Sukses

Pendekatan Psikoanalisis dan Teorinya, Bisa Menyelidiki Perilaku Psikologis Manusia

Teori psikoanalisis mengasumsikan bahwa kepribadian seseorang berkembang melalui konflik-konflik psikologis yang sering terjadi pada masa anak-anak atau masa awal kehidupan.

Liputan6.com, Jakarta Teori psikoanalisis adalah salah satu aliran dalam ilmu psikologi yang memandang manusia sebagai homo volens, di mana perilakunya dikendalikan oleh dorongan alam bawah sadarnya. Aliran ini dikembangkan oleh Sigmund Freud pada awal abad ke-20 dan telah menjadi landasan penting, dalam memahami perilaku manusia.

Dalam melakukan pendekatan psikoanalisis, Freud membagi pikiran manusia menjadi tiga bagian, yaitu id, ego dan superego. Id adalah bagian alam bawah sadar yang mewakili dorongan-dorongan dasar manusia, seperti keinginan dan kebutuhan. Ego merupakan bagian yang berfungsi mengendalikan dorongan-dorongan tersebut, agar sesuai dengan realitas dunia luar. Sedangkan superego adalah bagian yang berkaitan dengan nilai-nilai moral dan aturan-aturan yang diterima oleh individu.

Pendekatan psikoanalisis menekankan pentingnya memahami, juga mengungkapkan konflik-konflik bawah sadar yang mungkin mempengaruhi perilaku dan pikiran seseorang. Melalui terapi psikoanalisis, individu diharapkan dapat menelusuri akar masalah mental dan emosional mereka, serta mengatasi trauma dan konflik internal yang tidak terungkap.

Dalam penggunaan teori psikoanalisis, terapi ini dapat membantu individu untuk lebih memahami diri mereka sendiri, meningkatkan kualitas hubungan interpersonal, serta mengatasi berbagai masalah psikologis seperti kecemasan, depresi, dan gangguan jiwa lainnya. Berikut ini pendekatan psikoanalisis dan teorinya yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (6/5/2024).

2 dari 4 halaman

Tokoh Teori Psikoanalisis

Sigmund Freud adalah tokoh yang menjadi pionir dalam pengembangan psikoanalisis, sebuah teori yang mendalami cara kerja pikiran manusia dan menjadi fondasi bagi metode pengobatan yang berfokus pada eksplorasi diri. Lahir di Wina, Austria, pada 6 Mei 1856 dari pasangan Amalia dan Jacob Freud, Freud menempuh pendidikan kedokteran di Universitas Wina pada tahun 1873. Di sana, ia melakukan berbagai observasi dan penelitian tentang kejiwaan dan konsep kesesuaian pendirian.

Pada tahun 1880-an, Freud mulai menaruh minat pada psikologi dan kemudian mengabdikan hidupnya pada bidang ini. Ia meninggal dunia di London pada usia 83 tahun pada 23 September 1939. Salah satu kontribusi paling signifikan dari Freud adalah pengembangan psikologi kepribadian, yang terus ia kembangkan sepanjang hidupnya dan terus merevisi teori psikoanalisisnya.

Freud memandang kepribadian manusia sebagai hasil dari pengalaman hidup yang dialaminya. Pendekatan psikoanalisisnya melibatkan analisis mimpi dan referensi dari literatur ilmiah dan humaniora. Meskipun Freud lebih condong pada penalaran deduktif daripada metode riset ketat yang umumnya dilakukan oleh psikolog lain, ia menggunakan studi kasus secara eksklusif dan merumuskan hipotesis-hipotesis khasnya berdasarkan fakta-fakta yang ia temukan.

Freud percaya bahwa kesadaran hanya merupakan sebagian kecil dari keseluruhan diri seseorang, dengan sebagian besar aspek kepribadian tersembunyi dalam ketidaksadaran, atau apa yang disebutnya sebagai "alam tidak sadar". Baginya, manusia adalah makhluk yang ditentukan oleh kekuatan-kekuatan irasional, dorongan biologis, dan insting pada masa awal kehidupan mereka. Teorinya ini menjadi subjek perdebatan di antara para psikolog lainnya.

Salah satu kritikus utama Freud adalah H. J. Eysenck, seorang profesor psikologi asal Jerman yang menganggap psikoanalisis tidak memenuhi standar ilmiah karena kurangnya pendekatan yang bersifat behavioristik. Namun, meskipun ada kontroversi, teori psikoanalisis tetap menjadi bagian penting dari kajian ilmu psikologi, membahas motivasi, emosi, dan aspek kepribadian lainnya.

 

3 dari 4 halaman

Teori Psikoanalisis Sigmund Freud

Psikoanalisis yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan pengikutnya, adalah cabang ilmu yang menyelidiki fungsi dan perilaku psikologis manusia. Awalnya, istilah "psikoanalisis" hanya terkait dengan karya-karya Freud, sehingga istilah "psikoanalisis" dan "psikoanalisis Freud" sering digunakan secara bergantian. Namun, jika murid-murid atau pengikut Freud mengembangkan teori mereka sendiri yang berbeda dari ajaran Freud, mereka akan menggunakan istilah "psikoanalisis" dan memberikan nama baru untuk pendekatan mereka, seperti yang dilakukan oleh Carl Gustav Jung dan Alfred Adler dengan menciptakan nama "psikologi analitis" dan "psikologi individual".

Teori psikoanalisis memiliki tiga penerapan utama: sebagai metode penelitian tentang pikiran, sebagai ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia, dan sebagai metode pengobatan untuk penyakit psikologis atau emosional. Psikoanalisis tidak hanya menjadi teknik terapi, tetapi juga merupakan aliran penting dalam ilmu psikologi, membahas berbagai aspek kepribadian, termasuk dinamika, struktur dan perkembangannya.

