Sukses

7 Fakta Dibalik Layar Film Tuhan Izinkan Aku Berdosa karya Hanung Bramantyo

Film Tuhan Izinkan Aku Berdosa tayang di Bioskop mulai 22 Mei 2024.

Liputan6.com, Jakarta - Hanung Bramantyo, sutradara yang dikenal dengan karya "Bumi Manusia" dan "Catatan Si Boy", kembali mencuri perhatian dengan film terbarunya, "Tuhan Izinkan Aku Berdosa." Film ini mengangkat isu pelecehan seksual di lingkungan pesantren, sebuah langkah berani yang diambil Hanung.

Diproduksi oleh MVP Pictures, film ini tayang perdana di Jakarta Film Week 2023 pada 27 Oktober 2023 dan mulai diputar di bioskop pada 22 Mei 2024.

Hanung berharap karyanya ini bisa menjadi cerminan sosial bagi masyarakat. "Karya ini ditujukan untuk itu," ucap Hanung kepada Media pada acara tersebut pada Jumat (27/10/2023).

Film "Tuhan Izinkan Aku Berdosa" diadaptasi dari novel "Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur!" karya Muhidin M. Dahlan. Sebelum film ini digarap, Hanung telah membaca novel ini sejak tahun 2010 dan tertarik untuk mengangkatnya ke layar lebar karena kisah nyata yang diangkatnya sangat kontroversial.

Produksi film ini melibatkan tim profesional seperti Raam Punjabi sebagai produser, Irfan Ismail sebagai penulis naskah, Fajar Ahadi sebagai penata musik, Satria Kurnianto sebagai sinematografer, dan Haris F. Syah sebagai penyunting. Hanung berharap kolaborasi ini dapat menggugah emosi penonton dan memberikan pandangan mendalam tentang isu-isu sosial yang diangkat.

Fakta dibalik layar film "Tuhan Izinkan Aku Berdosa" ini semakin menegaskan pentingnya peran film dalam mengkritisi dan mencerminkan kondisi sosial masyarakat. Berikut Liputan6.com ulas sejumlah fakta dibalik layar film "Tuhan Izinkan Aku Berdosa," Kamis (23/5/2024).

2 dari 4 halaman

1. Sengaja Angkat Isu Sosial yang Sensitif

Hanung Bramantyo, sutradara yang dikenal dengan karya "Bumi Manusia" dan "Catatan Si Boy", mengambil langkah berani dengan mengangkat isu pelecehan seksual di lingkungan pesantren dalam film "Tuhan Izinkan Aku Berdosa."

Film ini diproduksi oleh MVP Pictures dan mulai tayang pada 22 Mei 2024 setelah sebelumnya ditayangkan di Jakarta Film Week 2023 pada 27 Oktober 2023. Hanung dalam keterangannya sengaja angkat isu sosial yang sensitif.

2. Adaptasi dari Novel Karya Muhidin M. Dahlan

Film ini diadaptasi dari novel berjudul "Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!" karya Muhidin M. Dahlan yang terbit pada 2003. Hanung Bramantyo telah membaca novel ini sejak tahun 2010.

Novel tersebut berdasarkan kisah nyata yang kemudian dipublikasikan sebagai novel fiksi, mengisahkan seorang muslimah yang taat namun kecewa dengan Tuhan sehingga akhirnya menjadi pelacur.

“Saya baca novel ini tahun 2010-2011. Waktu itu, novel ini sangat heboh di kalangan umat Islam dan komunitas Muslim. Karena basic-nya dari kisah nyata, muncul dari sebuah lembaga pendidikan Islam, maka saya membaca karena tertarik. Ada perdebatan soal itu,” ungkap Hanung dikutip dari Showbiz Liputan6.com pada Kamis (23/5/2024).

3. Kritik Sosial Terhadap Organisasi Radikal

Novel yang diadaptasi menjadi film oleh cineas peraih 2 Piala Citra tersebut merupakan kritik sosial terhadap organisasi radikal yang mendukung pendirian negara berdasarkan ideologi tertentu dan memperlihatkan cara beragama yang otoriter serta dogmatis dari beberapa anggotanya.

Film ini, seperti novelnya, mengandung cerita yang dapat memicu trauma atau ketidaknyamanan, terutama terkait dengan pelecehan seksual.

“Untuk memfilmkan, saya belum punya keberanian. Karena di era 2010 kelompok-kelompok radikal dan anti-demokrasi dan kebebasan berekspresi masih dibiarkan,” ungkapnya.

