Sukses

Puasa Idul Adha Hukumnya Sunnah, Simak Bacaan Niat dan Keutamaannya

Puasa Idul Adha hukumnya sunnah muakkad, yang artinya sangat dianjurkan untuk dilakukan.

Liputan6.com, Jakarta Puasa Idul Adha juga dikenal sebagai puasa sunnah pada hari ke-9 bulan Dzulhijjah, adalah salah satu tradisi yang dilakukan oleh umat Islam di seluruh dunia. Puasa ini memiliki persiapan dan keutamaan yang luar biasa bagi para penganutnya.

Sebelum menjalani puasa Idul Adha, ada beberapa persiapan yang perlu dilakukan. Pertama, umat Islam harus mengambil keputusan untuk berpuasa pada hari tersebut. Kemudian, mereka perlu mempersiapkan fisik dan mental untuk menjalani puasa selama satu hari penuh. Selain itu, penting bagi mereka untuk memahami tujuan dan hikmah di balik puasa Idul Adha.

Puasa Idul Adha memiliki keutamaan yang luar biasa. Selain mendapatkan pahala besar, puasa ini juga membantu umat Islam untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Lebih dari itu, puasa Idul Adha juga memberikan kesempatan bagi umat Islam, untuk merasakan kelapangan hidup yang biasanya tidak mereka rasakan sehari-hari.

Berikut ini keutamaan puasa Idul Adha yang Liputan6.com rangkum darii berbagai sumber, Rabu (12/6/2024). 

2 dari 4 halaman

Mengenal Apa Itu Puasa Idul Adha

Seperti yang dicatat oleh Ibnu Abbas, 10 hari sebelum Idul Adha memiliki makna bersejarah dalam ajaran Islam. Pada hari pertama bulan Dzulhijjah, terjadi peristiwa di mana Nabi Adam dimaafkan oleh Allah SWT atas kesalahannya memakan buah khuldi. Hari kedua Dzulhijjah dikenal sebagai hari penyelamatan Nabi Yunus oleh ikan Nun. Hari ketiga bulan Dzulhijjah adalah waktu di mana doa Nabi Zakaria untuk memiliki keturunan, yaitu Yahya dikabulkan oleh Allah. Hari keempat menandai kelahiran Nabi Isa, sementara hari kelima adalah hari kelahiran Nabi Musa. Pada hari keenam, terjadi kemenangan para Nabi dalam perjuangan mereka untuk menegakkan Islam. Akhirnya, pada hari ketujuh bulan Dzulhijjah pintu neraka ditutup.

Puasa pada hari-hari menjelang Idul Adha hukumnya sunnah muakkad yang artinya sangat dianjurkan untuk dilakukan. Bagi jamaah haji, puasa ini menjadi wajib karena merupakan bagian dari rangkaian ibadah haji. Sementara itu, bagi yang sedang sakit atau dalam perjalanan (musafir), mereka diperbolehkan untuk tidak berpuasa, namun diwajibkan untuk menggantinya di lain waktu. Hal yang sama berlaku bagi wanita hamil dan menyusui.

Puasa Idul Adha pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah juga sangat dianjurkan dalam Islam. Niat puasa Idul Adha merupakan awal bagi kita, meluruskan tujuan untuk beribadah. Amalan di bulan Dzulhijjah, salah satunya adalah puasa sunnah pada sepuluh hari pertama, sangat dicintai Allah dan membawa banyak keberkahan bagi yang menjalankannya.

Dalam hadits riwayat Ibnu Abbas, Nabi Muhammad SAW bersabda, “‘Tidak ada hari yang amal sholeh, lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari yang sepuluh ini (10 hari pertama bulan Dzulhijjah).’

Sesungguhnya berpuasa satu hari di dalamnya membandingi berpuasa satu tahun. Melakukan Sholat malam di dalamnya membandingi sholat malam pada malam Lailatul Qadar.

Salah seorang sahabat bertanya ‘Apakah lebih baik daripada jihad fii sabiilillaah?’

Beliau bersabda, ‘Iya. Lebih baik daripada jihad fii sabiilillaah, kecuali seseorang yang keluar berjihad dengan harta dan jiwa raganya kemudian dia tidak pernah kembali lagi (mati syahid)’”. Diriwayatkan oleh Imam At Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah.

3 dari 4 halaman

Bacaan Niat Puasa Idul Adha

1. Niat Puasa Sunnah Arafah

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ يَوْمِ عَرَفَةَ لِلهِ تَعَالَى

“Nawaitu shauma ghadin ‘an adaa i sunnati Arofah lillaahi ta’aala”

Artinya: “Aku niat puasa sunnah Arafah besok hari karena Allah SWT.”

Namun, apabila niat puasa sunnah Arafah dibaca pada siang hari, maka bacaan niatnya sebagai berikut:

نَوَيْتُ صَوْمَ عَرَفَةَ سُنَّةً لِلهِ تَعَالَىنَوَيْتُ صَوْمَ هَذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ عَرَفَةَ لِلهِ تَعَالَى

“Nawaitu shauma hadzal yaumi ‘an ada’i sunnati Arafah lillahi ta‘aala”

Artinya, “Aku berniat puasa sunnah Arafah hari ini karena Allah SWT.”

