Liputan6.com, Jakarta Idul Adha merupakan salah satu hari raya besar yang dirayakan oleh umat Muslim di seluruh dunia. Hari yang jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah ini memiliki makna yang sangat penting bagi umat Muslim. Idul Adha merupakan hari yang ditetapkan untuk mengenang nabi Ibrahim yang bersedia mengorbankan anaknya, Ismail, untuk taat kepada Allah.
Agar dapat merayakan Idul Adha dengan benar, umat Muslim disunnah untuk melaksanakan Shalat Idul Adha. Shalat ini dilaksanakan secara berjamaah di masjid atau lapangan terbuka. Setelah melaksanakan Shalat Idul Adha, biasanya dilanjutkan dengan mendengarkan khutbah khutbah Idul Adha yang disampaikan oleh imam atau khatib.
Khutbah Idul Adha biasanya mengangkat tema-tema tentang ketaatan kepada Allah, pengorbanan, dan pentingnya berkurban. Khatib akan menekankan pentingnya mengikuti jejak nabi Ibrahim yang bersedia mengorbankan yang terbaik bagi Allah. Khutbah tersebut juga menjadi momen untuk mengingatkan umat muslim tentang akhlak yang sepatutnya dimiliki saat menjalani kehidupan sehari-hari.
Advertisement
Berikut adalah 6 contoh materi khutbah Idul Adha 2024 sesuai sunnah yang singkat, padat, dan mengharukan, seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis (13/6/2024).
Khutbah Idul Adha Qurban dan Perwujudan Kesalehan Sosial
Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah SWT…
Puji syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang segala rahmat dan nikmat-Nya senantiasa dilimpahkan kepada kita. Kita diberi umur panjang sampai pada bulan terakhir tahun 1443 H ini. Sehingga pada pagi hari ini tanggal 10 Żulhijjah kita dapat merayakan Idul Adha dengan tenang dan khidmat dan melaksanakan shalat ’Id dengan khusu,’ semoga amal ibadah kita diterima oleh Allah SWT, amin.
Salah satu dari bulan-bulan yang dimuliakan Allah adalah bulan Żulhijjah yang berarti "bulan yang di dalamnya terdapat pelaksanaan ibadah Haji" atau dalam bahasa kita sering disebut dengan "bulan Besar" karena di dalam bulan ini terdapat peristiwa besar. Kebesaran peristiwa itu ditandai dengan berkumpulnya jutaan umat Islam dari seluruh penjuru dunia di padang Arafah untuk melakukan wukuf, sebagai bagian dari rangkaian ibadah Haji. Para hujjāj (orang yang berhaji) berkumpul dalam "Muktamar/Kongres Akbar" untuk mendekatkan diri kepada Allah dalam menyempurnakan Rukun Islam.
Bagi kita yang tidak melaksanakan Haji disunahkan berpuasa. Karena puasa sunnah yang kita laksanakan itu dapat menghapus dosa-dosa kita satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang. Tidak hanya ibadah puasa yang sangat dianjurkan, bahkan ibadah apapun sangat dianjurkan dilaksanakan pada 10 hari pertama di bulan Żulhijjah ini misalnya sedekah, shalat, dan lain-lain sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
"Tidak ada perbuatan yang lebih disukai oleh Allah, daripada perbuatan baik yang dilakukan pada sepuluh hari pertama di bulan Zulhijjah." Para sahabat bertanya: "Ya Rasulullah, walaupun jihad di jalan Allah?" Sabda Rasulullah: "Walau jihad pada jalan Allah kecuali seorang lelaki yang keluar dengan dirinya dan harta bendanya, kemudian kembali tanpa membawa apa-apa." (HR Bukhari)
Kemudian pada tanggal 10 Żulhijjah, hari ini dan 3 hari berikutnya 11, 12 dan 13 Żulhijjah, yang dikenal dengan hari Tasyriq, kita merayakan dan berada dalam suasana ʻIdul Adha (عيد الاضحي) atau ʻIdul Qurban (عيد القربان) atau ʻIdun Nahr (عيد النحر ) yang ditandai dengan penyembelihan hewan qurban seperti sapi dan kambing. Gema takbir, tahlil, tahmid, dan taqdis membahana di jagad raya menyuarakan rasa syukur kita kepada Allah empat hari ke depan.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah….
Telah banyak hikmah yang disampaikan oleh para khatib dan dai terkait dengan ʻidul adha ini, mulai dari tentang ibadah haji, ibadah kurban, kesabaran dan ketaatan seorang ayah dan anaknya, dan lain-lain. Pada kesempatan khutbah ini khatib akan menyampaikan tema khutbah ʻIdul Adha yaitu Qurban dan Perwujudan Kesalehan Sosial.
