Sukses

Tanda Kesiapan Anak Menjalani Toilet Training, Begini Cara Menerapkannya

Selama toilet training, anak perlu diberikan pemahaman yang jelas mengenai proses buang air yang benar.

Liputan6.com, Jakarta Toilet training adalah langkah penting dalam perkembangan anak yang mengajarkan mereka tentang kebersihan dan kebiasaan buang air yang benar. Sebelum memulai toilet training, penting bagi orang tua untuk mengenali tanda-tanda bahwa anak sudah siap. 

Selama toilet training, anak perlu diberikan pemahaman yang jelas mengenai proses buang air yang benar. Ini mencakup bagaimana membuka dan menutup celana, duduk atau jongkok di atas toilet, serta membersihkan diri setelah buang air. Alat bantu seperti potty chair atau potty seat dapat digunakan untuk memudahkan anak dalam proses ini.

Toilet training tidak mengenal perbedaan gender, baik anak laki-laki maupun perempuan diajarkan untuk buang air dengan cara yang sama. Tujuannya adalah melatih anak untuk mengenali sinyal dari tubuh mereka dan mengendalikan kebutuhan buang air, sehingga mereka tidak lagi bergantung pada popok.

Melalui toilet training, anak belajar mengenali waktu dan tanda-tanda tubuh yang menunjukkan bahwa mereka perlu buang air. Ini membantu mereka mengembangkan kebiasaan yang lebih mandiri dan menjaga kebersihan secara lebih baik. Berikut ulasan lebih lanjut tentang toilet training yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (8/5/2024).

2 dari 4 halaman

Usia Ideal untuk Memulai Toilet Training

Toilet training adalah proses yang melibatkan kesiapan fisik dan psikologis anak. Umumnya, anak-anak memperlihatkan tanda-tanda kesiapan antara usia 18 hingga 30 bulan. Meskipun demikian, ada beberapa tahapan yang perlu diperhatikan sebelum memulai toilet training secara resmi.

Pada usia sekitar 18 bulan, banyak anak mulai menunjukkan tanda-tanda kesiapan untuk toilet training. Ini bisa berupa minat pada toilet, menunjukkan ketidaknyamanan saat popok basah atau kotor, atau meniru perilaku orang dewasa terkait buang air.

Ketika mencapai usia sekitar 24 bulan, anak sudah bisa dikenalkan dengan langkah-langkah awal buang air di toilet. Ini termasuk memahami fungsi toilet, membuka dan menutup celana, serta duduk atau jongkok di atas toilet.

Pada usia 30-36 bulan, anak umumnya sudah menyadari keinginan untuk buang air di toilet pada siang hari. Mereka mulai memahami sinyal dari tubuh mereka dan dapat mengomunikasikan keinginan mereka untuk buang air.

Saat mencapai usia 36-48 bulan, anak sudah mulai dapat menahan buang air kecil atau besar sebelum tidur di malam hari dan saat bangun di pagi hari. Mereka juga bisa mulai buang air sendiri di toilet saat bangun di tengah malam.

Penting untuk diingat bahwa setiap anak berkembang secara berbeda, jadi tidak ada batasan pasti kapan toilet training harus dimulai. Orang tua perlu mengamati tanda-tanda kesiapan anak dan mengikuti perkembangannya secara individual. Mendukung anak dengan pengertian dan kesabaran akan membantu proses toilet training berjalan lebih lancar dan efektif.

3 dari 4 halaman

Tanda Kesiapan Anak Menjalani Toilet Training

Tanda-tanda anak siap untuk menjalani toilet training bisa dilihat dari kesiapan fisik dan emosionalnya. Kesiapan fisik mencakup kemampuan anak untuk mengontrol keinginan buang air kecil (BAK) dan besar (BAB), serta tanda-tanda seperti,

  1. Ekspresi Menahan BAK atau BAB: Anak menunjukkan ekspresi atau gerakan tertentu yang menandakan sedang menahan BAK atau BAB.
  2. Popok Kering: Popok tetap kering saat bangun tidur atau setelah 2 jam pemakaian.
  3. Tidak BAB di Popok Malam Hari: Anak tidak mengeluarkan BAB saat malam hari.
  4. Waktu Buang Air Teratur: Anak buang air pada waktu yang sama setiap hari atau pada waktu yang tidak bisa diprediksi.
  5. Mampu Melepas dan Memakai Pakaian: Anak dapat melepas dan memakai pakaian sendiri, serta mampu berkomunikasi tentang penggunaan toilet.

