Liputan6.com, Jakarta - Memahami niat puasa qadha Ramadhan sangat penting bagi umat Muslim yang belum menyelesaikan puasa Ramadhan mereka. Ibadah puasa tidak sah tanpa niat yang jelas, sesuai dengan pendapat para ulama seperti Malik, Abu Hanifah, dan Asy-Syafi’i.
Baca Juga
Advertisement
Dalam hal ini, niat puasa qadha Ramadhan berbunyi: "Nawaitu shauma ghadin 'an qadha-i fardhi ramadhaana lillaahi ta'aalaa," yang berarti "Saya niat berpuasa untuk mengganti puasa Ramadhan karena Allah Ta'ala."
Mengetahui mana yang lebih utama antara puasa qadha Ramadhan dan puasa Dzulhijjah juga penting. Berdasarkan pandangan para ulama dan pendakwah seperti Buya Yahya, puasa qadha Ramadhan harus diutamakan karena hukumnya wajib.
Di sisi lain, puasa Dzulhijjah merupakan ibadah sunnah yang sangat dianjurkan, terutama pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah.
Pemahaman ini membantu umat Muslim dalam mengatur prioritas ibadah mereka. Mendahulukan puasa qadha Ramadhan menunjukkan ketaatan pada kewajiban yang ditetapkan Allah SWT. Setelah kewajiban ini ditunaikan, puasa sunnah seperti puasa Dzulhijjah dapat dilaksanakan untuk meraih keutamaan tambahan.
Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang niat puasa qadha Ramadhan dan lebih utama mana dengan puasa Dzulhijjah, Kamis (13/6/2024).
Niat Puasa Qadha Ramadhan
Memahami niat qadha puasa Ramadhan merupakan bagian penting dari pelaksanaan ibadah ini. Menurut buku Fikih Jumhur oleh Muhammad Naim Muhammad Hani Sa’i, madzab jamahir ulama seperti Malik, Abu Hanifah, dan Asy-Syafi’i menegaskan bahwa ibadah puasa tidak sah tanpa niat.
Niat menjadi dasar dari setiap ibadah dalam Islam, termasuk puasa qadha yang dilakukan untuk mengganti puasa Ramadhan yang terlewatkan. Memahami dan mengucapkan niat dengan benar memastikan bahwa ibadah yang dilakukan diterima oleh Allah SWT.
Makna niat qadha puasa Ramadhan adalah menyadari dan menetapkan dalam hati bahwa kita berpuasa untuk mengganti puasa Ramadhan yang telah terlewatkan. Ini menunjukkan keseriusan dan kepatuhan kita terhadap kewajiban yang telah Allah perintahkan.
Dalam buku Siapa Berpuasa Dimudahkan Urusannya oleh Khalifa Zain Nasrullah, disebutkan bahwa niat harus dilafalkan sebelum fajar menyingsing. Hal ini untuk memastikan bahwa niat murni dan tulus semata-mata karena Allah SWT.
Berikut adalah teks niat qadha puasa Ramadhan dalam bahasa Arab, latin, dan artinya yang diambil dari buku Dahsyatnya Puasa Sunah oleh H Amirulloh Syarbini dkk dan Koleksi Doa & Dzikir Sepanjang Masa oleh Ustadz Ali Amrin Al-Qurawy:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ رَمَضَانَ لِلَّهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin 'an qadha-i fardhi ramadhaana lillaahi ta'aalaa
Artinya: "Saya niat berpuasa untuk mengganti puasa Ramadhan karena Allah Ta'ala."
Keutamaan qadha puasa Ramadhan sangat besar dalam Islam. Dalam buku Kitab Terlengkap Bersuci, Shalat, Puasa, Shalawat, Surat-Surat Pendek, Hadits Qudsi dan Hadits Arba’in Pilihan, serta Dzikir dan Doa oleh Rusdianto, disebutkan bahwa mereka yang wajib mengqadha puasa termasuk musafir, orang sakit, wanita haid dan nifas, mereka yang muntah disengaja, dan yang makan dan minum secara sengaja.