Pemahaman umum di masyarakat kita selama ini yang hanya mengaitkan ibadah kurban sebagai kesalehan ritual yang sifanya personal-transendental (Arab: hablum minallah) tentu tidak salah. Bagi kita umat Islam, berqurban dengan menyembelih hewan ternak merupakan salah satu bentuk mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub ilallah) disamping ibadah lainnya. Namun kalau hanya memahami Qurban sampai di dimensi ini maka pesan Islam sebagai agama yang peduli kepada sesama, sebagaimana disebutkan dalam Hadis Nabi "sebaik-baik kamu adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain"- tidak akan terwujud.
Padahal sebenarnya ibadah qurban juga memiliki dimensi lain yaitu dimensi kesalehan sosial yang sifatnya komunal-konkret (Arab: hablum minannas). Pemaknaan akan dimensi sosial ini tergambar dari komponen pembagian daging hewan kurban kepada fakir miskin. Disini ditujukan untuk menimbulkan nuansa kepedulian kepada sesama. Sayangnya pesan kedua ini tidak banyak dipikirkan oleh kebanyakan kaum muslim. Barangkali, kebanyakan kaum muslim hanya terpaku pada pemberdayaan keimanan diri sendiri. Seolah-olah menjadi orang yang religius atau paling agamis, sudah dirasa cukup baginya. Namun sebagaimana Hadis di atas "bahwa sebaik-baik manusia adalah manusia yang dapat bermanfaat bagi orang lain," maka pemberdayaan masyarakat menjadi sebuah kata kunci disini.
Maka Idul Adha ini sejatinya tak hanya sekedar untuk menyembelih hewan qurban, namun ia juga merupakan momentum untuk memberi dan berbagi sebagai simbol ketaqwaan dan penerapan kesalehan sosial. Terlebih di masa pandemi yang belum betul-betul berakhir, ditambah keadaan perkenomian global yang tidak stabil sebagai dampak dari konflik di berbagai belahan dunia yang ikut berdampak terhadap perekonomian Indonesia yang mengakibatkan harga komoditas menjadi lebih mahal.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah….
Idul Adha (Hari Raya Qurban) sejatinya merupakan kesinambungan jalan kesalehan spiritual dan sosial dari Idul Fitri. Jika Idul Fitri merupakan manifestasi kemenangan atas nafsu yang kemudian dipungkasi dengan membayar zakat fitrah, maka Idul Adha merupakan manifestasi dari bukti cinta, patuh, takwa, ketulusan berkorban, dan kerendahan hati yang kemudian dipungkasi dengan menyembelih hewan qurban dan membagi-bagikannya kepada yang berhak menerimanya.
Dalam konteks yang lebih luas, kesalehan sosial menunjuk pada perilaku yang peduli kepada sesama. Sejatinya mereka yang saleh secara individual berarti beriman dan bertaqwa kepada Allah. Wujud dari keberimanan dan ketaqwaan kepada Allah otomatis akan merefleksikan kesalehan sosial, yaitu peduli kepada mereka yang miskin, bodoh dan terkebelakang. Wujud dari itu, maka mereka akan selalu berpikir, berikhtiar dan berjuang untuk mengubah nasib mereka yang belum beruntung dalam hidupnya.
Kesalehan sosial bisa diwujudkan dengan mengubah nasib orang-orang yang belum beruntung tadi dan dapat dikatakan belum menikmati kemerdekaan. Menurut hemat kami, yang paling penting dan utama ialah dalam bidang pendidikan dengan menghimpun dana untuk menyediakan beasiswa yang cukup kepada anak-anak miskin untuk melanjutkan pendidikan di dalam dan luar negeri.
Selain itu, memberi skill (keahlian) kepada para pemuda yang karena satu dan lain hal tidak bisa melanjutkan pendidikan. Maka walaupun mereka tidak memiliki pendidikan yang tinggi, tetapi untuk survive dalam hidup, mereka mesti diberi keahlian kerja dan bisnis.
Wujud lain dari kesalehan sosial, bisa dilakukan oleh mereka yang memegang kedudukan di pemerintahan dan parlemen, untuk terus berpikir dan membuat kebijakan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan demikian, iman dan taqwa kepada Allah melahirkan kesalehan individual dalam bentuk ibadah haji, shalat Idul Adha dan penyembelihan qurban. Itu belum cukup, harus ditindaklanjuti dengan mewujudkan kesalehan sosial dalam bentuk berpikir, berjuang dan bekerja keras untuk menciptakan kehidupan dan masa depan yang lebih baik bagi orang banyak. Dengan demikian maka Islam Rahmatan lil ’alamin akan benar-benar menjadi rahmat bagi alam semesta.
