Liputan6.com, Jakarta Varian Covid-19 terbaru yang dikenal sebagai FLiRT kini sedang menyerang warga Amerika Serikat dengan cepat. Varian ini menimbulkan kekhawatiran karena penularannya yang lebih tinggi dibandingkan varian sebelumnya.
Baca Juga
Advertisement
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau CDC, jumlah kasus Covid-19 FLiRT di AS telah meningkat signifikan dalam beberapa minggu terakhir. Para ahli kesehatan mendesak masyarakat untuk tetap waspada dan mengikuti protokol kesehatan yang dianjurkan.
Selain peningkatan jumlah kasus, varian FLiRT juga menyebabkan gejala yang lebih parah pada beberapa pasien, terutama mereka yang belum divaksinasi. Rumah sakit di berbagai negara bagian mulai kewalahan dengan lonjakan pasien yang membutuhkan perawatan intensif. CDC dan otoritas kesehatan setempat terus memantau situasi dan mengambil langkah-langkah untuk mengendalikan penyebaran varian ini.
Berikut Liputan6.com ulas mengenai gejala Covid terbaru varian FLiRT yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Minggu (19/5/2024).
Apa Itu Covid-19 Varian FLiRT
Covid-19 varian FLiRT merupakan salah satu varian terbaru dari virus SARS-CoV-2, yang menyebabkan penyakit Covid-19. Nama FLiRT merupakan singkatan dari "Fast-spreading, Linked to Receptor-binding domain, and Threonine mutation" yang merujuk pada karakteristik khusus varian ini. Varian FLiRT pertama kali terdeteksi pada awal tahun 2024 dan telah menunjukkan peningkatan dalam hal penularan dan kemampuan menghindari respons imun tubuh.
"Mereka semua merupakan keturunan varian JN.1 yang dominan di AS selama beberapa bulan terakhir," kata profesor mikrobiologi molekuler dan imunologi di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, Andy Pekosz, dikutip Minggu (19/5/2024).
FLiRT memiliki kemampuan menyebar lebih cepat dibandingkan varian-varian sebelumnya. Mutasi pada bagian spike protein, khususnya pada domain pengikat reseptor (RBD), meningkatkan efisiensi virus dalam menginfeksi sel manusia.
Salah satu mutasi signifikan pada varian ini adalah perubahan pada posisi asam amino threonine di spike protein. Mutasi ini diyakini meningkatkan kemampuan virus untuk menempel pada sel inang dan menghindari deteksi oleh sistem imun.
Varian FLiRT memiliki beberapa mutasi yang memungkinkan virus menghindari sebagian respons imun tubuh, baik dari infeksi alami maupun vaksinasi. Hal ini berpotensi menyebabkan infeksi ulang pada individu yang sebelumnya telah sembuh atau yang telah divaksin.
Berdasarkan data dari CDC, varian ini, khususnya subvarian KP.2, kini menyumbang sekitar 25% dari total kasus Covid-19 di AS, menjadikannya varian dominan saat ini. FLiRT muncul karena mutasi pada spike protein virus, yang meningkatkan kemampuan virus untuk menular dan menghindari sistem imun tubuh.
Menurut data terbaru, CDC saat ini sedang mengawasi Covid-19 varian KP.2 dan KP.1.1 yang terkadang disebut FLiRT dalam pengawasan air limbah. Pengawasan ini dilakukan untuk memahami potensi dampaknya terhadap kesehatan masyarakat.
Advertisement
Gejala Covid-19 Varian FLiRT
Menurut CDC, “saat ini tidak ada indikator” bahwa KP.2 akan menyebabkan penyakit yang lebih parah dibandingkan jenis virus lainnya. Badan tersebut mengatakan akan terus memantau penularan virus di masyarakat dan bagaimana kinerja vaksin terhadap jenis ini.
Varian FLiRT dilaporkan memiliki gejala yang mirip dengan JN.1 yang meliputi:
- Demam atau menggigil
- Batuk
- Sakit tenggorokan
- Hidung tersumbat atau meler
- Sakit kepala
- Nyeri otot
- Sulit bernafas
- Kelelahan
- Hilangnya rasa atau bau baru
- Brain fog (sindrom di mana seseorang kesulitan untuk memusatkan fokus dan konsentrasi terhadap suatu hal)
- Gejala gastrointestinal (sakit perut, diare ringan, muntah)
CDC mencatat bahwa daftar tersebut tidak mencakup semua kemungkinan gejala dan gejala dapat berubah seiring dengan varian baru serta dapat bervariasi pada setiap orang. Secara umum menurut CDC, penderita COVID-19 memiliki gejala yang beragam, mulai dari penyakit ringan hingga berat. Gejala mungkin muncul dua hingga 14 hari setelah terpapar.
Tingkat Risiko Covid-19 Varian FLiRT dengan Varian Lainnya
Menurut Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, ada beberapa kondisi yang menentukan apakah seseorang dapat lebih kebal terhadap Covid-19 varian FLiRT, yakni jenis varian yang menjangkit sebelumnya.
Infeksi JN.1 maka potensi terlindungi dari seluruh Covid-19 varian FLiRT akan lebih tinggi. Sebab, JN.1 dan FLiRT hanya memiliki perbedaan pada satu atau dua perubahan asam amino, sehingga masih banyak tempat lain yang dapat diikat oleh antibodi. Namun, jika Anda terjangkit varian yang 'lebih tua' dari JN.1 maka perlindungan terhadap FLiRT yang diperoleh tidak begitu besar.
Dengan demikian, masyarakat dunia tetap harus berwaspada karena varian FLiRT ini berpotensi menimbulkan lonjakan kasus pada musim panas ini. Meskipun gelombang masih tergolong lebih kecil, risiko tinggi varian FLiRT tetap mengintai kelompok yang lebih rentan, seperti lansia dan penderita komorbid.
Advertisement
Panduan COVID terbaru dari CDC
Dikutip dari laman USA Today, pada bulan Maret 2024, CDC memperbarui pedoman COVID-19 sehingga orang yang dites positif terkena virus tidak lagi diarahkan untuk melakukan isolasi di rumah selama lima hari.
CDC mengumumkan kebijakan baru yang berfokus pada tindakan yang dapat dilakukan masyarakat untuk mengurangi penyebaran berbagai virus pernapasan umum, seperti influenza, virus pernapasan syncytial (RSV), dan COVID-19. Tindakan tersebut termasuk tetap berada di rumah ketika sakit, selalu mengikuti perkembangan vaksin, mempraktikkan kebersihan yang baik, dan meningkatkan kualitas udara dalam ruangan.
Perubahan tersebut menandai pertama kalinya badan tersebut merevisi pedoman virus corona sejak tahun 2021. Pedoman ini ditujukan untuk masyarakat dan pemberi kerja, bukan untuk rumah sakit atau panti jompo yang memiliki pedoman terpisah.
Pejabat CDC menyebut perubahan tersebut sebagai pendekatan sederhana yang lebih mudah dipahami masyarakat dan lebih sejalan dengan virus pernapasan yang beredar yang menyebar dengan cara yang sama dan memiliki gejala serupa.