Selain itu, kesiapan emosional juga penting dalam toilet training. Tanda-tanda kesiapan emosional meliputi,

  1. Ketidaknyamanan saat Popok Basah atau Kotor: Anak menunjukkan ketidaknyamanan dan meminta untuk diganti dengan popok yang baru.
  2. Pilihan Celana Dalam: Lebih memilih untuk memakai celana dalam daripada popok.
  3. Ketertarikan pada Toilet: Menunjukkan ketertarikan saat melihat orang tua menggunakan kamar mandi.
  4. Memberitahu Saat Ingin Buang Air: Anak mampu memberi tahu orang tua saat merasa ingin buang air.
  5. Reaksi Saat Merasa Ingin Buang Air: Menghentikan aktivitas atau menjauh dari orang lain saat merasa ingin BAK atau BAB meskipun masih menggunakan popok.
  6. Antusiasme dalam Toilet Training: Anak bersemangat dan antusias mengikuti proses toilet training.

Dengan memperhatikan tanda-tanda tersebut, orang tua dapat mengetahui kapan waktu yang tepat untuk memulai toilet training bagi anak mereka. Kesabaran, pengertian, dan dukungan yang tepat dari orang tua juga sangat penting dalam membantu anak menjalani toilet training dengan sukses.

4 dari 4 halaman

Cara Menerapkan Toilet Training

Toilet training adalah proses yang membutuhkan kesabaran dan pengertian dari orang tua. Berikut adalah cara melatih anak untuk melakukan toilet training berdasarkan kesiapan fisik dan emosional mereka:

1. Mengenalkan Kepada Toilet

Mulailah dengan mengenalkan konsep penggunaan toilet untuk BAK dan BAB. Jelaskan bahwa saat merasa ingin buang air, Si Kecil perlu ke toilet dan melepas popok atau celana dalamnya.

2. Memberikan Contoh

Berikan contoh langsung kepada Si Kecil terkait penggunaan toilet. Ajak mereka ke toilet saat Anda ingin buang air, dan tunjukkan langkah-langkahnya dengan duduk di toilet dan menjelaskan apa yang sedang dilakukan.

3. Mengajari Cara Penggunaan Toilet

  1. Pakaikan Si Kecil celana yang mudah dilepas dan dipakai sendiri.
  2. Ajari cara duduk di kloset dengan benar.
  3. Ajari cara membersihkan diri setelah buang air.
  4. Ajari cara menekan tombol flush.
  5. Jika menggunakan pispot, tunjukkan proses memindahkan isi pispot ke kloset.
  6. Ajari cara mencuci tangan setelah menggunakan toilet.

4. Jadikan Rutinitas

Jadwalkan kegiatan ke toilet sebagai rutinitas harian. Misalnya, ajak Si Kecil ke toilet setelah bangun tidur atau setelah makan dan minum banyak. Gunakan mainan kesayangan untuk membuat proses lebih menyenangkan.

5. Berikan Pujian

Puji Si Kecil atas setiap langkah yang berhasil mereka lakukan. Ini akan meningkatkan kepercayaan diri mereka.

6. Jangan Paksa

Jangan memaksa jika Si Kecil menolak atau belum siap. Ini bisa menimbulkan stres dan memperlambat proses. Beri waktu dan dukungan yang cukup.

7. Konsultasi dengan Dokter

Jika Si Kecil terus menolak atau mengalami kesulitan, konsultasikan ke dokter untuk saran dan bimbingan lebih lanjut.

Dengan kesabaran dan dukungan yang tepat, toilet training akan menjadi pengalaman yang positif dan membantu anak menjadi lebih mandiri dalam menjaga kebersihan diri mereka.

Â