Sukses

CPR Adalah Menjaga Aliran Darah dan Oksigen, Begini Caranya

CPR adalah prosedur penyelamatan nyawa yang dilakukan saat pernapasan atau detak jantung berhenti.

Liputan6.com, Jakarta - CPR adalah prosedur penyelamatan nyawa yang dilakukan saat pernapasan atau detak jantung seseorang tiba-tiba terhenti. Prosedur ini sangat penting karena menjaga aliran darah dan oksigen tetap mengalir ke seluruh tubuh, terutama ke organ vital seperti otak dan jantung.

Menurut American Heart Association, tindakan CPR dapat meningkatkan peluang bertahan hidup hingga dua atau tiga kali lipat dalam kasus darurat seperti serangan jantung atau tenggelam.

CPR bisa dilakukan oleh siapa saja yang telah mendapatkan pelatihan dasar, termasuk masyarakat umum, petugas medis, pemadam kebakaran, dan pengemudi ambulans. Pelatihan CPR melibatkan teknik kompresi dada dan pemberian napas buatan, yang keduanya bertujuan untuk merangsang jantung dan menjaga aliran oksigen.

Pentingnya pelatihan ini telah diakui oleh banyak lembaga, termasuk Palang Merah Amerika, yang mengesahkan CPR sebagai metode penting dalam penanganan medis darurat sejak tahun 1963, dilansir dari Britannica.

Meski sangat penting, melakukan CPR juga memiliki risiko, terutama jika dilakukan oleh orang yang tidak terlatih. Salah satu risikonya adalah cedera pada tulang rusuk atau organ dalam akibat tekanan yang terlalu kuat atau tidak tepat. Namun, risiko tersebut biasanya lebih rendah dibandingkan dengan manfaat potensialnya, yaitu menyelamatkan nyawa seseorang.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang CPR dan cara melakukan CPR, Kamis (30/5/2024).

2 dari 3 halaman

Prosedur CPR

CPR adalah sebuah prosedur penyelamatan nyawa yang dilakukan dalam kondisi darurat ketika pernapasan atau detak jantung seseorang tiba-tiba terhenti. Situasi seperti serangan jantung, hampir tenggelam, atau kecelakaan sering kali memerlukan tindakan CPR untuk menyelamatkan nyawa.

Prosedur ini bertujuan untuk menjaga aliran darah dan oksigen tetap mengalir ke seluruh tubuh, khususnya ke organ-organ vital, sampai bantuan medis yang lebih lanjut dapat diberikan.

Menurut American Heart Association, CPR bisa meningkatkan peluang bertahan hidup seseorang setelah serangan jantung hingga dua atau tiga kali lipat. Hal ini disebabkan oleh pentingnya menjaga aliran darah tetap aktif meskipun jantung dan pernapasan telah berhenti. Kompresi dada menjadi elemen paling penting dalam tindakan CPR. Kompresi ini dilakukan dengan memberikan tekanan berulang pada bagian tengah sternum untuk merangsang aliran darah ke seluruh tubuh.

Selain kompresi dada, metode napas buatan atau pernapasan dari mulut ke mulut juga sering digunakan dalam CPR. Metode ini bertujuan untuk memberikan oksigen tambahan ke tubuh korban ketika detak jantung dan pernapasan mereka terhenti secara tiba-tiba. Napas buatan menjadi tambahan penting untuk memastikan oksigenasi tetap berlangsung selama prosedur penyelamatan.

Sejarah penggunaan CPR dapat ditelusuri kembali ke tahun 1732, ketika William Tossach, seorang ahli bedah Skotlandia, mencoba menyelamatkan seorang penambang batu bara yang tidak sadar dengan melakukan resusitasi mouth-to-mouth. Melansir dari Britannica, perkembangan lebih lanjut dari teknik ini dilakukan oleh dokter Edward Schafer yang pada awal abad ke-20 memperkenalkan metode penekanan dada untuk merangsang aliran pernapasan. Palang Merah Amerika kemudian mengadopsi dan menyebarluaskan metode ini pada tahun 1910.

Pada tahun 1926, Sekolah Kedokteran Johns Hopkins membentuk sebuah tim untuk mengembangkan metode penyelamatan bagi karyawan perusahaan listrik yang sering mengalami kecelakaan kerja fatal akibat tersengat listrik. Setelah berbagai percobaan, termasuk penggunaan rangsangan listrik pada anjing, mereka menemukan bahwa penekanan ritmis pada dada dapat membantu menghidupkan kembali jantung yang berhenti. Temuan ini kemudian diuji coba pada binatang lain dan pasien di rumah sakit dengan tingkat keberhasilan yang cukup tinggi.

Pada tahun 1958, metode ini berhasil menyelamatkan nyawa seorang anak berumur dua tahun yang jantungnya tiba-tiba berhenti. Sejak itu, CPR menjadi bagian wajib dalam pelatihan bagi semua dokter, pemadam kebakaran, pengemudi ambulans, dan para pekerja pertolongan pertama. Palang Merah Amerika mengesahkan CPR sebagai metode penting dalam dunia medis pada tahun 1963.

