Liputan6.com, Jakarta Anemia pada bayi merupakan kondisi medis yang sering terjadi, ditandai dengan kadar hemoglobin yang rendah dalam darah. Gejalanya dapat bervariasi, mulai dari kelelahan, kulit pucat, napas cepat, hingga pertumbuhan dan perkembangan yang lambat.
Penyebab utama anemia pada bayi bisa karena kekurangan zat besi dalam diet bayi atau faktor genetik yang mengganggu produksi sel darah merah. Kondisi anemia pada bayi sering kali tidak terdiagnosis dengan cepat karena gejalanya yang sering tidak spesifik.Â
Baca Juga
Advertisement
Bayi yang menderita anemia cenderung lebih lelah dan kurang aktif dibandingkan dengan bayi lainnya. Di samping itu, kulit bayi dapat terlihat pucat, dan mereka mungkin memiliki kesulitan dalam bernapas atau mengalami denyut jantung yang cepat.
Berikut Liputan6.com ulas mengenai anemia pada bayi beserta gejala dan penyebabnya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Selasa (30/4/2024).Â
Mengenal Anemia pada Bayi
Dikutip dari Cleveland Clinic, bayi juga bisa mengalami anemia, yaitu saat jumlah sel darah merah lebih rendah jumlahnya dari kadar normal.mSel darah merah atau hemoglobin (hb) berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh. Maka dari itu, hb yang rendah pada bayi bisa membuatnya terlihat pucat serta lemas.
Kondisi anemia pada bayi sering kali tidak terdiagnosis dengan cepat karena gejalanya yang sering tidak spesifik. Bayi yang menderita anemia cenderung lebih lelah dan kurang aktif dibandingkan dengan bayi lainnya. Di samping itu, kulit bayi dapat terlihat pucat, dan mereka mungkin memiliki kesulitan dalam bernapas atau mengalami denyut jantung yang cepat.
Berdasarkan ukuran sel darah merahnya, terdapat tiga jenis anemia pada bayi dan anak.
- Anemia mikrositik, sel darah merah anak lebih kecil dari biasanya.
- Anemia normositik, sel darah merah anak masih dalam ukuran normal.
- Anemia markositik, sel darah merah anak lebih besar dari biasanya dan tergolong langka.
Jenis anemia yang paling sering terjadi pada bayi adalah anemia mikrositik. Penyebabnya adalah karena bayi berusia 9 – 24 bulan kekurangan asupan zat besi.
Advertisement
Gejala Anemia pada Bayi
Dilansir dari laman resmi Kementerian Kesehatan RI, gejala yang muncul pada bayi dapat berbeda-beda. Namun pada umumnya gejala anemia pada bayi menurut American Academy of Pediatrics dan Kids Health adalah:
- Kulit atau mata berubah warna kekuningan
- Bibir pucat
- Garis kelopak mata jadi sayu
- Warna kuku anak terlihat lebih pucat dari biasanya
- Anak rewel atau tidak mau diajak berbicara
- Badan anak lemas
- Anak mudah lelah
- Tidur siang lebih sering atau lebih lama dari biasanya
- Warna urine (air kencing) anak gelap seperti teh
Di samping tanda-tanda yang umum di atas, American Academy of Pediatrics juga menjabarkan bahwa anak dengan kasus anemia yang sudah cukup parah akan menunjukkan gejala lain seperti:
- Napas pendek atau terengah-engah
- Jantung anak berdebar cepat
- Sakit kepala
- Pusing atau kliyengan
- Tangan atau kaki membengkak
- Pingsan (hilang kesadaran)
- Lidah sakit atau membengkak
Dilansir dari situs resmi Rumah Sakit Cedars-Sinai di Amerika Serikat, anak yang sudah mengalami menstruasi pertamanya juga mungkin mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur atau bahkan tidak menstruasi.
Penyebab Anemia pada Bayi
Dikutip dari laman Medical News Today, kekurangan zat besi adalah penyebab paling umum. Biasanya, bayi baru lahir cukup bulan memiliki simpanan zat besi yang mereka terima selama 3 bulan terakhir kehamilan. Konon, bayi yang lahir dari orang yang kekurangan zat besi mungkin tidak memiliki cukup zat besi.
Selain itu, bayi yang lahir prematur mungkin memiliki simpanan zat besi yang rendah. Ketika bayi mencapai usia 4–6 bulan, simpanan zat besi yang mereka kumpulkan selama kehamilan rendah, sehingga mereka harus mendapatkan zat besi dari makanannya. ASI tidak mengandung banyak zat besi, sehingga bayi yang mendapat nutrisi hanya dari sumber ini mungkin tidak akan mendapatkan cukup zat besi. Bukti menunjukkan bahwa selain kekurangan zat besi, penyebab lain mungkin termasuk:
- Infeksi
- Kelainan darah yang terutama mempengaruhi sel darah merah
- Penyakit kronis lainnya
- Faktor genetik yang mengganggu produksi sel darah merah.
Advertisement
Cara Mengobati Anemia Pada Anak
Bila anda mendapati berbagai gejala anemia pada anak yang telah disebutkan di atas, sebaiknya segera periksakan anak ke dokter. Pasalnya, menurut American Academy of Pediatrics, anemia yang belum terlalu parah pun sudah bisa berdampak pada tingkat energi, kemampuan anak berkonsentrasi, dan kemampuan belajarnya.
Anemia yang tidak ditangani, khususnya pada bayi atau balita, dapat meningkatkan risiko perkembangan yang terhambat atau adanya masalah-masalah perilaku. Selain itu, anemia juga bisa menjadi pertanda penyakit lain yang lebih serius pada anak. Dokter akan menjalani sejumlah pemeriksaan dan darah anak mungkin perlu diambil untuk diperiksa di laboratorium.
Dilansir dari Kids Health, bila Si Kecil memang mengalami anemia, dokter mungkin akan meresepkan obat atau suplemen, memberikan transfusi darah, mengobati penyakit utama yang menyebabkan anemia, atau menganjurkan perubahan pola makan.
Di rumah, pastikan Anda memberikan anak asupan nutrisi yang seimbang dari daging segar (hindari daging olahan / kemasan), sayuran hijau seperti bayam dan brokoli, buah-buahan, kacang-kacangan, serta biji-bijian.
Ikuti saran dokter dengan baik dan terus pantau perkembangan Si Kecil. Bila ia mulai menunjukkan gejala-gejala anemia, perhatikan polanya. Mungkin ada kondisi atau hal tertentu yang menjadi pemicu anemia pada anak. Dengan disiplin mengikuti anjuran dan pengobatan dari dokter, anemia pada anak dapat dikendalikan.