Sukses

Hari Tasyrik, Larangan dan Amalan 3 Hari Setelah Idul Adha

Pengertian serta amalan dan larangan saat hari tasyrik.

Liputan6.com, Jakarta Setelah perayaan Idul Adha, umat Islam dihadapkan pada tiga hari spesial yang dikenal sebagai hari tasyrik. Pada hari-hari ini, ada larangan penting yang harus diikuti oleh seluruh umat Islam, yakni larangan untuk berpuasa. Namun, apa sebenarnya yang mendasari larangan ini dan mengapa begitu penting untuk dipatuhi?

Hari tasyrik bukan sekadar hari-hari biasa, melainkan hari-hari penuh keberkahan di mana umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak amalan tertentu. Salah satu amalan yang sangat dianjurkan adalah berdzikir, sebagai bentuk pengingat dan pengagungan kepada Allah. Selain itu, ada satu lagi amalan yang memiliki nilai spiritual tinggi yang kerap dilakukan selama hari-hari tasyrik ini.

Tidak hanya itu, hari tasyrik juga memiliki hubungan erat dengan salah satu ibadah besar yang dilakukan pada Idul Adha. Amalan berkurban, yang puncaknya dilakukan pada hari raya, masih sangat relevan dan bahkan dianjurkan selama hari tasyrik. Apa saja bentuk amalan ini dan bagaimana pelaksanaannya? 

Untuk informasi lebih lengkapnya, berikut ini telah Liputan6.com dari berbagai sumber pengertian serta amalan dan larangan saat hari tasyrik, pada Selasa (4/6/2024).

2 dari 4 halaman

Apa Itu Hari Tasyrik?

Hari Tasyrik adalah tiga hari yang mengikuti Hari Raya Idul Adha, yang dikenal juga sebagai Hari Nahar. Tanggal-tanggal tersebut adalah 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Istilah "Tasyrik" berasal dari praktik tradisional di mana daging-daging kurban dipanaskan di bawah terik matahari untuk diawetkan, atau didendeng. Menurut ahli bahasa dan ahli fikih, inilah yang memberikan nama hari-hari tersebut.

Para ulama sepakat bahwa pada hari-hari Tasyrik, disunnahkan untuk mengumandangkan takbir setelah shalat fardhu. Praktik ini bukan hanya merupakan bagian dari amal shalih, tetapi juga didukung oleh riwayat-riwayat yang menyatakan bahwa beberapa sahabat Nabi Muhammad SAW telah melakukannya.

Dalam mazhab Syafi'i, terdapat dua jenis takbir yang dilakukan selama periode ini: takbir mutlak (takbir mursal) dan takbir muqayyad. Takbir mutlak dimulai sejak terbenamnya matahari pada tanggal 9 Dzulhijjah, yaitu saat maghrib malam Hari Arafah, meskipun ada sebagian ulama Syafi'iyyah yang berpendapat bahwa takbir ini dimulai sejak fajar shidiq pada Hari Arafah. Waktu berakhirnya takbir mutlak adalah sebelum maghrib pada tanggal 13 Dzulhijjah.

Sementara itu, takbir muqayyad dimulai sejak habis maghrib malam Hari Raya Idul Adha dan berlanjut hingga habis ashar pada tanggal 13 Dzulhijjah. Takbir muqayyad dianjurkan untuk dibaca sebelum dzikir rutin yang dilakukan setelah shalat fardhu.

Selain anjuran untuk mengumandangkan takbir, hari Tasyrik juga memiliki makna khusus bagi jamaah haji yang sedang berada di Mina. Pada hari-hari ini, mereka melaksanakan ritual melempar jumrah, yang merupakan salah satu rangkaian ibadah haji. 

3 dari 4 halaman

Larangan Puasa di Hari Tasyrik

Hari Tasyrik memiliki kaitan erat dengan perayaan Idul Adha. Pada hari-hari setelah Idul Adha, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah, umat Islam dilarang berpuasa. Larangan ini memiliki dasar yang kuat dalam hadits Nabi Muhammad SAW. Dalam salah satu hadits, Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ قَالَا لَمْ يُرَخَّصْ فِي أَيَّامِ التَّشْرِيقِ أَنْ يُصَمْنَ إِلَّا لِمَنْ لَمْ يَجِدْ الْهَدْيَ

Artinya: "Dari Ibnu 'Umar radhiyallahu anhuma, keduanya berkata: 'Tidak diperkenankan untuk berpuasa pada hari Tasyrik kecuali bagi siapa yang tidak mendapatkan hewan qurban ketika menunaikan haji.'" (HR Bukhari).

Hadits ini menegaskan bahwa hari Tasyrik bukanlah hari untuk berpuasa kecuali dalam kondisi khusus bagi mereka yang tidak mampu melakukan kurban saat haji. Larangan ini menunjukkan betapa pentingnya hari-hari Tasyrik sebagai waktu untuk menikmati makanan, terutama daging kurban yang telah dipersembahkan.

Umat Islam sangat dianjurkan untuk menikmati hidangan daging kurban selama hari Tasyrik. Hal ini juga ditekankan dalam hadits lain di mana Rasulullah SAW menyebutkan bahwa hari Tasyrik adalah hari-hari untuk makan dan minum. Rasulullah bersabda:

عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ يَوْمَ عَرَفَةَ وَيَوْمَ النَّحْرِ وَأَيَّامَ التَّشْرِيقِ عِيدُنَا أَهْلَ الْإِسْلَامِ وَهِيَ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ

Artinya: "Dari Uqbah bin Amir, Rasulullah SAW bersabda: 'Hari Arafah, hari Idul Adha, dan hari Tasyrik adalah hari raya kita pemeluk agama Islam, serta merupakan hari-hari untuk makan dan minum.'" (HR An-Nasa'i).

