Sukses

Mistik, Fenomena Diluar Penjelasan Rasional dan Logis

Pengertian mistik, beserta dengan ajaran dan sumbernya.

Liputan6.com, Jakarta Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mistis adalah kata sifat dari mistik yang merujuk pada 'hal gaib yang tidak terjangkau dengan akal manusia yang biasa'. Manusia, yang telah diberi anugerah berupa akal budi, sering kali merasa penasaran dengan hal-hal yang tidak dapat dijelaskan oleh logika. Ketertarikan ini membuat fenomena mistik menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan, terutama di Indonesia di mana tradisi mistik telah mengakar kuat.

Di berbagai daerah di Indonesia, mistik memiliki bentuk dan sebutan yang berbeda-beda. Meski istilahnya mungkin bervariasi, esensinya tetap sama: sebuah upaya untuk memahami dan menjelaskan hal-hal gaib yang tidak dapat diterangkan dengan akal biasa.

Tradisi mistik ini telah menjadi bagian dari budaya lokal, memperkaya warisan spiritual dan kepercayaan masyarakat setempat. Fenomena ini menunjukkan betapa dalamnya rasa ingin tahu manusia terhadap hal-hal yang berada di luar jangkauan penjelasan rasional dan logis.

Apakah fenomena mistik benar-benar nyata atau hanya produk dari imajinasi manusia? Pertanyaan ini terus menjadi perdebatan yang menarik. 

Untuk lebih memahami apa itu mistik, berikut ini telah Liputan6.com rangkum pengertian mistik, beserta dengan ajaran dan sumbernya, pada Jumat (7/6).

2 dari 5 halaman

Apa Itu Mistik?

Mistik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah hal-hal gaib yang tidak dapat dijangkau oleh akal manusia, tetapi keberadaannya nyata. Ini mencakup fenomena yang tidak dapat dijelaskan melalui penalaran atau logika biasa namun tetap diakui keberadaannya dalam berbagai budaya dan kepercayaan.

Dalam bidang antropologi atau sosiologi, mistik dipandang sebagai bagian integral dari hampir semua sistem religi. Mistik di sini berfungsi sebagai subsistem yang memenuhi kebutuhan manusia untuk merasakan dan mengalami kesatuan dengan Tuhan atau kekuatan ilahi. Dengan kata lain, mistik membantu individu dalam mencapai pengalaman spiritual yang mendalam, yang melampaui batas-batas rasionalitas dan pemahaman duniawi.

Istilah mistik sendiri berasal dari bahasa Belanda, "mystiek," yang merujuk pada sebuah pemahaman atau ajaran yang bersifat sangat mistis. Ajaran mistik sering kali berbentuk rahasia, tersembunyi, gelap, atau terselubung dalam kekelaman, sehingga hanya dapat dikenal, diketahui, atau dipahami oleh orang-orang tertentu, khususnya para penganutnya.

Kata "mistik" memiliki akar dari bahasa Yunani, yaitu "mystikos." Dalam bahasa Yunani, "mystikos" berarti rahasia (geheim), serba rahasia (geheimzinnig), tersembunyi (verborgen), gelap (donker), atau terselubung dalam kekelaman (in het duister gehuld). Konotasi ini menunjukkan bahwa mistik melibatkan pengetahuan atau pengalaman yang tidak dapat diakses oleh semua orang, melainkan hanya oleh mereka yang memiliki pemahaman khusus atau yang telah melalui proses inisiasi tertentu.

Secara keseluruhan, mistik menggambarkan dimensi spiritual yang melampaui penjelasan rasional dan logis, menawarkan cara bagi individu untuk mengalami hubungan yang lebih dekat dan mendalam dengan entitas ilahi atau kekuatan gaib. Fenomena ini ada dalam berbagai bentuk dan ajaran di banyak tradisi keagamaan dan kebudayaan di seluruh dunia.

 
3 dari 5 halaman

Alasan Menganut Paham Mistik

Ada beberapa alasan mengapa orang memilih untuk menganut paham mistik, dan alasan-alasan ini sering kali terkait dengan ketidakpuasan atau kekecewaan mereka terhadap kehidupan beragama atau kehidupan modern. Berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai penyebab orang menganut paham mistik:

1. Kurang Puas yang Berlebihan

Bagi sebagian orang yang hidup beragama secara bersungguh-sungguh, ada perasaan kurang puas dengan cara mereka menghamba kepada Tuhan menurut ajaran agama yang ada. Meskipun mereka menjalankan ibadah dan mengikuti ritual agama dengan tekun, mereka merasa bahwa ada sesuatu yang kurang dalam pengalaman spiritual mereka.

Mereka mencari sesuatu yang lebih dalam dan lebih memuaskan, yang sering kali tidak dapat ditemukan dalam ajaran agama yang mereka anut. Pencarian ini membawa mereka kepada ajaran mistik, yang menawarkan pengalaman spiritual yang lebih mendalam dan lebih personal.

2. Rasa Kecewa yang Berlebihan

Bagi mereka yang hidupnya kurang bersungguh-sungguh dalam beragama atau bagi mereka yang tidak beragama sama sekali, ada rasa kecewa yang mendalam terhadap hasil usaha umat manusia di bidang sains dan teknologi. Awalnya, mereka mungkin mengandalkan dan mengagungkan kemajuan di bidang ini, dengan harapan bahwa sains dan teknologi akan mendatangkan ketertiban, ketentraman, dan kebahagiaan hidup.