Melansir dari Eka Hospital, CPR harus dilanjutkan sampai korban benar-benar pulih. Namun, ada situasi tertentu di mana CPR boleh dihentikan, seperti ketika denyut jantung dan napas korban kembali, penolong kelelahan, atau ada spesialis CPR yang mengambil alih. Selain itu, penghentian CPR juga dapat dilakukan jika penolong berada dalam bahaya, korban memiliki penyakit terminal, atau terdapat perjanjian DNR (do not resuscitate).

CPR adalah prosedur medis yang sangat penting dalam keadaan darurat untuk menyelamatkan nyawa. Pemahaman yang tepat mengenai tujuan, teknik, dan kapan harus melakukan serta menghentikan CPR sangat diperlukan agar tindakan ini dapat dilakukan dengan efektif.

3 dari 3 halaman

Cara Melakukannya

Masih melansir dari Eka Hospital, begini cara melakukan prosedur CPR:

1. Memastikan Situasi Sekitar Jauh dari Bahaya (Danger)

Langkah pertama dalam cara melakukan prosedur CPR adalah memastikan bahwa area sekitar aman bagi pasien dan orang-orang di sekitarnya. Jangan membahayakan diri sendiri atau orang lain. Misalnya, jika ada kecelakaan lalu lintas, pastikan lalu lintas sudah dihentikan atau dipindahkan sebelum memulai tindakan CPR. Setelah situasi aman, segera hubungi ambulans. Baringkan pasien pada permukaan datar, seperti trotoar atau lantai, untuk memulai prosedur.

2. Memeriksa Kesadaran (Response)

Sebelum melakukan CPR, penting untuk memeriksa kesadaran dan respons pasien. Contohnya, jika seseorang pingsan setelah tenggelam, dekati pasien dan tanyakan dengan suara keras, "Apakah Anda baik-baik saja?" sambil menepuk bahunya. Perhatikan apakah pasien bernapas atau tidak dan rasakan denyut nadinya dengan meletakkan telinga di samping mulut untuk mendengarkan napas selama maksimal 10 detik.

Jika tidak ada denyut nadi dan napas tidak terdengar, mulailah CPR. Jika pasien masih bernapas meskipun tidak sadar, pantau terus kondisinya sambil menunggu ambulans.

3. Kompresi Dada (Compression)

Kompresi dada adalah inti dari cara melakukan prosedur CPR yang bertujuan merangsang jantung agar darah terpompa kembali. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

  1. Baringkan pasien dalam posisi terlentang di permukaan yang rata dan keras.
  2. Berlutut di samping leher dan bahu pasien.
  3. Letakkan telapak tangan bagian bawah di tengah dada antara puting susu.
  4. Letakkan tangan yang lain di atas tangan pertama, pastikan siku lurus dan bahu tepat di atas tangan.
  5. Dorong dada lurus ke bawah minimal 5 cm tetapi tidak lebih dari 6 cm, menggunakan seluruh berat badan, bukan hanya lengan.
  6. Lakukan kompresi dengan kecepatan 100 hingga 120 kompresi per menit.

Jika belum terlatih dalam CPR, lanjutkan kompresi dada sampai ada tanda-tanda gerakan atau sampai tenaga medis tiba. Jika terlatih, lanjutkan dengan membuka jalur napas dan memberikan napas buatan.

4. Membuka Jalur Napas (Airway)

Membuka jalur napas perlu dilakukan setelah 30 kali kompresi dada jika tidak ada tanda-tanda pernapasan normal. Cara melakukannya adalah dengan memiringkan kepala pasien sedikit ke belakang dan mengangkat dagunya.

Misalnya, jika seseorang mengalami henti jantung di kolam renang, setelah kompresi dada, letakkan telapak tangan di dahi pasien, dongakkan kepala, dan gunakan tangan lainnya untuk mengangkat dagu sampai saluran napas terbuka.

5. Napas Buatan (Breathing)

Napas buatan adalah langkah terakhir dalam cara melakukan prosedur CPR. Ini bisa dilakukan dari mulut ke mulut atau mulut ke hidung jika mulut pasien tidak bisa dibuka. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

  1. Miringkan kepala pasien sedikit ke belakang dan angkat dagunya.
  2. Pencet hidung pasien, letakkan mulut Anda sepenuhnya di atas mulutnya, dan tiup untuk membuat dadanya naik.
  3. Jika dadanya tidak naik saat napas bantuan pertama, miringkan kembali kepala.
  4. Jika dadanya masih tidak naik, pasien mungkin tersedak.

Sampai bantuan medis datang, ulangi kompresi dada dan napas buatan. Ketika defibrillator eksternal otomatis (AED) tersedia, gunakan alat tersebut untuk membantu proses resusitasi.

Memahami cara melakukan prosedur CPR secara mendetail, seseorang menjadi bisa lebih siap untuk menghadapi situasi darurat dan memberikan pertolongan pertama yang efektif. Pengetahuan ini sangat penting untuk menyelamatkan nyawa dalam kondisi darurat seperti serangan jantung atau hampir tenggelam.

Â