Advertisement
Khutbah Idul Adha Tolok Ukur Keimanan dan Ketakwaan
Khutbah Pertama
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ
اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَاإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ
الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِذَبْحِ الْأُضْحِيَّةِ. وَبَلَغَنَا إِلَى هٰذَا الْيَوْمِ مِنْ عَشْرِ ذِي الْحِجَّةِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ ذُوْ رَحْمَةٍ وَاسِعَةٍ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ تُرْجَى مِنْهُ الشَّفَاعَةُ. أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ ذَوِي الْعُقُوْلِ السَّلِيْمَةِ، صَلَاةً وَسَلَامًا مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ: فِيْهِ اٰيٰتٌۢ بَيِّنٰتٌ مَّقَامُ اِبْرٰهِيْمَ ەۚ وَمَنْ دَخَلَهٗ كَانَ اٰمِنًاۗ وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًاۗ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ.
وَقَالَ اَيْضًا: إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ.
صَدَقَ اللهُ العَظِيمُ
اللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ
Jamaah shalat Idul Adha rahimakumullah,
Mengawali khutbah Idul Adha ini, khatib mengajak seluruh jamaah, wabil khusus kepada diri khatib pribadi untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Iman adalah percaya kepada Allah dan takwa menjadi manifestasinya berupa kesiapan untuk menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Jika iman dan takwa senantiasa ada dalam diri kita, maka kita akan senantiasa berada pada jalan kehidupan yang benar dan diridhai oleh Allah SWT.
Selain menguatkan iman dan takwa, menjadi sebuah keniscayaan bagi kita semua untuk senantiasa bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat yang tak bisa kita hitung satu persatu dalam kehidupan dunia ini. Di antara nikmat nyata dan agung yang kita rasakan saat ini adalah nikmat iman, Islam dan nikmat sehat dan umur panjang. Dengan nikmat tersebut kita masih dipertemukan dengan Hari Raya Idul Adha 1445 H dan masih mampu menjalankan ibadah-ibadah yang ada di bulan Dzulhijjah yang mulia ini di antaranya shalat Idul Adha kali ini. Kita perlu memunculkan kesadaran agar tidak kufur kepada nikmat-nikmat ini.
فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ
Artinya: “Maka, nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan (wahai jin dan manusia)?” (QS Ar-Rahman: 13)
Jamaah shalat Idul Adha rahimakumullah,
Perlu kita ingat kembali, ada dua momentum ibadah yang tidak bisa lepas dari Hari Raya Idul Adha. Dua ibadah tersebut membutuhkan keikhlasan tingkat tinggi dan bisa menjadi salah satu barometer keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Kedua ibadah ini juga harus dilakukan di waktu khusus yakni hanya di bulan Dzulhijjah yang merupakan salah satu bulan mulia dalam agama Islam. Dibutuhkan tekad yang kuat, didukung kemampuan moril dan materiil memadai, jika kita ingin menjalankan ibadah penyempurna keislaman kita. Kedua ibadah tersebut juga bukan hanya memiliki dimensi vertikal kepada Allah SWT, namun juga memiliki dimensi horizontal atau sosial kepada sesama manusia. Apakah dua ibadah tersebut? Ke dua ibadah tersebut adalah Kurban dan Haji.
Lalu, mengapa kurban dan haji mampu menjadi salah satu barometer atau tolok ukur keimanan kita? Ibadah kurban dan haji membutuhkan keyakinan, keikhlasan, dan kepercayaan secara totalitas. Bisa kita temui dalam kehidupan kita sehari-hari, orang yang memiliki harta banyak namun tidak terpanggil hatinya untuk menjalankan perintah Allah dengan berkurban atau berhaji. Sementara banyak orang yang kurang mampu, namun memiliki keyakinan dan tekad kuat untuk menabung sedikit demi sedikit agar dapat berkurban dan berhaji. Jika tidak dilandasi dengan keimanan yang kuat, rasanya akan sulit untuk dapat melakukan perintah berkurban dan berhaji ini.
اللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ
Jamaah shalat Idul Adha rahimakumullah,
Terkait dengan perintah berkurban, Allah telah memerintahkannya dalam Al-Qur’an surat Al-Kautsar:
اِنَّآ اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَر
“Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak.”
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ
“Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah).”
اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ
"Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah)."
Ayat ini tegas memerintahkan kita berkurban untuk mendekatkan diri kepada Allah. Kita diperintahkan untuk menyisihkan harta yang kita miliki dan berbagai daging hewan kurban demi mendekatkan diri kepada Allah. Hal ini sesuai dengan makna kata kurban itu sendiri yang berasal dari kata qariba – yaqrabu – qurban wa qurbanan wa qirbanan, yang artinya dekat dalam artian jarak. Berkurban juga merupakan salah satu ibadah mulia yang bisa kita amalkan. Karena dengan berkurban kita bisa membantu saudara-saudara kita yang membutuhkan daging kurban, terutama bagi saudara-saudara kita yang selama ini mungkin sulit mendapatkan makanan daging hewan.