Namun, kenyataannya sering kali sebaliknya. Alih-alih membawa kedamaian, kemajuan teknologi kadang-kadang justru membawa kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakbahagiaan. Kekecewaan ini membuat mereka 'lari' dari kehidupan modern menuju kehidupan yang serba subyektif, abstrak, dan spekulatif sesuai dengan kedudukan sosial mereka.

3. Upaya Merasionalkan Ajaran Mistik

Di antara mereka yang menganut paham mistik, masih ada yang berusaha merasionalkan ajaran mistik yang mereka anut. Mereka mencoba mencari penjelasan rasional dan logis untuk ajaran-ajaran mistik, meskipun ajaran tersebut sering kali bersifat abstrak dan spekulatif. Mereka berusaha memahami dan menjelaskan ajaran mistik dalam konteks dunia modern, meskipun ini sering kali menjadi tantangan besar.

4. Pemisahan dari Kemajuan Zaman

Ada pula yang tegas-tegas melepaskan diri dari tuntutan kemajuan zaman ini. Mereka memilih untuk sepenuhnya mengikuti ajaran mistik dan menolak kemajuan teknologi dan sains yang mereka anggap tidak membawa manfaat bagi kehidupan mereka. Kendati demikian, paham mistik dapat menanam standar etika dan moral dalam tatanan peradaban. Meskipun sering disampaikan melalui perumpamaan, ajaran mistik mengandung nilai-nilai yang dapat direnungkan dan masih relevan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

4 dari 5 halaman

Ajaran dan Sumbernya

Selain bersifat mistis, ajaran mistik juga sangat subyektif dan tidak objektif. Tidak ada pedoman dasar yang universal dan otentik dalam ajaran mistik. Sumber dari ajaran ini biasanya berasal dari pribadi tokoh utamanya, sehingga pemahaman tentang mistik dapat berbeda satu sama lain meskipun membahas hal yang sama. Oleh karena itu, pembahasan dan pengalaman ajaran mistik tidak mungkin dikendalikan atau dikontrol secara objektif.

Para tokoh mistik sering kali sangat dimuliakan, diagungkan, bahkan dijadikan seperti dewa (dimitoskan atau dikultuskan) oleh para pengikutnya. Mereka dianggap memiliki keistimewaan pribadi yang disebut kharisma. Anggapan ini bisa muncul karena beberapa alasan, seperti:

  1. Pernah melakukan kegiatan yang luar biasa atau istimewa.
  2. Pernah mengatasi kesulitan, penderitaan, bencana, atau bahaya yang mengancam dirinya maupun masyarakat umum.
  3. Masih memiliki hubungan darah, bekas murid, atau kawan dengan seseorang yang memiliki kharisma.
  4. Pernah meramalkan dengan tepat suatu kejadian besar atau penting.

Bagaimana tokoh mistik menerima ajaran atau pemahaman tentang mistik biasanya melalui pengalaman batin, seperti pengasingan diri, bertapa, bersemedi, bermeditasi, atau mengheningkan cipta. Bentuk pengalaman ini bisa berupa ekstase, vision, inspirasi, dan lain-lain. Oleh karena itu, ajaran mistik diperoleh melalui pengalaman pribadi sang tokoh dan penerimaannya tidak mungkin dibuktikan kepada orang lain.

Dengan demikian, penerimaan ajaran mistik hampir-hampir hanya didasarkan pada kepercayaan, bukan pemikiran rasional. Inilah mengapa ajaran mistik sering disebut sebagai paham, ajaran kepercayaan, atau aliran kepercayaan (geloofsleer).

Karena ajaran mistik tidak mungkin dikendalikan dalam arti semestinya, maka paham mistik mudah memunculkan cabang-cabang baru atau aliran-aliran baru sesuai dengan penafsiran masing-masing tokohnya. Sebaliknya, paham mistik juga mudah mengalami penggabungan atau percampuran dengan ajaran-ajaran lain yang sudah ada sebelumnya.

 

 

5 dari 5 halaman

Abstrak dan Spekulatif

Materi ajaran mistik sangat abstrak, artinya tidak konkret. Misalnya, mengenai Tuhan (paham mistik ketuhanan), keruhanian atau kejiwaan, dan alam di balik alam dunia (paham mistik non-keagamaan). Oleh karena itu, pembicaraan tentang ajaran mistik sering kali bersifat spekulatif, yaitu penuh dengan dugaan, pencarian, dan kemungkinan-kemungkinan yang tidak komputatif. Pembicaraannya sering kali berpanjang-panjang dan berlebihan, melebihi kewajaran atau pengetahuan dan pengertian yang dimiliki sendiri.

Di kalangan penganut paham mistik, tidak ada pembahasan disiplin mengenai ajaran seperti yang berlaku dalam diskusi ilmiah atau munaqasyah. Oleh karena itu, ajaran mistik cenderung bersifat fleksibel dan terbuka terhadap interpretasi yang berbeda-beda.

Karena sifatnya yang serba mistik, paham mistik atau kelompok penganut paham mistik tidak terlalu sulit digunakan oleh orang-orang dengan tujuan tertentu yang perlu dirahasiakan karena bertentangan dengan opini umum atau hukum yang berlaku, sehingga sering menjadi tempat sembunyi yang aman bagi mereka.

Secara keseluruhan, ajaran mistik mengandung elemen-elemen yang sulit dipahami dan diukur secara rasional. Sifatnya yang subyektif, abstrak, dan spekulatif menjadikannya menarik bagi sebagian orang yang mencari pengalaman spiritual yang mendalam dan berbeda dari norma-norma keagamaan dan sosial yang umum.

Â