisme Selektif (Selective Mutism): Ini adalah jenis kecemasan sosial di mana anak-anak yang berbicara secara normal dengan keluarga mereka tidak berbicara di tempat umum, seperti di sekolah.
  8. Gangguan Kecemasan yang Dapat Dipicu oleh Obat (Medication-Induced Anxiety Disorder): Penggunaan obat-obatan tertentu atau obat-obatan ilegal, atau penarikan obat tertentu, dapat memicu beberapa gejala gangguan kecemasan.

Setiap jenis gangguan kecemasan berlebih memiliki ciri khas dan dampak yang berbeda pada kehidupan sehari-hari seseorang. Penting untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat dari profesional kesehatan mental untuk mengelola gangguan kecemasan dengan efektif.

4 dari 8 halaman

Gejala Gangguan Kecemasan Berlebih

Gangguan kecemasan berlebih adalah kondisi mental yang ditandai oleh rasa takut atau kekhawatiran yang berlebihan. Gejala-gejalanya dapat bervariasi tergantung pada jenis gangguan kecemasan yang dialami seseorang. Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang beberapa tipe gejala gangguan kecemasan berlebih:

  1. Panik, Rasa Takut, dan Kebingungan: Orang dengan gangguan kecemasan sering mengalami serangan panik yang ditandai dengan perasaan takut yang intens, kebingungan, dan ketidaknyamanan yang hebat.
  2. Perasaan Panik, Kegelisahan, atau Bahaya: Selain rasa takut, seseorang dengan gangguan kecemasan mungkin juga merasakan perasaan panik, malapetaka, atau bahaya yang mendalam, bahkan jika tidak ada ancaman nyata.
  3. Gangguan Tidur: Kecemasan dapat mengganggu pola tidur seseorang, menyebabkan sulit tidur, terbangun secara berulang, atau mengalami mimpi buruk.
  4. Kesulitan untuk Tetap Tenang dan Stabil: Orang yang mengalami gangguan kecemasan seringkali sulit untuk tetap tenang dan stabil. Mereka mungkin merasa gelisah, cemas, atau tidak nyaman secara terus-menerus.
  5. Sensasi Fisik yang Tidak Nyaman: Gejala fisik yang umum pada gangguan kecemasan meliputi tangan atau kaki yang dingin, berkeringat berlebihan, mati rasa, atau kesemutan.
  6. Sesak Napas: Orang dengan gangguan kecemasan sering merasa kesulitan bernapas atau mengalami sesak napas, terutama selama serangan panik atau kecemasan yang berat.
  7. Detak Jantung Berdebar (Palpitasi): Salah satu gejala yang sering terjadi adalah detak jantung yang berdebar-debar atau tidak teratur.
  8. Mulut Kering dan Mual: Gangguan kecemasan juga dapat menyebabkan mulut kering yang tidak nyaman dan rasa mual.
  9. Otot Tegang dan Pusing: Merasa tegang pada otot-otot tubuh dan mengalami sensasi pusing atau pingsan juga bisa menjadi gejala gangguan kecemasan.
  10. Ruminasi atau Pikiran yang Berulang-ulang: Orang dengan gangguan kecemasan cenderung terus-menerus memikirkan masalah atau situasi yang membuat mereka cemas, bahkan ketika sudah mencoba untuk berhenti memikirkannya.
  11. Kesulitan Berkonsentrasi: Gangguan kecemasan dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk berkonsentrasi atau fokus pada tugas atau aktivitas yang sedang dilakukan.
  12. Menghindari Objek atau Tempat yang Ditakuti: Beberapa orang dengan gangguan kecemasan cenderung menghindari objek atau tempat yang membuat mereka merasa takut atau cemas secara berlebihan.

Gejala-gejala ini dapat bervariasi dalam tingkat keparahan dan intensitasnya, dan seseorang dengan gangguan kecemasan mungkin mengalami beberapa atau semua gejala tersebut. Penting untuk mengenali gejala-gejala ini dan mendapatkan bantuan profesional jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gangguan kecemasan untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan yang sesuai.

