Liputan6.com, Jakarta Karakter Walter White dalam serial televisi "Breaking Bad" merupakan salah satu tokoh yang paling kompleks dan menarik dalam dunia pertelevisian. Sebagai seorang mantan guru kimia yang berubah menjadi produsen methamphetamine, Walter menunjukkan perubahan drastis dari seorang protagonis yang simpatik menjadi antagonis yang menakutkan. Transformasi ini menimbulkan perdebatan tentang apakah Walter lebih tepat disebut sebagai protagonis atau antagonis.
Baca Juga
Advertisement
Pada awalnya, Walter White digambarkan sebagai sosok protagonis yang berjuang melawan kanker paru-paru dan berusaha menyediakan masa depan bagi keluarganya. Motivasi awalnya yang tampak mulia membuat penonton bersimpati terhadap keputusannya untuk memasuki dunia narkoba. Namun, seiring berjalannya waktu, keputusan-keputusan moral yang dipilihnya semakin menunjukkan sisi gelap dan kepribadiannya yang sebenarnya. Lantas karakter Walter White masih protagonis atau berubah jadi antagonis?
Berikut ini Liputan6.com ulas mengenai karakter Walter White dalam Breaking Bad yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Jumat (24/5/2024).
Mengenal Walter White dalam Breaking Bad
Walter Hartwell White Sr., juga dikenal dengan alias Heisenberg, adalah protagonis fiksi dalam seri televisi drama kejahatan Amerika Serikat Breaking Bad, diperankan oleh Bryan Cranston. Walter merupakan ahli dalam kimia dan salah satu pendiri firma teknologi sebelum semua sahamnya dibeli oleh rekannya.
Sementara rekannya menjadi miliuner, Walter justru hanya menjadi guru kimia SMU di Albuquerque yang frustasi, karena hampir tidak bisa memenuhi kebutuhan keluarganya yakni istri Skyler (Anna Gunn) dan anaknya Walter Jr. (RJ Mitte) yang menderita cerebral palsy.
Advertisement
Awal Mula Katakter Walter White dalam Breaking Bad yang Berubah Menjadi Antagonis
Awal mula perubahan karakter Walter White dari seorang protagonis menjadi antagonis dimulai dari momen dia didiagnosis menderita kanker paru-paru. Di tengah krisis kesehatan ini, Walter merasa terdesak oleh tekanan finansial yang besar, terutama ketika menyadari bahwa asuransi kesehatannya tidak akan cukup untuk menutupi pengobatan dan mendukung keluarganya setelah dia meninggal. Dorongan ini mendorongnya untuk mencari cara-cara tidak konvensional untuk mendapatkan uang dengan cepat.
Keputusan pertamanya untuk memasuki bisnis narkoba, meskipun tampaknya didorong oleh keinginan untuk menyediakan masa depan bagi keluarganya, menjadi titik awal bagi transformasinya. Seiring waktu, ambisi dan keinginan untuk memiliki kontrol atas hidupnya memicu perubahan lebih lanjut dalam kepribadiannya. Walter mulai menemukan rasa kuasa yang dia rasakan dalam dunia narkoba, dan dia menjadi semakin terlibat dalam tindakan-tindakan yang bertentangan dengan moral dan hukum.
Peran penting dalam transformasi Walter adalah keterlibatannya dengan karakter seperti Jesse Pinkman, seorang mantan murid yang terlibat dalam bisnis narkoba. Hubungan mereka menjadi semakin kompleks seiring waktu, dengan Walter sering menggunakan kecerdasan dan manipulasinya untuk memanipulasi Jesse sesuai dengan kepentingannya sendiri. Di samping itu, Walter juga mulai mengambil risiko yang semakin besar dan bertindak dengan cara-cara yang semakin kejam untuk melindungi identitasnya dan mempertahankan posisinya dalam dunia narkoba.
Dengan setiap langkah yang diambilnya, Walter semakin jauh dari moralitas yang mendasari keputusan awalnya. Obsesi akan kekuasaan dan ketidakmampuannya untuk menerima realitas bahwa dia adalah bagian dari masalah yang dia ciptakan mengubahnya dari seorang pria biasa menjadi seorang penjahat yang dingin dan tanpa belas kasihan. Identitas alter ego-nya, "Heisenberg," menjadi simbol ketakutan dan kekuatan dalam dunia narkoba. Transformasi ini menciptakan salah satu karakter yang paling kompleks dan menarik dalam sejarah pertelevisian, menggambarkan bagaimana niat baik dapat berubah menjadi kejahatan besar ketika dipicu oleh situasi ekstrem dan ambisi pribadi.
Tanggapan Kritlkus Terhadap Karakter Walter White
Sepanjang serial Walter menjadi semakin tidak bermoral, karena pencipta seri Vince Gilligan ingin ia berubah dari "Mr. Chips menjadi Scarface". Meskipun pihak AMC awalnya ragu untuk menerima Cranston karena sebelumnya berperan komedi dalam Malcolm in the Middle, Gilligan menerimanya berdasarkan performa aktor dahulu dalam episode The X-Files "Drive", yang Gilligan tulis. Cranston berkontribusi besar dalam penciptaan karakter, termasuk latar belakang, kepribadian, dan penampilan fisik Walter.
Baik karakter dan performa Cranston ternyata menerima pujian dari kritikus, dengan Walter sering disebutkan sebagai salah satu karakter televisi terbaik dan paling ikonik sepanjang masa. Cranston memenangkan empat Primetime Emmy Awards for Outstanding Lead Actor in a Drama Series, tiga di antaranya berturut-turut. Ia adalah orang pertama yang memenangkan Critics' Choice, Golden Globe, Primetime Emmy, dan Screen Actors Guild Award untuk penampilannya.
Cranston mengulangi peran Walt dalam flashback untuk film sekuel Breaking Bad El Camino, dan kembali dalam musim enam dan final seri prekuel Better Call Saul, menjadi salah satu dari sekian karakter yang tampil di ketiganya, bersama Jesse Pinkman, Mike Ehrmantraut (Jonathan Banks), Ed Galbraith (Robert Forster), dan Austin Ramey (Todd Terry).
Advertisement
Pesan Moral dari Karakter Walter White dalam Breaking Bad
Pesan moral yang dapat diambil dari karakter Walter White dalam Breaking Bad adalah tentang bahaya ambisi yang tidak terkendali dan perjalanan kegelapan yang mungkin terjadi ketika seseorang terlalu fokus pada kepentingan pribadi. Walter awalnya memasuki dunia narkoba dengan motivasi yang tampaknya mulia, yaitu untuk menyediakan masa depan bagi keluarganya setelah dia meninggal karena kanker. Namun, seiring waktu, ambisinya tumbuh menjadi obsesi akan kekuasaan dan kekayaan.
Akhirnya, pesan moral dari karakter Walter White adalah tentang pentingnya menghadapi konsekuensi dari tindakan kita dan menerima tanggung jawab atas mereka. Meskipun Walter akhirnya mencoba untuk menyelesaikan bisnisnya dan melindungi keluarganya, dia tidak bisa lolos dari akibat dari keputusan-keputusan buruknya. Ini mengingatkan kita bahwa dalam hidup, kejujuran dan integritas selalu lebih berharga daripada keuntungan atau kekuasaan yang diperoleh secara tidak sah.