3 dari 4 halaman

4. Kolaborasi Tim Produksi Profesional

Produksi film ini melibatkan berbagai tenaga profesional di bidangnya. Hanung Bramantyo bertindak sebagai sutradara dengan Irfan Ismail sebagai penulis naskah. Juga diproduseri Raam Punjabi yang diungkap Hanung tidak mudah.

“Sampai saya menemukan orang yang saya hormati betul di dunia film Indonesia, Pak Raam Punjabi. Waktu itu saya nothing to lose. Pak Raam bertanya: Hanung punya film apa? Saya jawab: Saya punya film ini. Dia bilang: Wah, menarik!” katanya.

Staf produksi lainnya termasuk Fajar Ahadi sebagai penata musik, Satria Kurnianto sebagai sinematografer, dan Haris F. Syah sebagai penyunting.

Kerjasama antara para profesional ini menghasilkan kualitas film yang diharapkan mampu menggugah emosi penonton.

Sebelum benar-benar memutuskan menggarap film “Tuhan Izinkan Aku Berdosa,” sutradara film ini menemui Mujdin M Dahlan selaku penulis novel tepat di tengah wabah COVID-19.

“Saya menemui Mas Muhidin M Dahlan selaku penulis novel ini. Dia kaget ketika mendengar inisiatif saya untuk membuat film ini kemudian bertanya: Apa enggak takut? Saya bilang: Bismillah, pokoknya kita lakukan ini dengan baik,” paparnya panjang.

5. Pemeran Utamanya Dibintangi Aghniny Haque

Film ini dibintangi oleh Aghniny Haque, yang mendapat banyak pujian atas perannya sebagai Kiran.

Dalam wawancara khusus dengan tim Showbiz Liputan6.com di Jakarta, Hanung Bramantyo menguak fakta susahnya cari pemain untuk menghidupkan film Tuhan Izinkan Aku Berdosa. Sejumlah bintang papan atas menolak dengan beragam alasan.

 “Akhirnya kami menemukan Aghniny Haque. Buat saya itu semacam blessing. Dia sedang berekspansi, tidak ingin hanya dikenal sebagai pemain laga. Allah memberikan jalan ke situ,” ungkapnya.

Selain Aghniny, aktor lain yang juga berperan penting termasuk Donny Damara, Djenar Maesa Ayu, Andri Mashadi, Samo Rafael, Keanu Angelo, Nugie, Nikita Mirzani, Cornelio Sunny, dan Ridwan Roull Rohaz.

Para pemeran berhasil menampilkan akting yang nyata dan berani, yang menjadi salah satu daya tarik film ini.

4 dari 4 halaman

6. Kisahkan Perjalanan Hidup Kiran yang Penuh Konflik

Film ini mengikuti perjalanan hidup Kiran, seorang mahasiswi cerdas dan religius yang berasal dari keluarga miskin di desa. Kiran terkenal kritis terhadap kemunafikan yang sering ditemui.

Hidupnya berubah drastis saat bergabung dengan kelompok agama garis keras yang dipimpin oleh Abu Darda. Kiran menghadapi berbagai cobaan, mulai dari ancaman fisik hingga pelecehan seksual. Penderitaannya memuncak ketika ia mulai mempertanyakan keadilan Tuhan, akhirnya memutuskan menjadi pelacur untuk mengungkap kemunafikan.

“Ya Rabb, jika pengabdianku pada-Mu Kau balas dengan cobaan yang berat, lalu apa balasan bagi orang-orang munafik yang melecehkan perempuan sepertiku?” ucap Kiran dalam doanya penuh keputusasaan dikutip dari thriler film "Tuhan Izinkan Aku Berdosa" di Channel YouTube Cinema21.

Keberanian Kiran dalam menghadapi berbagai tantangan dan penderitaan menggambarkan perjalanan batin dan moral yang penuh konflik, mengguncang keyakinannya dan mempertanyakan nilai-nilai agama yang dianutnya. Film ini memberikan pandangan mendalam tentang perjuangan individu melawan kemunafikan dan ketidakadilan.

7. Ada Sisipan Pesan Sosial yang Mendalam

Hanung berharap agar masyarakat lebih kritis dan sadar terhadap agama melalui film ini. "Untuk masyarakat supaya lebih kritis dan aware dengan agama. Punya kemauan mempelajari lebih dalam secara personal," kata Hanung di Jakarta. Menurutnya, penting bagi masyarakat untuk kembali pada pesan utama agama, yaitu membaca dan memahami lebih dalam ajaran agama yang diyakini.