5 dari 8 halaman

Penyebab dan Faktor Resiko Gangguan Kecemasan Berlebih

Gangguan kecemasan berlebih merupakan kondisi kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik genetik maupun lingkungan. Berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai penyebab dan faktor risiko yang terkait dengan gangguan kecemasan:

Penyebab Gangguan Kecemasan Berlebih

  • Genetik: Gangguan kecemasan dapat bersifat familial, artinya cenderung muncul pada anggota keluarga yang lain. Faktor genetik seperti predisposisi genetik terhadap reaksi kecemasan juga dapat berperan.
  • Kimia Otak: Beberapa penelitian mengindikasikan bahwa gangguan kecemasan dapat terkait dengan gangguan pada sirkuit otak yang mengontrol rasa takut dan emosi.
  • Stres Lingkungan: Peristiwa-peristiwa stres lingkungan, seperti pengalaman traumatis, kekerasan, atau kehilangan orang yang dicintai, dapat memicu gangguan kecemasan.
  • Penarikan atau Penyalahgunaan Obat: Penggunaan obat-obatan tertentu atau penarikan obat dapat menyebabkan gejala kecemasan. Penyalahgunaan alkohol dan zat-zat ilegal juga dapat meningkatkan risiko gangguan kecemasan.
  • Kondisi Medis: Beberapa kondisi medis, seperti gangguan jantung, paru-paru, atau tiroid, dapat menyebabkan gejala serupa dengan gangguan kecemasan atau memperburuk gejala kecemasan.

Faktor Risiko Gangguan Kecemasan Berlebih

  • Riwayat Gangguan Kesehatan Mental: Memiliki riwayat gangguan kesehatan mental lain, seperti depresi, dapat meningkatkan risiko terkena gangguan kecemasan.
  • Kekerasan Seksual di Masa Kanak-kanak: Pengalaman kekerasan atau penelantaran emosional, fisik, atau seksual selama masa kanak-kanak dapat meningkatkan risiko gangguan kecemasan di kemudian hari.
  • Trauma: Mengalami peristiwa traumatis meningkatkan risiko terkena gangguan stres pasca trauma (PTSD), yang dapat memicu serangan panik dan gangguan kecemasan lainnya.
  • Peristiwa Hidup Negatif: Peristiwa-peristiwa hidup yang penuh tekanan atau negatif, seperti kehilangan orang tua di masa kanak-kanak, dapat meningkatkan risiko gangguan kecemasan.
  • Penyakit Kronis atau Kondisi Kesehatan yang Serius: Kekhawatiran yang konstan terhadap kesehatan diri sendiri atau orang yang dicintai, atau merawat orang yang sakit, dapat menyebabkan rasa cemas yang berlebihan.
  • Penyalahgunaan Zat: Penggunaan alkohol dan obat-obatan ilegal meningkatkan risiko terkena gangguan kecemasan. Beberapa orang juga menggunakan zat-zat ini untuk mengurangi gejala kecemasan.
  • Ketidakmampuan Sosial pada Masa Kanak-kanak: Sifat pemalu dan penarikan diri dari orang dan tempat yang tidak dikenal saat kecil terkait dengan gangguan kecemasan sosial pada remaja dan dewasa.
  • Rendahnya Percaya Diri: Pandangan negatif terhadap diri sendiri dapat menyebabkan gangguan kecemasan sosial.

Faktor-faktor ini bersama-sama menciptakan lingkungan yang memengaruhi perkembangan gangguan kecemasan. Pemahaman yang lebih mendalam tentang penyebab dan faktor risiko ini dapat membantu dalam penanganan dan pengelolaan gangguan kecemasan secara efektif.

 

 

6 dari 8 halaman

Diagnosis Gangguan Kecemasan Berlebih

Diagnosis gangguan kecemasan berlebih melibatkan serangkaian langkah evaluasi medis dan psikologis. Berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai proses diagnosis gangguan kecemasan:

