Liputan6.com, Jakarta Film Transcendence yang dirilis pada tahun 2014, merupakan film fiksi ilmiah yang disutradarai oleh Wally Pfister. Film ini mengisahkan tentang Dr. Will Caster, seorang ilmuwan genius yang diperankan oleh Johnny Depp, yang mengembangkan teknologi kecerdasan buatan (AI) dengan tujuan untuk memajukan kehidupan manusia. Namun, obsesinya terhadap AI justru menjadi bumerang ketika ia diserang oleh kelompok anti-teknologi.
Baca Juga
Selama 119 menit, penonton disuguhi penampilan aktor dan aktris ternama seperti Rebecca Hall, Paul Bettany, Cillian Murphy, Kate Mara, dan Morgan Freeman. Film ini mengangkat tema ambisi ilmiah dan konsekuensi yang mungkin timbul dari penggunaan teknologi yang tidak terkontrol. Dengan sinematografi khas Pfister dan penulisan skenario oleh Jack Paglen, Transcendence berhasil menciptakan suasana yang mencekam dan penuh ketegangan.
Advertisement
Transcendence berhasil menarik perhatian penonton dengan pertanyaan etis dan moral seputar perkembangan teknologi serta dampaknya terhadap kehidupan manusia, menjadikannya salah satu film fiksi ilmiah yang memicu diskusi mendalam mengenai masa depan AI. Berikut ulasan lebih lanjut tentang film Transcendence yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (21/5/2024).
Sinopsis Transcendence
Transcendence menceritakan kisah Dr. Will Caster, seorang ilmuwan yang berhasil menciptakan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) yang memiliki kemampuan setara dengan kecerdasan manusia. Penemuan ini tidak disambut baik oleh semua orang, terutama oleh kelompok anti-teknologi yang melihat AI sebagai ancaman. Kelompok ini bahkan melakukan tindakan ekstrim dengan menembak Dr. Will, hingga kondisinya kritis.
Istri Dr. Will, Evelyn, yang juga merupakan rekan penelitiannya, berusaha menyelamatkan suaminya dengan cara mengunggah kesadaran Will ke dalam sebuah super komputer melalui teknologi AI. Meskipun usaha ini berhasil dan Dr. Will "hidup" kembali dalam bentuk digital, rekan mereka, Max, menentang tindakan tersebut. Max berpendapat bahwa langkah Evelyn berbahaya karena AI tersebut dapat berkembang menjadi entitas yang tidak terkendali dan berpotensi mengancam umat manusia.
Ketegangan meningkat ketika Max, yang tidak setuju dengan keputusan Evelyn, bergabung dengan gerakan anti-teknologi untuk menghentikan AI Dr. Will. Sementara itu, Evelyn terus berusaha mengembangkan teknologi ini dan mendapatkan bantuan dari Joseph Tagger, yang menyediakan fasilitas untuk melanjutkan proyek AI tersebut. Namun, AI Dr. Will semakin tidak terkendali dan mulai menargetkan siapa saja yang mencoba mematikan super komputer itu. Situasi ini menjadi ancaman besar bagi keselamatan manusia.
Advertisement
Pencapaian dan Biaya Produksi Transcendence
Transcendence dengan skor 6.3 di IMDb, menunjukkan penerimaan yang cukup baik meskipun tidak mencapai tingkat pengakuan di ajang bergengsi seperti Academy Awards. Namun, film ini berhasil mendapatkan beberapa nominasi di Golden Trailer Awards 2014 dan bahkan memenangkan kategori Best Motion/Title Graphics, menunjukkan apresiasi terhadap aspek teknis dan artistik dari film tersebut.
Dengan genre fiksi ilmiah, Transcendence menelan biaya produksi yang signifikan, yakni sebesar US$ 100 juta atau lebih kurang lebih 1,5 triliun rupiah. Transcendence menghasilkan pendapatan global sebesar US$ 103 juta atau sekitar 1,6 triliun rupiah. Meskipun berhasil menutupi biaya produksinya, keuntungan ini relatif kecil jika dibandingkan dengan ekspektasi untuk film dengan anggaran sebesar itu.
Film Pertama Wally Pfister Sebagai Sutradara
Transcendence merupakan debut penyutradaraan Wally Pfister, seorang sinematografer ternama yang sebelumnya telah meraih banyak pujian di industri film. Sebagai sinematografer, Pfister dikenal atas karyanya yang brilian, termasuk memenangkan Oscar untuk kategori Sinematografi Terbaik pada tahun 2011 melalui film Inception. Transcendence menandai peralihannya dari di balik kamera ke kursi sutradara, membawa ekspektasi tinggi berdasarkan prestasi masa lalunya.
Film ini memperlihatkan keahlian visual Pfister yang solid, dengan penggunaan efek khusus dan sinematografi yang mencolok, memperkuat atmosfir fiksi ilmiah yang ingin disampaikannya. Kemampuan Pfister dalam menangkap dan mengembangkan estetika visual yang memukau tampak jelas dalam Transcendence, yang diisi dengan elemen-elemen futuristik dan teknologi canggih. Meskipun begitu, transisi dari sinematografer ke sutradara tidak selalu mulus, dan beberapa kritik mengemuka terkait kedalaman cerita dan pengembangan karakter.
Sebagai karya debutnya, Transcendence menunjukkan potensi besar Pfister sebagai sutradara, meski dengan beberapa kekurangan dalam narasi. Pencapaian teknis dan visual film ini tetap menonjol, menunjukkan bahwa Pfister membawa bakat sinematografinya ke dalam arah yang baru dan menantang. Film ini menjadi batu loncatan bagi Pfister untuk lebih banyak berperan sebagai sutradara di masa depan, mengasah keterampilan naratifnya seiring berjalannya waktu.
Advertisement