1. Struktur Kepribadian

Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran: sadar, prasadar, dan tak sadar. Kemudian, pada tahun 1923, Freud memperkenalkan tiga model struktural lainnya: das Es, das Ich, dan das Ãœber Ich. Ketiga struktur ini melengkapi gambaran mental seseorang dan memiliki asal, aspek, fungsi, prinsip operasi, dan perlengkapan sendiri.

  1. Unsur Dimensi Asal: Das Es (The Id) berasal dari pembawaan, Das Ich (The Ego) dari interaksi dengan lingkungan, dan Das Ueber Ich (The Super Ego) dari internalisasi nilai-nilai dari figur yang berpengaruh.
  2. Unsur Dimensi Aspek: Das Es adalah biologis, Das Ich adalah psikologis, dan Das Ueber Ich adalah sosiologis.
  3. Unsur Dimensi Fungsi: Das Es mempertahankan konstansi, Das Ich mengarahkan individu pada realitas, dan Das Ueber Ich mengendalikan Das Es dan Das Ich pada perilaku yang lebih bermoral.
  4. Unsur Dimensi Prinsip Operasi: Das Es mengikuti pleasure principle, Das Ich mengikuti reality principle, dan Das Ueber Ich mengikuti morality principle.
  5. Unsur Dimensi Perlengkapan: Das Es terdiri dari refleks dan proses primer, Das Ich terdiri dari proses sekunder, dan Das Ueber Ich terdiri dari conscientia dan Ich ideal.

2. Dinamika Kepribadian

Menurut Freud, dinamika kepribadian adalah bagaimana energi psikis seseorang didistribusikan dan digunakan oleh Das Es, Das Ich, dan Das Ueber Ich. Freud menyatakan bahwa semua energi manusia berasal dari makanan yang dikonsumsinya, yang kemudian dibedakan menjadi energi fisik dan psikis. Energinya awalnya dimiliki oleh Das Es saja, tetapi melalui identifikasi, energi tersebut diberikan kepada Das Ich dan Das Ueber Ich.

4 dari 4 halaman

3. Mekanisme Pertahanan Ego

Menurut teori psikoanalisis Freud, mekanisme pertahanan ego adalah strategi yang digunakan seseorang untuk melindungi diri dari konflik internal dan kecemasan. Mekanisme ini berfungsi untuk mengurangi ketegangan yang muncul dari pertentangan antara dorongan tak sadar (das Es) dan tuntutan moral (das Uber Ich) terhadap realitas (das Ich). Freud mengidentifikasi berbagai jenis mekanisme pertahanan ego, seperti:

  1. Represi: Mekanisme ini melibatkan penekanan dorongan tak sadar ke dalam ketidaksadaran untuk menghindari kecemasan.
  2. Sublimasi: Ini melibatkan pengalihan dorongan tak sadar menjadi bentuk perilaku yang lebih sosial atau kreatif.
  3. Proyeksi: Seseorang mengatribusikan pikiran atau perasaan tidak diinginkan pada orang lain.
  4. Displacement: Dorongan yang tidak dapat diterima diarahkan ke objek yang kurang berbahaya.
  5. Rasionalisasi: Seseorang mencari alasan yang logis untuk perilaku atau pikiran yang tidak menyenangkan.
  6. Pembentukan Reaksi: Seseorang mengadopsi perilaku yang bertentangan dengan dorongan tak sadar mereka.
  7. Regresi: Kembali ke tingkat perkembangan sebelumnya dalam menghadapi stres atau kecemasan.

4. Tahap-tahap Perkembangan Kepribadian

Freud juga mengusulkan bahwa perkembangan kepribadian melalui lima tahap, yang berkaitan dengan tingkat kepekaan seseorang terhadap daerah erogen, yaitu area tubuh yang sensitif terhadap rangsangan. Tahap-tahap ini meliputi:

  1. Fase Oral: Sensitivitas mulut, yang berlangsung hingga sekitar 18 bulan.Fase Anal: Sensitivitas pada anus, dari sekitar 18 bulan hingga 3 tahun.
  2. Fase Falis: Sensitivitas pada alat kelamin, dari sekitar 3 hingga 6 tahun.
  3. Fase Latensi: Dorongan seksual tertekan atau laten, dari sekitar 6 tahun hingga pubertas.Fase Genital: Kepribadian yang matang, dimulai dari pubertas.

5. Hubungan Teori Psikoanalisis dan Pendidikan

Psikoanalisis juga memiliki dampak besar dalam dunia pendidikan. Teori ini mencakup semua perilaku yang mempengaruhi proses belajar dan pembentukan kepribadian anak. Pendidikan bukan hanya tentang transfer pengetahuan, tetapi juga tentang membentuk karakter dan keterampilan emosional. Teori psikoanalisis membantu kita memahami bagaimana kecerdasan emosional dan spiritual dapat dibangun melalui pendidikan.

Dalam konteks ini, pendidikan diarahkan pada pengembangan individu secara holistik, tidak hanya secara intelektual tetapi juga secara emosional dan moral. Kecerdasan emosional, seperti kemampuan untuk mengelola emosi, berempati, dan berkolaborasi, menjadi fokus penting dalam kurikulum pendidikan.

Dengan demikian, psikoanalisis menawarkan pandangan yang mendalam tentang bagaimana pendidikan dapat menjadi sarana untuk membentuk individu yang seimbang secara psikologis dan moral. Itulah mengapa pemahaman tentang teori psikoanalisis, di mana sangat penting dalam konteks pendidikan modern yang menekankan pentingnya pengembangan kepribadian secara menyeluruh.