  1. Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan: Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan mengumpulkan riwayat kesehatan Anda. Mereka akan bertanya tentang gejala yang Anda alami, riwayat penyakit Anda, dan riwayat keluarga yang relevan dengan gangguan kecemasan.
  2. Pemeriksaan Penunjang: Dokter mungkin juga melakukan tes untuk menyingkirkan kemungkinan kondisi kesehatan lain yang dapat menyebabkan gejala yang sama dengan gangguan kecemasan. Meskipun tidak ada tes laboratorium khusus yang dapat secara spesifik mendiagnosis gangguan kecemasan, pemeriksaan ini membantu mengidentifikasi faktor-faktor lain yang mungkin memengaruhi kondisi Anda.
  3. Konsultasi dengan Spesialis Kesehatan Mental: Jika dokter tidak menemukan penyebab fisik untuk gejala yang Anda alami, mereka mungkin merujuk Anda ke psikiater, psikolog, atau spesialis kesehatan mental lainnya. Spesialis tersebut akan melakukan wawancara mendalam dan menggunakan alat dan tes untuk menilai apakah Anda mungkin mengalami gangguan kecemasan.
  4. Evaluasi Gejala dan Durasi: Dokter akan mempertimbangkan lamanya Anda mengalami gejala dan seberapa intensitasnya dalam menentukan diagnosis. Gejala yang perlu dipertimbangkan termasuk tingkat kecemasan yang berlebihan, serangan panik, ketegangan fisik yang persisten, dan gangguan aktivitas sehari-hari akibat kecemasan.
  5. Skala Penilaian dan Kuesioner: Spesialis kesehatan mental juga dapat menggunakan skala penilaian dan kuesioner untuk membantu menilai tingkat kecemasan dan jenis gangguan kecemasan yang mungkin Anda alami. Contohnya adalah skala GAD-7 (Generalized Anxiety Disorder 7-item scale) yang digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan umum.
  6. Pentingnya Komunikasi: Penting untuk berkomunikasi dengan dokter atau konselor Anda tentang bagaimana kecemasan Anda memengaruhi kemampuan Anda untuk menikmati atau menyelesaikan tugas-tugas sehari-hari di rumah, tempat kerja, atau sekolah. Ini membantu dalam proses diagnosis dan perencanaan perawatan yang sesuai.

Menurut United States Preventive Service Task Force, penting untuk melakukan skrining kecemasan pada anak-anak dan remaja berusia 8 hingga 18 tahun serta melakukan skrining gangguan depresi mayor pada remaja berusia 12 hingga 18 tahun. Hal ini menekankan pentingnya deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap gangguan kecemasan, terutama pada kelompok usia yang rentan seperti anak-anak dan remaja.

7 dari 8 halaman

Pengobatan Gangguan Kecemasan Berlebih

Berikut adalah berbagai jenis pengobatan yang digunakan untuk mengurangi dan mengelola gejala gangguan kecemasan berlebih:

1. Obat-obatan: Terdapat beberapa jenis obat yang digunakan untuk mengobati gangguan kecemasan. Bicarakan dengan dokter atau psikiater Anda mengenai kelebihan dan kekurangan dari setiap obat untuk memutuskan yang terbaik untuk Anda.

  • Antidepresan: Antidepresan modern seperti SSRIs (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors) dan SNRIs (Serotonin-Norepinephrine Reuptake Inhibitors) umumnya menjadi obat pertama yang diresepkan untuk gangguan kecemasan. Contohnya adalah escitalopram (Lexapro), fluoxetine (Prozac), duloxetine (Cymbalta), dan venlafaxine (Effexor).
  • Bupropion: Ini adalah jenis antidepresan lain yang umum digunakan untuk mengobati kecemasan kronis. Obat ini bekerja secara berbeda dibandingkan dengan SSRIs dan SNRIs.
  • Benzodiazepin: Obat-obatan ini dapat digunakan untuk meredakan kecemasan secara cepat, tetapi penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan ketergantungan.
  • Beta-blocker: Obat tekanan darah tinggi ini sering digunakan secara off-label untuk meredakan gejala fisik kecemasan, seperti detak jantung yang cepat, gemetar, atau gemetaran.
  • Antikonvulsan: Meskipun umumnya digunakan untuk mencegah kejang pada penderita epilepsi, beberapa antikonvulsan digunakan off-label untuk meredakan gejala gangguan kecemasan tertentu.
  • Antipsikotik: Dosis rendah dari obat-obatan ini dapat ditambahkan dalam penggunaan off-label untuk membantu pengobatan lain menjadi lebih efektif.
  • Buspiron (BuSpar): Obat anti-kecemasan ini kadang digunakan untuk mengobati kecemasan kronis, tetapi perlu beberapa minggu untuk melihat perbaikan gejala secara keseluruhan.

2. Psikoterapi: Ini adalah jenis konseling yang membantu Anda memahami bagaimana emosi Anda memengaruhi perilaku Anda. Biasanya disebut sebagai terapi bicara, spesialis kesehatan mental yang terlatih mendengarkan dan berbicara dengan Anda tentang pikiran dan perasaan Anda serta memberikan saran untuk memahami dan mengelola kecemasan Anda.

