Sukses

11 Penyebab Hati Terasa Sakit dan Ingin Menangis, Begini Cara Mengatasinya

Sindrom patah hati bisa terasa seperti sakit fisik.

Liputan6.com, Jakarta - Fenomena ketika hati terasa sakit dan ingin menangis merupakan pengalaman emosional yang seringkali melibatkan perasaan tidak nyaman di dada yang sulit dijelaskan secara verbal. Menurut penelitian, rasa sakit, baik itu fisik maupun emosional, diproses dalam bagian otak yang sama, yang menjelaskan mengapa sindrom patah hati bisa terasa seperti sakit fisik.

Penelitian tahun 2011 yang dilaporkan oleh Greatist menemukan bahwa aktivitas otak saat melihat foto mantan kekasih mirip dengan saat merasakan nyeri fisik. Ini menggambarkan betapa kuatnya pengaruh emosi terhadap kondisi fisik seseorang.

Dari sudut pandang psikologi, perasaan ingin menangis saat hati terasa sakit adalah sebuah respons emosional yang kompleks. Menurut laporan dalam majalah American Psychological Association, menangis merupakan bentuk ekspresi manusia yang terakar dalam banyak kebudayaan. Hal ini menandakan bahwa menangis tidak hanya sekadar reaksi fisik, tetapi juga merupakan ekspresi dari kondisi psikologis yang dalam.

William H. Frey, PhD, seorang pakar kimia biologis, menyatakan perempuan cenderung menangis lebih sering daripada laki-laki. Ini sebuah temuan yang menunjukkan perbedaan ekspresi emosi antara kedua jenis kelamin.

Penting bagi seseorang untuk memahami penyebab di balik sensasi hati yang terasa sakit dan keinginan untuk menangis karena dapat memengaruhi kesejahteraan secara keseluruhan. Menurut riset yang dimuat dalam Journal of Research in Personality oleh Lauren Bylsma, PhD, perempuan cenderung menangis lebih banyak karena tingginya hormon prolaktin dalam tubuh mereka, yang memiliki kecenderungan untuk merangsang respons menangis. Sementara itu, pada laki-laki, hormon testosteron cenderung mengurangi kecenderungan untuk menangis.

Berikut Liputan6.com ulas penyebab dan cara mengatasi hati terasa sakit dan ingin menangis tersebut, Kamis (2/5/2024).

2 dari 3 halaman

1. Putus Cinta atau Kehilangan Orang yang Dicintai

Putus cinta atau kehilangan orang yang dicintai adalah salah satu penyebab utama hati terasa sakit dan ingin menangis. Hubungan emosional yang terputus secara mendadak atau kehilangan seseorang yang memiliki peran penting dalam hidup kita dapat memicu perasaan duka dan kesedihan yang mendalam.

Rasa kehilangan ini bisa menyebabkan stres emosional dan mempengaruhi kesejahteraan secara keseluruhan. Untuk mengatasinya, seseorang dapat mencari dukungan dari teman atau keluarga, mengikuti konseling, atau menemukan cara untuk mengalihkan fokus ke kegiatan yang membuatnya bahagia.

2. Stres Kronis atau Tekanan Psikologis

Stres kronis atau tekanan psikologis yang berkepanjangan dapat menyebabkan hati terasa sakit dan ingin menangis. Beban yang terlalu berat di tempat kerja, konflik dalam hubungan, atau masalah keuangan dapat menumpuk dan menyebabkan stres yang berdampak pada kesehatan mental dan fisik.

Untuk mengurangi stres ini, seseorang dapat mencoba teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau latihan pernapasan. Selain itu, berbicara dengan profesional kesehatan mental dapat membantu dalam mengelola stres dan menemukan solusi untuk masalah yang dihadapi.

3. Trauma atau Pengalaman Buruk di Masa Lalu

Trauma atau pengalaman buruk di masa lalu, seperti kekerasan, pelecehan, atau peristiwa yang mengancam nyawa, dapat menyebabkan seseorang merasa hati terasa sakit dan ingin menangis. Peristiwa traumatis dapat meninggalkan luka emosional yang membutuhkan waktu untuk sembuh. Terapi psikologis, terutama terapi perilaku kognitif atau terapi bicara, dapat membantu mengatasi dampak trauma dan memfasilitasi proses penyembuhan.

4. Kehilangan Pekerjaan atau Ketidakpastian Karir

Kehilangan pekerjaan atau ketidakpastian karir dapat menjadi penyebab hati terasa sakit dan ingin menangis. Ketidakpastian ini dapat menimbulkan rasa cemas dan khawatir tentang masa depan. Untuk mengatasi perasaan ini, seseorang dapat fokus pada pengembangan keterampilan baru, mencari dukungan dari rekan kerja atau mentor, dan menjaga sikap positif dengan menyusun rencana tindakan untuk mencapai tujuan karir baru.