2. Niat Puasa Sunnah Tarwiyah

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ يَوْمِ التَّرْوِيَةِ لِلهِ تَعَالَى

“Nawaitu shauma ghadin ‘an adaai sunnati yaumit Tarwiyyati lillaahi ta’aala”

Artinya: “Aku niat puasa sunnah Tarwiyah besok hari karena Allah SWT.”

Apabila niat puasa sunnah Tarwiyah dibaca pada siang hari, maka bacaan niatnya sebagai berikut:

نَوَيْتُ صَوْمَ هٰذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ تَرْوِيَةَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى

“Nawaitu shauma haadzal yaumi ‘an adaa’i Tarwiyata sunnatan lillahi ta’aala”

Artinya, “Saya niat puasa sunah Tarwiyah hari ini karena Allah ta’ala.”

4 dari 4 halaman

Keutamaan Puasa Sunnah Idul Adha

1. Menghapus Dosa 2 Tahun

Keutamaan pertama dari puasa sunnah Idul Adha adalah kemampuannya untuk menghapus dosa selama dua tahun. Dosa yang dihapuskan mencakup satu tahun sebelumnya dan satu tahun sesudah dilaksanakannya puasa Arafah. Dalam menjalankan puasa Arafah, seorang Muslim mendapatkan kesempatan luar biasa untuk memperoleh pengampunan atas dosa-dosa yang telah dilakukan selama setahun yang lalu serta dosa-dosa yang akan datang selama setahun berikutnya. Ini adalah anugerah besar dari Allah SWT yang menunjukkan betapa rahmat dan pengampunan-Nya sangat luas bagi hamba-hamba-Nya yang berusaha mendekatkan diri kepada-Nya. Puasa Arafah memberikan kita peluang untuk meraih kebersihan spiritual dan pembaruan diri dengan menghapus dosa-dosa kita.

Sesuai dengan hadist Nabi Muhammad SAW yang berbunyi:

 صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِيْ قَبْلَهُ

Artinya: “Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyura (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR Muslim).

2. Pahala Dilipatgandakan

Keutamaan kedua dari puasa sunnah di bulan Dzulhijjah adalah pelipatgandaan pahala bagi mereka yang melaksanakan puasa sunnah dari tanggal 1 hingga 9 Dzulhijjah. Allah SWT memberikan ganjaran yang berlipatganda untuk setiap amalan baik yang dilakukan selama hari-hari tersebut. Ini termasuk pahala dari puasa serta pahala dari setiap kegiatan yang bernilai ibadah seperti dzikir, doa, sedekah, dan amal-amal lainnya. Bulan Dzulhijjah merupakan waktu yang penuh dengan berkah di mana setiap perbuatan baik akan mendapatkan ganjaran yang jauh lebih besar dibandingkan dengan hari-hari biasa. Oleh karena itu, umat Islam sangat dianjurkan untuk memperbanyak amal kebaikan dan memaksimalkan ibadah mereka selama hari-hari istimewa ini untuk meraih pahala yang melimpah dari Allah.

Berikut hadits Nabi Muhammad SAW sebagai berikut:

 مَا مِنْ أَيَّامٍ أَحَبَّ إِلَى اللّٰهِ أَنْ يُتَعَبَّدَ لَهُ فِيْهَا مِنْ عَشْرِ ذِي الْحِجَّةِ يَعْدِلُ صِيَامُ كُلِّ يَوْمٍ مِنْهَا بِصِيَامِ سَنَةٍ وَقِيَامُ كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْهَا بِقِيَامِ لَيْ الْقَدْرِ

Artinya: “Tidak ada hari-hari yang lebih Allah sukai untuk beribadah selain sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, satu hari berpuasa di dalamnya setara dengan satu tahun berpuasa, satu malam mendirikan shalat malam setara dengan shalat pada malam Lailatul Qadar.” (HR At-Tirmidzi).

3. Bebas dari Api Neraka

Keutamaan ketiga dari puasa Arafah adalah dibebaskannya dari api neraka. Salah satu keistimewaan dari puasa Arafah yang sangat penting adalah jaminan dari Allah untuk menjauhkan pelaksananya dari siksa neraka. Rasulullah SAW bersabda bahwa puasa Arafah memiliki keutamaan besar yang dapat membebaskan seorang Muslim dari api neraka, menjadikannya sebagai salah satu amalan yang sangat dianjurkan. Bagi mereka yang tidak memiliki halangan, sangat disarankan untuk melaksanakan puasa sunnah ini di bulan Dzulhijjah. Melalui puasa Arafah, umat Islam mendapatkan perlindungan dari Allah dan jaminan keselamatan dari azab yang pedih.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW berikut ini:

 مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ، وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِى بِهِمُ الْمَلاَئِكَةَ فَيَقُولُ: مَا أَرَادَ هَؤُلاَءِ

Artinya: “Tidak ada hari dimana Allah membebaskan hamba dari neraka lebih banyak daripada Hari Arafah, dan sungguh Dia mendekat lalu membanggakan mereka di depan para Malaikat dan berkata: ‘Apa yang mereka inginkan?” (HR Muslim).