Liputan6.com, Jakarta Sebuah kejadian tragis mengguncang sebuah perguruan tinggi di China, mengingatkan kita pada risiko yang tersembunyi di balik tuntutan dan tekanan di lingkungan pendidikan. Seorang mahasiswi muda yang menderita penyakit jantung bawaan mendapati dirinya terjebak dalam konflik dengan seorang dosen yang meragukan kondisinya. Dipaksa untuk berpartisipasi dalam kegiatan olahraga meskipun memiliki dokumentasi medis yang jelas, nasib tragis mahasiswi ini menjadi peringatan keras tentang pentingnya memperlakukan kondisi kesehatan dengan serius di setiap aspek kehidupan.
Baca Juga
Advertisement
Namun, di balik cerita tragis ini terdapat lapisan-lapisan konflik dan ketidakpahaman yang mencengangkan. Bagaimana mungkin sebuah kondisi medis yang terdokumentasi dengan jelas bisa dipertanyakan keasliannya dan bahkan diabaikan? Apakah kepentingan pribadi dapat mengungguli keselamatan dan kesejahteraan individu, terutama di lingkungan pendidikan yang seharusnya menjadi tempat yang aman dan mendukung bagi setiap mahasiswa?
Untuk kisah lengkapnya, berikut ini telah Liputan6.com rangkum kronologi lengkap nya dari South China Morning Post, pada Sabtu (11/5).
Kronologi Mahasiswa Dipaksa Lari dan Meninggal karena Serangan Jantung
Sebuah kejadian tragis mengguncang sebuah perguruan tinggi di China ketika seorang mahasiswi yang menderita penyakit jantung bawaan dipaksa untuk berpartisipasi dalam kegiatan olahraga yang mengakibatkan kematiannya. Kejadian ini menyoroti masalah serius terkait pengabaian terhadap kondisi medis mahasiswa dan kurangnya kesadaran akan pentingnya keamanan dan kesehatan di lingkungan pendidikan.
Mahasiswi tersebut, yang dikenal dengan nama belakang Zhao, adalah seorang mahasiswi tahun pertama di Baicheng Medical College di provinsi Jilin bagian timur laut. Pada tanggal 12 April, saat sedang berpartisipasi dalam kegiatan lari bersama teman-temannya, Zhao mengalami serangan jantung yang mengakibatkan kematiannya dua hari kemudian di rumah sakit.
Keluaran dari media lokal New Yellow River menyebutkan bahwa Zhao sebelumnya telah mengajukan dokumen medis yang membuktikan bahwa ia memiliki penyakit jantung bawaan dan telah diberikan pengecualian dari kegiatan olahraga di kampus.Â
Namun, tutor Zhao, yang dikenal dengan nama Song, memerintahkan Zhao untuk berpartisipasi dalam kegiatan lari baru-baru ini. Hal ini dilakukan karena ketidakpuasan Song terhadap Zhao akibat sebuah insiden pada awal April di mana Song mengisyaratkan agar Zhao memberikan ikan hidup kepada istri Song sebagai hadiah, namun ikan tersebut tiba dalam keadaan mati.
Ketidakpuasan Song terhadap Zhao semakin memuncak saat Song menyatakan bahwa dokumen tentang penyakit jantung Zhao adalah palsu, sehingga Zhao diwajibkan untuk berlari setiap hari. Selain itu, Song juga mencopot Zhao dari posisi monitor kelasnya sebagai bentuk perlakuan yang tidak adil terhadap mahasiswi tersebut.
Â
Â
Advertisement
Keputusan Fatal dan Penanganan yang Kurang Tanggap
Pada saat Zhao mengalami serangan jantung saat berlari pada tanggal 12 April, Song tidak segera memanggil bantuan medis darurat atau memberikan pertolongan pertama. Seorang teman sekelas yang enggan disebutkan namanya menyatakan bahwa jika mereka segera melakukan tindakan penyelamatan, mungkin nyawa Zhao dapat diselamatkan, namun tutor mereka tidak memperbolehkan mereka mendekati Zhao.Â
Song bahkan melarang teman-teman Zhao untuk mendekatinya dan tidak segera memanggil bantuan medis darurat. Hal ini menunjukkan kurangnya tanggapan dan keputusan fatal dari pihak terkait yang mengabaikan keadaan medis Zhao.
Selain itu, setelah insiden tersebut terjadi, Song juga tidak memberikan klarifikasi atau tanggapan terhadap tuduhan bahwa perilakunya terhadap Zhao telah mengakibatkan kematiannya. Ia bahkan tidak dapat dihubungi karena telah mematikan telepon genggamnya.
Sorotan terhadap Keselamatan Mahasiswa dan Tanggapan Terhadap Kasus Ini
Kasus kematian Zhao menyoroti masalah yang lebih besar terkait keselamatan dan kesehatan mahasiswa di lingkungan pendidikan. Kondisi medis dan kebutuhan khusus mahasiswa harus diperhatikan dengan serius oleh institusi pendidikan, dan keputusan terkait partisipasi dalam kegiatan fisik harus didasarkan pada penilaian medis yang cermat dan tidak boleh dipaksakan tanpa pertimbangan yang matang.
Pihak kepolisian sedang menyelidiki kasus ini dan pihak administrasi kampus juga bekerja sama dengan penyelidikan tersebut. Masyarakat, terutama para pengajar dan staf pendidikan, diharapkan untuk lebih memperhatikan keselamatan dan kesehatan mahasiswa serta memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap kesehatan dan keselamatan mereka.Â
Kasus ini juga menjadi peringatan bagi semua pihak terkait untuk mengambil tindakan yang tepat dalam menjaga keselamatan dan kesehatan mahasiswa di lingkungan pendidikan.
Advertisement