Liputan6.com, Jakarta Menurut temuan Tim Media Center Haji (MCH), sejumlah jemaah haji lansia atau lanjut usia ditemukan lupa arah jalan pulang. Mereka ditengarai mengalami gejala demensia yang mana kondisi tersebut umum dialami orang-orang usia 65 tahun ke atas.
Demensia pada jemaah haji lansia merupakan tantangan serius yang perlu mendapat perhatian khusus dari pihak keluarga dan panitia penyelenggara haji. Kondisi ini dapat mempengaruhi kemampuan jemaah lansia untuk memahami dan mengikuti rangkaian ibadah haji yang kompleks dan melelahkan.
Dalam situasi demensia, jemaah lansia mungkin mengalami kebingungan, kehilangan orientasi, dan kesulitan dalam berkomunikasi, yang bisa menghambat mereka menjalankan ritual haji dengan benar. Untuk itu, perlu dicegah sejak awal keberangkatan haji.
Advertisement
Berikut Liputan6.com ulas mengenai cara mencegah demensia pada jemaah haji lansia yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Kamis (23/5/2024).
Mengenal Demensia pada Lansia
Demensia pada lansia adalah suatu kondisi medis yang ditandai oleh penurunan fungsi kognitif yang cukup signifikan sehingga mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Fungsi kognitif yang terpengaruh meliputi ingatan, kemampuan berpikir, orientasi, pemahaman, perhitungan, kemampuan belajar, bahasa, dan penilaian. Kondisi ini bukanlah bagian normal dari penuaan, melainkan merupakan hasil dari berbagai penyakit atau cedera yang mempengaruhi otak, seperti Alzheimer, stroke, atau cedera kepala.
Pada lansia, demensia sering kali muncul secara bertahap dan semakin memburuk seiring waktu. Gejala awal mungkin termasuk lupa nama orang yang baru dikenal, kesulitan menemukan kata yang tepat, atau kehilangan barang-barang. Seiring berjalannya waktu, gejala bisa berkembang menjadi kesulitan dalam melakukan tugas-tugas sehari-hari, perubahan perilaku dan suasana hati, kebingungan, serta kesulitan dalam berkomunikasi dan memahami lingkungan sekitar.
Penyebab utama demensia adalah penyakit Alzheimer, yang menyumbang 60-80% dari semua kasus. Penyebab lainnya termasuk demensia vaskular, yang terjadi akibat kerusakan pembuluh darah di otak; demensia Lewy body, yang terkait dengan protein abnormal di otak; serta demensia frontotemporal, yang mempengaruhi bagian depan dan samping otak. Diagnosis dini dan perawatan yang tepat dapat membantu mengelola gejala dan meningkatkan kualitas hidup penderita demensia serta keluarganya.
Advertisement
Faktor Risiko Demensia pada Lansia
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko demensia pada lansia adalah sebagai berikut, yakni:
- Memiliki keluarga dengan riwayat demensia.
- Kebiasaan merokok.
- Pola makan tidak sehat.
- Jarang berolahraga.
- Kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol.
Sementara itu, beberapa penyakit yang juga berisiko menimbulkan demensia adalah sebagai berikut, yakni:
- Down Syndrome.
- Sleep apnea.
- Obesitas.
- Hipertensi.
- Diabetes.
- Kolesterol Tinggi.
Cara Cegah Demensia pada Jemaah Haji Lansia
Dikutip dari laman resmi Kementerian Agama atau Kemenag RI, Kepala Seksi Layanan Lansia, Disabilitas, dan PKP3JH Dokter Leksmana Arry Chandra mengatakan, ada jemaah lansia yang mengalami kelupaan saat sedang menunaikan ibadah haji, baik lupa nama, keluarga, atau merasa dirinya masih berada di kampung halaman.
"Gangguang ini secara umum dipicu oleh dua hal, baik karena faktor sosial atau psikososial maupun faktor pribadi atau psikologis. Selain itu juga dipicu oleh faktor biologis," urai dokter yang sehari-hari bertugas di Daerah Kerja (Daerah Kerja) Madinah yang dikutip Liputan6.com pada Kamis (23/5/2024).
Demensia biasanya diikuti dengan gangguan cara berpikir, seperti disorientasi tempat, disorientasi waktu, dan disorientasi orang-orang di sekitarnya. Gejala yang bisa terlihat di awal biasanya seperti mudah lupa, terutama untuk kejadian-kejadian yang baru saja dialami. Kemudian, sulit mempelajari hal baru, sulit konsentrasi, termasuk sulit mengingat waktu dan tempat, terutama setelah mereka berpindah dari kampungnya.
“Jemaah yang mengalami demensia perlu diberikan stimulasi kognitif. Misalnya dengan mengajak pasien ngobrol dan bersosialisasi, atau melakukan pendampingan terhadap pasien untuk mencegah terjadinya demensia,” sambungnya.
Setelah pasien pulih, tetap perlu pendampingan. Sebab, demensia sewaktu-waktu bisa muncul terutama disebabkan kelelahan dan dehidrasi. Bagi jemaah lansia sangat disarankan untuk beristirahat yang cukup dan tidak memaksakan diri beraktivitas di luar kegiatan ibadah haji. Hal itu dapat memicu kelelahan ataupun terjadi dehidrasi akibat paparan cuaca panas di Arab Saudi.
“Jemaah Lansia memang masih bisa kita cegah terjadinya demensia. Artinya, perlu mewaspadai gejala demensia. Jangan sampai menimbulkan gejala disorientasi. Salah satu pencegahannya adalah dengan stimulasi kognitif. Caranya bisa dengan mengajak jemaah haji itu bercerita. Para pendamping jemaah diimbau untuk selalu mengajak mereka bersosialisasi, berdoa, zikir bersama, kemudian hindari yang bisa menyebabkan jemaah lansia menjadi lelah” ujar dr Leksmana.
Advertisement
Jumlah Kuota Haji Tahun 2024
Dikutip dari laman resmi Kemenag, kuota Indonesia pada penyelenggaraan ibadah haji 1445 H/2024 M sebesar 221.000 jemaah. Selain itu, Indonesia juga mendapat kuota tambahan sebesar 20.000 jemaah. Sebanyak 10.000 kuota tambahan diperuntukan bagi jemaah haji reguler, sementara 10.000 lainnya untuk jemaah haji khusus. Sehingga total jamaah haji Indonesia tahun ini berjumlah 241.000 orang, terdiri atas 213.320 jamaah dan 27.680 jamaah haji khusus. Dari jumlah tersebut, jumlah lansia tahun 2024 cukup banyak yakni mencapai sekitar 45ribu.
Jemaah haji reguler, akan dibagi dalam 554 Kloter (kelompok terbang). Mereka akan diberangkatkan dari 13 Bandara yang berasal dari 14 Embarkasi. Kloter pertama jemaah haji Indonesia dijadwalkan akan berangkat ke Arab Saudi pada 12 Mei 2024 lalu.