Terkait ibadah haji, haji sendiri memiliki makna bahasa menyengaja menuju ke suatu tempat. Adapun secara istilah, haji bermakna menyengaja menuju ke Baitullah (Ka’bah) untuk melaksanakan beberapa amal ibadah sesuai dengan tuntunan dan tata cara tertentu. Dengan kata lain, secara definitif haji bermakna menyengaja pergi ke Ka’bah untuk menunaikan ibadah tertentu pada waktu tertentu dengan syarat-syarat tertentu.
Ibadah haji sangatlah besar faedahnya. Bahkan dalam hadist riwayat Imam Al-Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda:
Dari Abu Hurairah RA, dia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang berhaji ke rumah ini (Baitullah) kemudian dia tidak berkata kotor dan tidak berbuat kefasikan, maka dia akan kembali (ke tempatnya) seperti pada hari ketika dilahirkan oleh ibunya." (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam hadits lain Rasulullah SAW juga bersabda:
“Ikutilah antara haji dan umroh karena keduanya menghilangkan kefakiran dan dosa sebagaimana alat peniup api menghilangkan karat besi, emas, dan perak.” (HR. Tirmidzi).
Dari dua hadits ini bisa kita simpulkan bahwa ibadah haji dapat menghapus dosa dan membersihkan jiwa kita. Bahkan pada hadits lain, dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa yang berangkat haji lalu dia meninggal dunia, maka dicatat baginya pahala haji sampai hari kiamat dan barangsiapa yang berangkat umrah lalu dia meninggal dunia, maka dicatat baginya pahala umrah sampai hari kiamat.”
Betapa besar pahala ibadah haji ini. Dengan demikian, berbahagialah jamaah haji yang tahun ini telah mampu melaksanakan ibadah haji. Mereka adalah tamu Allah yang akan senantiasa didoakan oleh seluruh umat muslim dunia agar ibadah mereka diterima oleh Allah SWT dan menjadi haji yang mabrur serta bisa kembali ke tanah air dengan selamat.
Untuk kita yang belum bisa melaksanakan ibadah haji di tahun ini, marilah kita bermuhasabah diri. Kita renungkan ibadah kita sehari-hari, kita perbaiki dan kita niatkan di dalam hati agar suatu saat nanti kita bisa menunaikan ibadah haji. Semoga kita dimampukan oleh Allah untuk bisa menyempurnakan keislaman kita dengan melaksanakan ibadah haji.
اللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ
Jamaah shalat Idul Adha rahimakumullah,
Khatib mengingatkan kembali kepada kita semua agar memaknai Hari Raya Idul Adha ini dengan sebaik-baiknya. Maknai momentum Hari Raya Idul Adha ini dengan memperkuat keimanan kita kepada Allah dan memperbaiki hubungan kita dengan sesama manusia. Berkurbanlah dengan sebaik-baiknya, karena kurban yang terbaik akan menjadi amalan kita di akhirat kelak. Khutbah ini khatib tutup dengan menyampaikan hadits Nabi SAW, dari Aisyah RA: Rasulullah SAW bersabda:
“Tidaklah anak cucu Adam melakukan suatu amalan pada hari raya kurban yang lebih dicintai oleh Allah dari menyembelih hewan. Sesungguhnya hewan kurban itu nanti pada hari kiamat datang beserta tanduknya, bulu-bulunya dan kuku-kukunya. Dan sesungguhnya darah hewan kurban itu benar-benar jatuh di sisi Allah sebelum jatuh di tanah. Maka, bersihkanlah jiwa kalian dengan berkurban” (HR Tirmidzi).
Barakallahu li walakum fil qur’anil azhim, wa nafa’ani wa iyyakum bima fihi minal ayati wa dzikrul hakim, wa taqabbalallahu minna wa minkum tilawatahu, innahu huwas sami’ul ‘alim.
اَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
اللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ
الحَمْدُ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ.
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,
Sebelum mengakhiri khutbah, khatib kembali mengingatkan jamaah sekalian bahwa kita perlu memaknai ibadah kurban dan ibadah haji tidak hanya sebatas ritual semata, namun juga pada pengamalan dari nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Dari dua ibadah tersebut kita belajar tentang kesungguhan hati, keikhlasan, dan ketaatan kepada Allah. Mari kita tanamkan dalam diri kita untuk senantiasa ikhlas dalam beribadah, baik dalam kondisi lapang maupun sempit. Kita niatkan setiap amalan kita hanya karena Allah.
Pada akhirnya, marilah kita berdoa, memohon kepada Allah SWT agar senantiasa diberikan kekuatan, kesehatan, dan kemudahan dalam setiap urusan kita. Semoga Allah menerima amal ibadah kurban kita, mengampuni dosa-dosa kita, serta menyempurnakan keislaman kita dengan dimampukan untuk berhaji bagi yang belum berkesempatan. Bagi jamaah yang sedang berhaji, semoga Allah mengaruniakan haji yang mabrur dan diterima oleh-Nya.
اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات. ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار.
عباد الله، إن الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلكم تذكرون. فاذكروا الله العظيم يذكركم، واشكروه على نعمه يزدكم، ولذكر الله أكبر، والله يعلم ما تصنعون.
اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا، لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ. لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ
Khutbah Idul Adha Qurban dan Membentuk Umat yang Unggul
الله أكبر (×9)
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا. لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ، صَدقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ. لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ، مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ. لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أكبرُ وللهِ الْحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ للهِ حَاكِمَ الْحُكَّامِ، جَاعِلِ النُّوْرِ وَالظَّلَامِ، وَجَعَلَ هَذَا الْيَوْمِ عِيْدًا لِلْإِسْلَامِ، وَحَرَّمَ عَلَيْنَا الصِّيَامِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اَلَّذِى أَمَرَناَ بِذَبِيْحَةِ الْقُرْباَنِ، اِتِّبَاعًا لِسَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمُ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَفْضَلُ الْأَنَامِ وَمِصْبَاحُ الظَّلَامِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ، صَلَاةً وَسَلَامًا دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ عَلَى مَمَرِّ الدُّهُوْرِ وَالْأَيَّامِ. أَمَّا بَعْدُ،
فيَا عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوا اللهَ وَأَطِيْعُواهُ وَكَبِّرُوْهُ تَكْبِيْرًا.اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وِللهِ الْحَمْدُ.
Kaum muslimin wal muslimat, ‘aidin wal ‘aidat rahimakumullah.
Sejak kemarin terdengar gema takbir, tahmid, dan tahlil menyambut datangnya Hari Raya Idul Adha yang mubarak. Syukur Alhamdulillah, kita semua dapat berjumpa kembali dengan Hari Raya ini dalam keadaan sehat wal afiat. Langkah kaki kita menghadiri shalat ied ini merupakan bukti bahwa kita masih dikaruniai nikmat kesehatan dan keimanan, dua nikmat yang sangat besar sekali nilainya, tanpa bisa digantikan oleh selainnya. Semoga nikmat tersebut tetap kita peroleh sampai nyawa berpisah dari badan ini. Amin ya rabbal alamin.
Hari ini kita memasuki Hari Raya Idul Adha. Hari Raya ini dikatakan dengan Idul Adha karena pada hari raya ini dan tiga hari sesudahnya, atau disebut dengan Hari Tasyrik, kita semua diserukan untuk memotong hewan qurban yang merupakan bentuk ketundukan dan kepasrahan kita kepada Allah SWT Dzat Yang Kuasanya tiada terbilang dan tiada terhingga. Allah SWT berfirman:
فصل لربك وانحر
“Sembahyanglah kamu kepada Rabb-mu dan berqurban-lah” (QS. Al-Kautsar: 2)
Menurut Mazhab Imam Syafi’i, memotong hewan qurban itu hukumnya sunnah muakkadah, artinya sunnah yang dikuatkan, meskipun ada imam madzhab yang mewajibkannya. Meskipun hukumnya sunnah muakkadah, namun bagi orang mampu yang tidak berqurban maka Rasulullah mengingatkan dengan keras:
مَنْ كَانَ لَهُ سِعَةٌ فَلَمْ يُضْحِ فَلْيَمُتْ إِنْ شَاءَ يَهُوْدِيًّا أَوْ نَصْرَانِيًّا
“Barangsiapa yang mempunyai kemampuan (berqurban) tetapi tidak melakukannya maka silakan mati dalam keadaan yahudi atau nasrani.” Dalam riwayat lain:
مَنْ كَانَ لَهُ سِعَةٌ فَلَمْ يُضْحِ فَلاَ يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا
“Barangsiapa yang mempunyai kemampuan (berqurban) tetapi tidak melakukannya maka janganlah mendekati tempat shalat kami.”
Oleh karena itu, sudah pada tempatnya kita sebagai orang yang mengaku beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya untuk memenuhi panggilan berqurban tersebut.
Kaum muslimin wal muslimat, ‘aidin wal ‘aidat rahimakumullah.
