Liputan6.com, Jakarta Sebuah kejadian yang mencengangkan telah menarik perhatian di Tiongkok, ketika seorang wanita dipenjara karena terlibat dalam kasus penculikan seorang gadis berusia 11 tahun.Â
Yang mengejutkan dari kasus ini adalah motif yang menggerakkan tindakan tersebut. Wanita ini merencanakan untuk membesarkan gadis itu sebagai istri bagi putranya yang sudah berusia 27 tahun.
Baca Juga
Kisah ini dimulai pada bulan Februari 2023, ketika Yang, seorang wanita dari Kota Qujing, provinsi Yunnan, mengunjungi sebuah desa di Kota Liupanshui, Guizhou. Di sana, dia bertemu dengan gadis muda itu dan langsung terpikat olehnya.Â
Advertisement
Keyakinannya bahwa gadis itu akan menjadi pasangan yang sempurna untuk putranya, yang jauh lebih tua, mendorongnya untuk melakukan langkah-langkah ekstrem.
"Dia (gadis itu) akan menjadi pengantin yang hebat untuk putraku," kata Yang kepada orang tua gadis itu, dalam upaya untuk membawa pulang gadis itu ke rumahnya seperti dikutip Liputan6.com dari Oddity Central, Rabu (1/5/2024).Â
Sempat Dilamar Secara Resmi
Meski sudah bersikeras, permintaannya ditolak oleh orang tua gadis itu. Namun, hal itu tidak menghentikan niatnya. Dengan bantuan putranya yang berusia 27 tahun, mereka merencanakan penculikan gadis tersebut. Dan pada tanggal 14 Februari, rencana itu terwujud ketika mereka berhasil menculik gadis itu dari rumahnya.
Tidak butuh waktu lama bagi otoritas untuk menemukan mereka. Hanya enam hari setelah penculikan itu, Yang dan putranya berhasil ditangkap. Mereka diadili dan dijatuhi hukuman penjara: dua tahun bagi Yang dan tujuh bulan bagi putranya, atas tuduhan penculikan anak.
"Tidak ada kata yang bisa menggambarkan betapa terkejutnya kami dengan tindakan ini," kata seorang tetangga, yang enggan memberikan namanya.
Tetangga menambahkan mereka tak pernah menduga insiden aneh itu. Pasalnya, keluarga yang menculik gadis itu dikenal seperti keluarga biasa.
Advertisement
Mirip Tradisi Lama
Meskipun pasangan ini mengajukan banding atas hukuman tersebut, pengadilan memutuskan untuk mempertahankan hukuman tersebut. Kejadian ini menimbulkan kemarahan di media sosial, dengan banyak yang mengecam ringannya hukuman bagi pelaku penculikan anak.
Meskipun demikian, kasus ini juga membuka diskusi mengenai tradisi kuno di Tiongkok tentang pengantin anak. Meskipun praktik ini sudah dilarang sejak tahun 1950, namun masih dilaporkan berlanjut di daerah pedesaan.Â
Hal ini menunjukkan bahwa masalah tersebut tidak hanya terbatas pada kasus konkret ini, tetapi juga menyoroti isu yang lebih luas tentang perlindungan anak dan budaya yang masih melekat di masyarakat.
 Â
Â
Â