  • Terapi Kognitif-Perilaku (CBT): Jenis psikoterapi yang umum ini mengajarkan Anda cara mengubah pikiran dan perilaku negatif atau yang menyebabkan panik menjadi positif. Anda akan belajar cara menghadapi dan mengelola situasi yang menakutkan atau membuat cemas tanpa rasa kecemasan.

Penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau spesialis kesehatan mental untuk mendapatkan diagnosis yang tepat dan perawatan yang sesuai dengan kebutuhan Anda. Kombinasi pengobatan dan terapi psikologis seringkali efektif dalam mengelola gangguan kecemasan dan meningkatkan kualitas hidup Anda.

8 dari 8 halaman

Tips Mengelola Gejala Gangguan Kecemasan Berlebih

Berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu Anda mengelola dan mengurangi gejala gangguan kecemasan berlebih:

  1. Pelajari Tentang Gangguan Anda: Semakin Anda mengetahui tentang gangguan kecemasan Anda, semakin siap Anda dalam mengelola gejala dan rintangan yang mungkin muncul. Jangan takut untuk bertanya kepada dokter Anda jika ada pertanyaan yang Anda miliki. Ingatlah bahwa Anda adalah bagian kunci dari tim perawatan kesehatan Anda.
  2. Ikuti Rencana Perawatan Anda: Jangan tiba-tiba menghentikan penggunaan obat-obatan Anda karena hal ini dapat menyebabkan efek samping yang tidak menyenangkan dan bahkan memicu gejala kecemasan.
  3. Kurangi Konsumsi Kafein dan Alkohol: Makanan dan minuman yang mengandung kafein seperti kopi, teh, cola, minuman energi, dan cokelat dapat memperburuk gejala gangguan kecemasan karena kafein merupakan zat yang memengaruhi suasana hati.
  4. Hindari Penggunaan Alkohol dan Narkoba: Penyalahgunaan zat meningkatkan risiko gangguan kecemasan.
  5. Makan dengan Benar dan Berolahraga: Konsumsi makanan sehat dan rutin berolahraga dapat membantu melepaskan zat kimia di otak yang mengurangi stres dan meningkatkan mood.
  6. Dapatkan Tidur yang Cukup: Gangguan tidur seringkali berhubungan dengan gangguan kecemasan. Prioritaskan istirahat yang berkualitas dan ikuti rutinitas tidur yang santai. Jika Anda masih mengalami kesulitan tidur, bicarakan dengan dokter Anda.
  7. Belajar untuk Rileks: Manajemen stres adalah bagian penting dari rencana pengobatan gangguan kecemasan Anda. Teknik relaksasi seperti meditasi atau mindfulness dapat membantu Anda rileks setelah hari yang penuh tekanan dan mungkin membuat pengobatan Anda lebih efektif.
  8. Catat dalam Jurnal: Menulis pikiran Anda sebelum tidur dapat membantu Anda rileks sehingga Anda tidak terus-menerus merasa cemas sepanjang malam.
  9. Mengelola Pikiran Negatif: Berpikir positif dapat membantu mengurangi kecemasan. Terapi kognitif perilaku dapat mengajarkan Anda cara mengalihkan pikiran negatif Anda.
  10. Bergaul dengan Teman: Interaksi sosial dapat membantu Anda merasa lebih baik dan tetap sehat. Orang yang memiliki kelompok teman yang mendukung cenderung memiliki tingkat kecemasan sosial yang lebih rendah.
  11. Cari Dukungan: Banyak orang merasa bermanfaat dan terbantu dengan berbicara dengan orang lain yang mengalami gejala dan emosi yang sama. Grup dukungan atau self-help memungkinkan Anda berbagi kekhawatiran dan pencapaian Anda dengan orang lain yang memiliki pengalaman serupa.
  12. Konsultasikan dengan Dokter atau Apoteker: Sebelum mengonsumsi obat-obatan bebas atau ramuan herbal, selalu konsultasikan dengan dokter atau apoteker Anda karena beberapa obat dapat memperburuk gejala kecemasan.

Dengan mengikuti langkah-langkah ini, Anda dapat mengelola gejala gangguan kecemasan Anda dan meningkatkan kualitas hidup Anda secara keseluruhan. Penting untuk tetap terbuka dan berkomunikasi dengan tim perawatan kesehatan Anda untuk mendapatkan perawatan yang sesuai dengan kebutuhan Anda.

 

 

Â