Mengqadha puasa menunjukkan ketaatan dan ketundukan kepada perintah Allah SWT serta upaya untuk menebus kekurangan dalam ibadah selama bulan Ramadhan.
Advertisement
Lebih Utama Puasa Qadha Ramadhan atau Dzulhijjah?
Menentukan prioritas antara puasa qadha Ramadhan atau puasa Dzulhijjah menjadi pertanyaan penting bagi umat Muslim. Mengutip buku Bekal Ilmu di Awal Dzulhijjah oleh Abu Abdil A'la Hari Ahadi (2022), 10 hari pertama Dzulhijjah merupakan waktu yang sangat baik untuk melakukan berbagai amal ibadah, termasuk puasa sunnah.
Namun, Buya Yahya dalam kajian di Channel Youtube Al-Bahjah TV menegaskan bahwa membayar utang puasa (qadha Ramadhan) hendaknya diutamakan dibandingkan melaksanakan puasa sunnah. Puasa qadha Ramadhan memiliki hukum wajib yang harus didahulukan.
Hukum asal puasa qadha Ramadhan adalah wajib bagi setiap Muslim yang tidak menyelesaikan puasanya di bulan Ramadhan karena berbagai alasan seperti sakit, haid, nifas, atau bepergian jauh. Mengacu pada buku Panduan Terlengkap Ibadah Muslim Sehari-hari oleh KH. Muhammad Habibillah, umat Muslim yang meninggalkan puasa Ramadhan wajib menggantinya di hari lain.
Sedangkan puasa Dzulhijjah, yang ditekankan dalam buku Cinta Shaum, Zakat, dan Haji oleh Miftahul Achyar Kertamuda, adalah puasa sunnah yang dilakukan sebanyak 9 hari pertama di bulan Dzulhijjah. Meskipun memiliki nilai ibadah yang tinggi, puasa ini tidak wajib.
Penting untuk memahami bahwa mendahulukan puasa qadha Ramadhan adalah bentuk ketaatan terhadap kewajiban yang diperintahkan oleh Allah SWT. Buya Yahya menegaskan bahwa membayar utang puasa lebih baik karena hukumnya wajib dan pahalanya lebih besar.
Memahami perbedaan antara puasa qadha Ramadhan dan puasa Dzulhijjah membantu umat Muslim untuk mengatur prioritas ibadah mereka. Puasa qadha yang merupakan kewajiban harus didahulukan sebelum melakukan puasa sunnah, termasuk puasa Dzulhijjah.
Menurut hadis yang diriwayatkan oleh Tarmidzi, berpuasa pada 10 hari pertama Dzulhijjah sangat dianjurkan karena nilai pahalanya yang tinggi. Namun, ini tidak menghilangkan kewajiban untuk menyelesaikan puasa Ramadhan yang terlewat.
“Tidak ada hari-hari yang lebih disukai Allah untuk dipakai beribadah lebih dari sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah. Berpuasa pada siang harinya sama dengan berpuasa selama satu tahun dan shalat pada malam harinya sama nilainya dengan mengerjakan shalat pada malam lailatul qadar.” (HR. Tarmidzi)
Mengetahui prioritas dalam melaksanakan puasa membantu umat Muslim untuk menjalankan ibadahnya dengan benar dan mendapatkan pahala yang maksimal. Menurut para ulama dan sumber-sumber yang disebutkan, mendahulukan puasa qadha Ramadhan merupakan langkah yang tepat karena memenuhi kewajiban yang diperintahkan oleh Allah SWT. Setelah menyelesaikan puasa qadha, barulah seseorang dapat melaksanakan puasa sunnah seperti puasa Dzulhijjah untuk mendapatkan keutamaan dan keberkahan tambahan.