Pelaksanaan qurban yang dilakukan oleh umat Islam, selain sebagai bentuk kepatuhan dan kepasrahan kepada Allah serta sebagai upaya pendekatan diri kepada-Nya (taqarrub ilallah), juga ada hikmah yang berdampak kemashlahatan bagi umat manusia. Di antara hikmah yang bisa kita petik adalah:
Meneladani kesabaran Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ‘alaihimas salam dalam menerima cobaan dan ujianMenumbuhkan sifat kedermawanan, saling membantu (ta’awun), saling berkasih sayang (tarahum), dan terbinanya solidaritas sosial di kalangan umat IslamMenumbuhkan semangat berkorban di kalangan kaum muslimin pada khususnya.Hikmah pertama, yakni meneladani kesabaran Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ‘alaihimas salam dalam menerima cobaan dan ujian. Sebagaimana diceritakan dalam kitab suci Alquran bahwa Nabi Ibrahim ‘alaihis salam belum dikaruniai seorang anak sampai usianya lanjut sehingga beliau sangat ingin dikaruniai seorang anak dan senantiasa berdoa agar keinginan tersebut dikabulkan oleh Allah Ta’ala: رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِيْنَ“Wahai Tuhanku berilah aku putra yang shalih” (QS as-Shaffat: 100)
Akhirnya Allah SWT menjawab dan mengabulkan doa beliau setelah sekian lama. Namun setelah beliau memperoleh seorang putra dan putranya itu berumur antara 9–11 tahun, Allah SWT memintanya kembali untuk dijadikan qurban sebagai persembahan. Tidak mudah bagi seseorang yang sudah sekian lama mendambakan seorang anak, tapi setelah anak itu lahir dan di usia yang sedang lucu-lucunya, diperintahkan untuk mengorbankannya. Secara manusiawi perintah tersebut sulit sekali untuk dipenuhi.
Tapi Nabi Ibrahim tidaklah demikian. Perintah tersebut diterimanya dengan penuh ketaatan dan kepasrahan. Sikap tersebut muncul karena keimanan yang total kepada Allah Ta’ala, bahwa semua perintah-Nya tidak lain adalah untuk kemaslahatan umat manusia. Bahwa semua yang ada pada diri manusia tidak lain pada hakekatnya merupakan milik Allah. Apabila Allah memerintahkan untuk mengorbankannya, maka pada hakekatnya itu adalah mengembalikan sesuatu yang dititipkan ke umat manusia dikembalikan pada pemilik hakikinya.
Sebelum melaksanakan perintah tersebut, Nabi Ibrahim merundingkan pada anaknya yaitu nabi Ismail. Sebuah contoh mulia bagaimana orang tua memusyawarahkan dengan anaknya terhadap sesuatu keputusan yang akan berakibat dan berdampak pada anak tersebut.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
“Tatkala anak itu sampai pada umur sanggup berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, ‘Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!’ Ismail menjawab, ‘Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.’” (QS as-Shaffat: 102)
Ketika keduanya telah berserah diri pada perintah Allah dan Ibrahim telah membaringkan anaknya atas pelipisnya, Allah pun memanggilnya:
يَا إِبْرَاهِيمُ * قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ
“Wahai Ibrahim, sungguh kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik” (QS. as-Shaffat: 104-105)
Allah kemudian mengganti Nabi Ismail dengan seekor sembelihan yang besar yang telah disiapkan Allah Ta’ala.
فَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
“Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar” (QS as-Shaffat: 107)
Demikianlah keteladanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ‘alaihimas salam dalam menghadapi ujian. Kita sebagai umat Nabi Muhammad ﷺ sudah sepantasnya untuk mencontoh dan meneladaninya. Sebagai mana hadits yang menyatakan: تَخَلَّقُوا بِأَخْلاَقِ اللهِ
“Hendaklah kalian meneladani akhlak Allah.”
Karena semua yang diperintahkan Allah pasti berbuah kemaslahatan bagi umat manusia, maka hendaklah kita sebagai umat yang beriman untuk melaksanakan perintah tersebut dengan sepenuh hati. Keimanan tersebut harus dimulai dari diri pribadi, keluarga, dan lingkungan. Dengan demikian kita bisa menjadi pribadi-pribadi yang shalih, keluarga yang shalih, dan lingkungan yang shalih, serta akan menjadi lingkungan yang mendapat ridha Allah SWT.
Hikmah kedua adalah menumbuhkan sifat kedermawanan, saling membantu (ta’awun), saling berkasih sayang (tarahum), dan terbinanya solidaritas sosial di kalangan umat Islam. Bahwa di balik disyari’atkannya qurban, terkandung semangat berbagi dan kepedulian terhadap sesama, terutama kepada mereka yang membutuhkan. Daging qurban, sebagaimana anjuran syariat, dibagikan kepada fakir miskin dan orang yang membutuhkan. Dengan demikian, perayaan Idul Adha menjadi momentum untuk berbagi kebahagiaan dan rezeki yang kita miliki dengan mereka yang kurang beruntung. Firman Allah Ta’ala: فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيرَ
“Maka makanlah sebagian daripadanya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir” (QS. al-Hajj: 28)
Inilah salah satu hikmah penting yang harus kita tanamkan dalam diri kita, keluarga, dan masyarakat. Bahwa dengan berqurban, kita tidak hanya mendekatkan diri kepada Allah, tetapi juga mendekatkan diri kepada sesama, mempererat tali persaudaraan, dan membangun kepedulian sosial yang tinggi di tengah masyarakat.
