Liputan6.com, Jakarta Perang Rusia-Ukraina adalah konflik yang rumit dan kompleks. Faktor-faktor yang memicu terjadinya perang ini meliputi sejarah panjang di antara kedua negara, ketegangan wilayah, dan afirmasi identitas nasional pada masing-masing pihak.
Baca Juga
Advertisement
Sejarah yang panjang di antara Rusia dan Ukraina telah menciptakan ketegangan yang mendalam antara kedua negara. Ukraina merupakan bagian dari Uni Soviet sebelum akhirnya mendapatkan kemerdekaannya pada tahun 1991. Namun, hubungan antara kedua negara ini tetap terjalin kuat baik secara politik, ekonomi, maupun sosial.
Ketegangan wilayah juga menjadi faktor penting yang memicu terjadinya perang ini. Salah satunya adalah Crimea, wilayah yang dilepas oleh Ukraina dan bergabung dengan Rusia pada tahun 2014. Hal ini menyebabkan kontroversi dan protes dari pihak Ukraina serta komunitas internasional yang menganggap hal tersebut melanggar hukum internasional.
Tak kalah pentingnya, afirmasi identitas nasional juga menjadi faktor yang memperkeruh pertikaian antara Rusia dan Ukraina. Pihak Rusia menganggap dirinya sebagai pelindung etnis Rusia di Ukraina dan berupaya melindungi hak-hak mereka. Di sisi lain, pihak Ukraina berjuang untuk mempertahankan kedaulatan dan identitas nasional mereka yang terbebani oleh pengaruh Rusia.
Konflik di antara Rusia dan Ukraina tidak dapat disederhanakan menjadi satu faktor tunggal. Lebih daripada itu, hal ini melibatkan berbagai faktor yang kompleks dan terkait dengan sejarah, wilayah, serta identitas nasional kedua negara. Berikut adalah sejumlah faktor pemicu perang Rusia-Ukraina, sebagaimana telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Jumat (31/5/2024).
Latar Belakang Sejarah
Perang antara Rusia dan Ukraina merupakan salah satu konflik yang paling kompleks di abad ini. Perselisihan antara dua negara ini berasal dari latar belakang sejarah yang panjang dan kompleks.
Satu di antara pemicu utama perang ini adalah keinginan Ukraina untuk memperkuat ikatan dengan Barat, terutama Uni Eropa, yang bertentangan dengan kepentingan Rusia. Pada tahun 2013, Ukraina menghadapi krisis politik yang meletus setelah pemerintah lama yang pro-Rusia menolak untuk menandatangani kesepakatan perdagangan dengan Uni Eropa, memilih justru untuk menjalin hubungan lebih dekat dengan Rusia. Keputusan ini memicu demonstrasi besar-besaran di Ukraina yang dikenal sebagai "Revolution of Dignity".
Kemudian pada tahun 2014, Rusia mengambil langkah kontroversial dengan menduduki Crimea, sebuah wilayah di Ukraina yang dihuni oleh mayoritas etnis Rusia. Tindakan ini meningkatkan ketegangan antara kedua negara dan memicu konflik berskala lebih besar.
Sejak itu, perang pun pecah di wilayah timur Ukraina, di mana terjadi perlawanan oleh kelompok separatis yang mendukung Rusia. Konflik ini terus berlanjut hingga saat ini, dengan kedua belah pihak saling menyalahkan atas eskalasi kekerasan yang terjadi.
Latar belakang sejarah yang rumit antara Rusia dan Ukraina menjadi salah satu penyebab utama perang yang sedang berlangsung. Konflik ini tidak hanya melibatkan masalah politik dan kepentingan negara, tetapi juga melibatkan faktor etnis dan budaya yang memperumit situasi.
Advertisement
Masalah NATO
Masalah NATO menjadi salah satu faktor penyebab perang Rusia-Ukraina yang terjadi saat ini. NATO atau North Atlantic Treaty Organization adalah aliansi militer antara negara-negara Eropa dan Amerika Utara yang bertujuan untuk saling membantu dan menjaga keamanan bersama.
Ketegangan antara Rusia dan Ukraina telah berlangsung sejak aneksasi Krimea oleh Rusia pada tahun 2014. Konflik ini semakin memanas ketika Rusia mendukung separatis di wilayah timur Ukraina yang ingin memisahkan diri dari pemerintahan pusat di Kiev.