5. Masalah Kesehatan Fisik atau Penyakit

Masalah kesehatan fisik atau penyakit yang serius dapat menyebabkan stres dan membuat hati terasa sakit dan ingin menangis. Rasa sakit fisik dan ketidakpastian tentang kesehatan dapat memengaruhi kesejahteraan emosional.

Untuk mengatasi ini, penting bagi seseorang untuk menjaga komunikasi terbuka dengan tenaga medis, menjalani perawatan yang direkomendasikan, dan mencari dukungan emosional dari keluarga atau teman. Terapi atau konseling juga dapat membantu dalam mengatasi rasa takut dan kecemasan terkait kesehatan.

6. Kesepian dan Isolasi Sosial

Kesepian dan isolasi sosial dapat menjadi faktor yang menyebabkan hati terasa sakit dan ingin menangis. Perasaan terisolasi dari orang-orang di sekitar kita atau kurangnya dukungan sosial dapat memicu perasaan sedih dan tidak berarti. Untuk mengatasi kesepian, seseorang dapat mencari komunitas atau kelompok dengan minat yang sama, menjalin hubungan baru, atau mengikuti kegiatan sosial yang dapat membantu mengembangkan jaringan pertemanan. Terapi kelompok atau konseling sosial juga dapat membantu dalam mengatasi perasaan kesepian dan mendorong integrasi sosial.

 

3 dari 3 halaman

7. Perubahan Besar dalam Hidup

Perubahan besar dalam hidup, seperti pindah ke kota baru, memulai pekerjaan baru, atau memasuki fase kehidupan yang berbeda, bisa menjadi sumber stres yang signifikan dan membuat hati terasa sakit dan ingin menangis. Ketidakpastian dan kecemasan akibat perubahan ini dapat mengganggu keseimbangan emosional.

Untuk mengatasi perasaan ini, seseorang bisa mempersiapkan diri dengan mencari informasi tentang lingkungan baru, berbicara dengan orang yang telah mengalami perubahan serupa, dan mencari dukungan dari teman atau keluarga. Teknik relaksasi dan mindfulness juga dapat membantu mengelola stres terkait perubahan.

8. Konflik Interpersonal

Konflik interpersonal dengan keluarga, teman, atau rekan kerja dapat menjadi penyebab hati terasa sakit dan ingin menangis. Konflik semacam ini bisa muncul karena perbedaan pendapat, kesalahpahaman, atau perselisihan yang belum terselesaikan. Untuk mengatasi konflik ini, seseorang bisa memulai komunikasi yang jujur dan terbuka, mendengarkan sudut pandang orang lain, dan berusaha mencari solusi yang saling menguntungkan. Konseling atau terapi keluarga juga bisa membantu dalam menyelesaikan konflik yang lebih dalam.

9. Ketidakpuasan Diri atau Rendahnya Harga Diri

Ketidakpuasan diri atau rendahnya harga diri bisa menyebabkan seseorang merasa hati terasa sakit dan ingin menangis. Rasa tidak percaya diri, penilaian diri yang negatif, atau rasa tidak cukup baik bisa berdampak buruk pada kesehatan mental.

Untuk mengatasi ini, seseorang bisa mempraktikkan afirmasi positif, fokus pada pencapaian dan kekuatan pribadi, dan mencari aktivitas yang membantu meningkatkan rasa percaya diri. Terapi perilaku kognitif (CBT) juga dapat membantu dalam mengubah pola pikir negatif dan meningkatkan harga diri.

10. Kehilangan Identitas atau Tujuan Hidup

Kehilangan identitas atau tujuan hidup sering terjadi setelah peristiwa besar, seperti pensiun, perubahan karir, atau akhir dari suatu hubungan. Perasaan kehilangan ini bisa membuat hati terasa sakit dan ingin menangis karena seseorang mungkin merasa tidak tahu harus ke mana. Untuk mengatasi ini, penting untuk mengeksplorasi minat baru, menetapkan tujuan hidup yang baru, dan terlibat dalam aktivitas yang memberi makna. Dukungan dari konselor karir atau terapis juga bisa membantu dalam menemukan kembali identitas dan tujuan hidup.

11. Pengaruh Media Sosial dan Ekspektasi yang Tidak Realistis

Pengaruh media sosial dan ekspektasi yang tidak realistis bisa menjadi penyebab hati terasa sakit dan ingin menangis. Melihat gambar-gambar yang sempurna di media sosial atau membandingkan diri dengan orang lain dapat menyebabkan perasaan tidak cukup baik dan rendah diri.

Cara mengatasi ini, seseorang perlu mengurangi konsumsi media sosial atau mengikuti akun yang memberikan dampak positif. Fokus pada perkembangan diri sendiri dan menghindari perbandingan dengan orang lain juga bisa membantu. Terapi dan konseling dapat membantu dalam mengatasi dampak negatif media sosial terhadap kesehatan mental.

 

Video Terkini