Hikmah ketiga adalah menumbuhkan semangat berkorban di kalangan kaum muslimin. Bahwa qurban adalah simbol dari pengorbanan, dimana kita diajarkan untuk rela mengorbankan sesuatu yang kita cintai dan sayangi demi menjalankan perintah Allah. Pengorbanan ini bisa berupa harta, waktu, tenaga, dan sebagainya. Dengan demikian, semangat berqurban harus ditanamkan dalam setiap aspek kehidupan kita, bahwa dalam menjalani hidup ini, kita harus siap berkorban demi kepentingan yang lebih besar, demi kebaikan bersama, dan demi meraih ridha Allah SWT.
Kaum muslimin wal muslimat, ‘aidin wal ‘aidat rahimakumullah.Marilah kita jadikan momentum Idul Adha ini sebagai waktu yang tepat untuk introspeksi diri, memperbaiki hubungan kita dengan Allah, serta memperbaiki hubungan kita dengan sesama manusia. Marilah kita berusaha menjadi pribadi yang lebih baik, keluarga yang lebih harmonis, dan masyarakat yang lebih solid dan peduli terhadap sesama.
الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، لا إله إلا الله والله أكبر، الله أكبر ولله الحمد.بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم، ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم، وتقبل مني ومنكم تلاوته إنه هو السميع العليم، أقول قولي هذا وأستغفر الله العظيم لي ولكم فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم.
خطبة الثانيةالحمد لله حمدا كثيرا كما أمر، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله. اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين، أما بعد.
Kaum muslimin wal muslimat rahimakumullah.
Marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan senantiasa menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Marilah kita jaga momentum hari raya ini dengan memperkuat semangat kebersamaan, kepedulian, dan pengorbanan kita. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan hidayah dan kekuatan kepada kita untuk terus istiqamah dalam ketaatan dan pengabdian kepada-Nya.
اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات، الأحياء منهم والأموات، إنك سميع قريب مجيب الدعوات، يا قاضي الحاجات، ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار.
عباد الله، إن الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي، يعظكم لعلكم تذكرون، فاذكروا الله العظيم يذكركم واشكروه على نعمه يزدكم، ولذكر الله أكبر والله يعلم ما تصنعون.
الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، لا إله إلا الله والله أكبر، الله أكبر ولله الحمد.
Advertisement
Khutbah Idul Adha Ibadah Istimewa di Bulan Dzulhijjah
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ
اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ. الْحَمْدُ ِللهِ الْقَائِلِ فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ (وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالاً وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ)أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Jamaah Sholat Idul Adha Yang Dimuliakan Allah SWT,Marilah bersama-sama kita memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW.
Pada kesempatan kali ini, khatib mengingatkan kepada seluruh hadirin dan khusus kepada diri sendiri untuk selalu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Sebab, hanya dengan bertakwa kepada Allah SWT, maka jalan menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat akan diperoleh oleh kita.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Dalam bulan Dzulhijjah, umat Islam di seluruh penjuru dunia dianjurkan untuk menjalankan dua amalan ibadah, disamping ibadah wajib yang dilakukan setiap harinya, yakni Ibadah Haji dan Ibadah Kurban.
Pertama, ibadah haji. Pagi ini, umat Islam yang istitha’ah (mampu) sedang berduyun-duyun dari Muzdalifah menuju Mina untuk melempar jumrah aqobah dan tahallul awal, setelah mulai kemarin siang tanggal 9 Dzulhijjah melaksanakan ibadah wukuf di Arafah. Kalimat talbiyah, labbaika allahumma labbaik, labaika…. berkumandang hampir di seluruh kawasan mas’aril haram, kawasan yang membentang dari Arafah sampai Masjidil Haram.
Secara hukum, ibadah haji merupakan hal yang wajib bagi yang mampu sesuai. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur'an surat Ali Imran ayat 97:
وَلِلّٰـهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ اللّٰـهَ غَنِىٌّ عَنِ الْعٰلَمِينَ
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahilhamdu
Jamaah Sholat Id Rahimakumullah,Anjuran ibadah yang kedua yakni ibadah kurban. Ibadah ini berhukum sunnah ‘ain bagi individu dan sunnah kifayah bagi anggota keluarga. Hal ini memiliki kaitan dengan ibadah haji yang bersumber dari ajaran Nabi Ibrahim AS.