Peran NATO dalam perang Rusia-Ukraina terkait dengan hubungan antara aliansi ini dengan negara-negara Eropa Timur seperti Ukraina, yang memiliki keinginan untuk bergabung dengan NATO. Rusia melihat ekspansi NATO ke wilayah Eropa Timur sebagai ancaman terhadap keamanannya. Rusia merasa terintimidasi dengan adanya tentara NATO dan sistem pertahanan misil di dekat perbatasannya.
Ketika Ukraina mengalami konflik dengan Rusia, mereka berharap NATO akan membantu melindungi kedaulatan dan integritas wilayah mereka. Namun, anggota NATO tidak ingin terlibat langsung dalam konflik ini yang bisa bereskalasi menjadi perang dengan Rusia.
Dengan demikian, masalah NATO menjadi satu dari beberapa faktor yang mempengaruhi perang Rusia-Ukraina, karena ketegangan antara Rusia dan NATO yang meningkatkan ketegangan antara Rusia dan Ukraina.
Separatisme
Separatisme menjadi salah satu faktor penyebab perang antara Rusia dan Ukraina. Konflik ini berawal pada tahun 2014 ketika Rusia menganeksasi Semenanjung Krim dari Ukraina. Namun, akar permasalahan lebih dalam karena adanya gerakan separatis di wilayah timur Ukraina, terutama di Donetsk dan Luhansk.
Gerakan separatis di Ukraina Timur didorong oleh upaya untuk memisahkan diri dari pemerintah pusat di Kiev dan bergabung dengan Rusia atau membentuk negara yang merdeka. Beberapa kelompok separatis bahkan menyatakan diri sebagai Republik Rakyat Donetsk (DNR) dan Republik Rakyat Luhansk (LNR). Mereka mendukung otonomi yang lebih besar atau bahkan memisahkan diri, yang menimbulkan ketegangan dan eskalasi konflik dengan Pemerintah Ukraina.
Rusia, sebagai negara tetangga dan yang identik ideologinya dengan separatis, memberikan dukungan politik dan militer kepada gerakan separatis ini. Adanya intervensi militer Rusia di wilayah Ukraina Timur dengan pemberian senjata, personel, dan dukungan logistik menjadi faktor penting dalam eskalasi perang.
Perang Rusia-Ukraina sebagian besar berpusat di wilayah Donetsk dan Luhansk, di mana pemerintah Ukraina berusaha untuk merebut kembali kendali atas daerah ini. Konflik ini telah berlangsung bertahun-tahun, menelan banyak korban jiwa dan menyebabkan kerusakan yang signifikan pada infrastruktur.
Secara keseluruhan, separatisme menjadi pemicu utama konflik antara Rusia dan Ukraina. Dengan adanya aspirasi otonomi yang lebih besar atau bahkan kemerdekaan di Ukraina Timur, konflik intensif dan perang berkepanjangan antara kedua negara terjadi.
Advertisement
Alasan Putin
Alasan yang menjadikan Presiden Rusia, Vladimir Putin, memulai perang dengan Ukraina sebenarnya memiliki beberapa faktor yang rumit. Pertama-tama, pendudukan Rusia atas Semenanjung Crimea pada tahun 2014 menjadi pemicu utama konflik ini. Putin mengklaim bahwa tindakan ini dilakukan sebagai respons terhadap dugaan ancaman terhadap warga etnis Rusia di wilayah tersebut.
Kemudian, faktor-faktor geopolitik juga berperan penting dalam memicu konflik ini. Ukraina merupakan negara transit bagi pasokan gas alam ke Eropa, dan Rusia memiliki kepentingan strategis dalam menguasai kontrol atas sumber daya energi ini. Selain itu, dominasi Rusia atas Ukraina juga akan memberikan pengaruh yang lebih besar di wilayah Eropa Timur.
Selain itu, persoalan identitas dan nasionalisme juga memainkan peranan utama dalam memperumit konflik ini. Bagi Rusia, Ukraina dianggap sebagai bagian integral dari negara Rusia yang lebih besar, dan kehilangan pengaruh di Ukraina dianggap sebagai penghinaan terhadap kedudukan Rusia sebagai kekuatan utama.
Dalam kesimpulannya, alasan Presiden Rusia, Vladimir Putin, untuk memulai perang dengan Ukraina sangat kompleks dan melibatkan berbagai faktor yang saling terkait. Dari adanya kepentingan geopolitik dan kontrol atas sumber daya energi, hingga persoalan identitas dan nasionalisme, semua elemen ini mempengaruhi keputusan Putin menjalankan tindakan militer di wilayah Ukraina.