Hadits ini menggarisbawahi bahwa hari Tasyrik, bersama dengan hari Arafah dan Idul Adha, adalah hari raya bagi umat Islam. Pada hari-hari tersebut, umat Islam dianjurkan untuk menikmati makanan dan minuman sebagai bagian dari perayaan dan syukur kepada Allah SWT. Dengan demikian, larangan berpuasa pada hari Tasyrik adalah untuk memastikan bahwa umat Islam dapat sepenuhnya merasakan nikmat dan keberkahan yang diberikan selama hari-hari istimewa ini.

4 dari 4 halaman

Amalan-Amalan Hari Tasyrik

Hari Tasyrik merupakan tiga hari setelah Hari Raya Idul Adha, yakni tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Pada hari-hari tersebut, umat Islam dianjurkan untuk melakukan berbagai amalan kebaikan dan dilarang berpuasa. Berikut adalah beberapa amalan yang dapat dilakukan selama hari Tasyrik:

1. Menyembelih Hewan Kurban

Salah satu amalan utama yang dianjurkan pada hari Tasyrik adalah menyembelih hewan kurban. Amalan ini sunnah dilakukan terutama bagi umat Islam yang mampu secara finansial. Dengan berkurban, umat Islam dapat berbagi kenikmatan kepada orang-orang di sekitarnya dalam bentuk hidangan istimewa dari hewan sembelihan. Beberapa ketentuan dalam memilih hewan kurban meliputi memastikan hewan tersebut berkualitas baik, berisi, tidak sakit, tidak cacat, dan cukup umur.

2. Menikmati Hidangan Makan dan Minum

Pada hari Tasyrik, umat Islam diwajibkan untuk menikmati makanan dan minuman sebagai bentuk syukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda:

“إِنَّ أَيَّامَ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ وَذِكْرِ اللَّهِ”

Artinya: "Hari-hari Tasyrik adalah hari menikmati makanan dan minuman." (HR. Muslim, Ahmad, Abu Daud, Nasa’i)

Karena hari Tasyrik adalah hari makan dan minum, umat Islam dilarang berpuasa. Dari riwayat Abu Hurairah RA, disebutkan bahwa Rasulullah mengutus Abdullah bin Hudzaifah untuk mengelilingi Kota Mina dan menyampaikan, “Janganlah kamu berpuasa pada hari ini (Tasyrik) karena ia merupakan hari makan, minum, dan berdzikir pada Allah.”

3. Hari Utama Berdzikir dan Bertakbir

Pada hari-hari Tasyrik, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak dzikir dan takbir. Dalil keutamaan bertakbir pada hari raya hingga tiga hari Tasyrik bersumber dari Al-Quran dan Hadits Nabi Muhammad SAW. Dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman:

"وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ"

Artinya: "Dan berdzikirlah dengan menyebut nama Allah pada hari-hari yang berbilang." (QS. Al-Baqarah: 203)

Ibnu Abbas menjelaskan bahwa hari-hari yang berbilang ini adalah hari-hari Tasyrik. Dalam tradisi Islam, dzikir dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja. Pada hari Tasyrik, dzikir dilantunkan saat takbiran, membaca tasmiyah (Bismillah), dan takbir saat memotong hewan kurban. Rasulullah SAW bersabda:

"يَوْمُ عَرَفَةَ وَيَوْمُ النَّحْرِ وَأَيَّامُ التَّشْرِيقِ عِيدُنَا أَهْلَ الْإِسْلَامِ وَهِيَ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ"

Artinya: "Hari Arafah, hari Idul Adha, dan hari Tasyrik adalah hari raya kita pemeluk agama Islam, serta merupakan hari-hari untuk makan dan minum." (HR. An-Nasa'i)

4. Membaca Doa Terutama Doa Sapu Jagat

Doa merupakan amalan penting yang dianjurkan pada hari Tasyrik. Salah satu doa yang banyak dipanjatkan oleh Nabi Muhammad SAW pada hari Tasyrik adalah doa Sapu Jagat, yang berbunyi:

"رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ"

Artinya: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka." (QS. Al-Baqarah: 201)

Dalam sebuah hadits, Imam Syafii meriwayatkan dari Abdullah ibnus Saib bahwa Rasulullah SAW sering mengucapkan doa tersebut di antara rukun Bani Jumah dan rukun Aswad:

"Wahai Tuhan kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka."

Dengan memperbanyak doa pada hari Tasyrik, setiap permohonan dan permintaan ampun yang diajukan kepada Allah SWT akan lebih mudah dikabulkan. Amalan-amalan ini tidak hanya meningkatkan keimanan dan ketakwaan umat Islam, tetapi juga mendekatkan mereka kepada Allah SWT.

Hari Tasyrik memberikan kesempatan bagi umat Islam untuk tidak hanya menikmati berbagai sajian dari daging kurban tetapi juga memperbanyak dzikir, doa, dan amal shalih lainnya. Dengan demikian, hari Tasyrik menjadi momen penting untuk memperkuat hubungan spiritual dengan Allah SWT serta meningkatkan rasa syukur dan keikhlasan dalam beribadah.