Pada hari ini, lebih dari 3000 tahun yang lalu, Nabi Ibrahim Kholilullah menjalankan praktek keagamaan yang penuh dengan nilai-nilai ke-ilahi-an, ketauhidan, kesabaran, dan pengorbanan manusia kepada Tuhannya. Pada saat itu, Nabi Ibrahim AS diuji oleh Allah SWT dengan ujian yang sangat luar biasa. Nabi Ibrahim AS melalui mimpinya diperintah Allah SWT untuk menyembelih putra tercintanya, Ismail AS. Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam al-Quran surat As-Shafaat ayat 100-111:
رَبِّ هَبْ لِى مِنَ الصّٰلِحِينَ ۚ فَبَشَّرْنٰهُ بِغُلٰمٍ حَلِيمٍ ۚ فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْىَ قَالَ يٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى الْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ فَانظُر مَاذَا تَرَىٰ ۖ قَالَ يٰٓأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَر ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ اللّٰـه مِنَ الصّٰبِرِينَ ۖ فَلَمَّآ أَسْلَمَا وَتَلَّهُۥ لِلْجَبِينِ ۚ وَنٰدَيْنٰهُ أَن يٰٓإِبْرٰهِيم ۚ قَدْ صَدَّقْتَ الرُّءْيَا (الاية.....)
"Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: 'Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!' Ia menjawab: 'Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.' Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). Dan Kami panggillah dia: 'Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik,'."
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Selain itu, yang lebih penting adalah bagaimana memetik pelajaran dari perintah Allah tersebut dalam kehidupan saat ini. Ibadah haji merupakan ibadah mahdlah dan bersifat fisik. Pelajaran yang bisa diambil dari ibadah ini adalah bahwa saat kita berkumpul dengan jutaan orang di tanah yang luas, kita merasa kecil. Dalam kondisi seperti itu, tidak pantas bagi kita untuk sombong. Kita membutuhkan orang lain agar bisa membantu kita, dan agar orang lain tidak menyakiti kita.
Tolong-menolong dan saling pengertian dibutuhkan dalam upaya kita beribadah kepada Allah. Karena kita tidak bisa beribadah dengan baik tanpa ada sikap tolong-menolong.
Secara spiritual, apa yang bisa kita rasakan, alami, dan refleksikan di tanah suci, saat kita betul-betul merasa dekat kepada Allah, semestinya bisa berpengaruh kepada sikap dan perilaku kita terutama dalam kehidupan bermasyarakat saat kita kembali lagi ke tanah air. Dengan begitu, ibadah haji yang kita jalankan akan memompa kita untuk lebih giat lagi dalam berjuang demi tegaknya kesejahteraan dan keadilan di tengah-tengah masyarakat dan bangsa, termasuk.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Allahu Akbar wa LillahiIlhamdu
Adapun pelajaran yang bisa kita ambil dari ibadah kurban adalah: dalam kehidupan ini tidak semata-mata materi, tetapi ada yang lebih dari itu, yaitu spiritual. Dalam kitab-kitab Fiqih disebutkan bahwa daging hewan kurban harus disedekahkan dan tidak boleh dijual belikan. Karena itu, dalam berkurban kita diajari bahwa, dalam hidup ini semuanya tidak bisa sekedar materi, tetapi yang harus kita utamakan adalah ridha Allah, keikhlasan, dan pengorbanan. Ini adalah dasar dari semua amalan ibadah yang kita lakukan.
Akhirnya, marilah kita bersama-sama memohon kepada Allah agar menjadikan kita orang-orang yang ikhlas, sabar, dan siap berkorban demi tegaknya nilai-nilai keadilan dan kesejahteraan di muka bumi ini.
اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
خُطْبَةِ الْثَّانِيَةِ
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ.
Hadirin Rahimakumullah,Marilah kita meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya taqwa. Mengisi kehidupan ini dengan amal ibadah dan amal soleh.
Pada kesempatan ini, saya mengingatkan kepada kita semua tentang pentingnya menjaga hubungan silaturahmi diantara kita, baik dengan saudara, tetangga, maupun dengan semua orang. Pada hari Idul Adha ini marilah kita jadikan momentum untuk meningkatkan kepedulian kita kepada sesama, saling membantu, dan saling berbagi.
Sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, bahwa seorang Muslim harus peduli kepada tetangganya. Hal ini sesuai dengan sabda beliau dalam sebuah hadits:
لَيْسَ الْمُؤْمِنُ الَّذِي يَشْبَعُ وَجَارُهُ جَائِعٌ إِلَى جَنْبِهِ
"Tidaklah seorang mukmin yang kenyang, sedangkan tetangganya kelaparan di sampingnya."
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
Khatib juga mengajak kepada kita semua untuk senantiasa menjaga persatuan dan kesatuan diantara kita. Jangan sampai kita tercerai berai karena perbedaan yang ada. Sebab, kekuatan umat Islam terletak pada persatuan dan kebersamaan.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ. اَللهُمَّ اَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ. اَللهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ.
اَللهُمَّ ارْزُقْنَا الْعِلْمَ النَّافِعَ وَالْعَمَلَ الصَّالِحَ وَالْرِّزْقَ الْوَاسِعَ وَالشِّفَاءَ مِنْ كُلِّ دَاءٍ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَصَلَّى الله عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ.
وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ.
Khutbah Idul Adha Ikhlas di Dunia dan Akhirat
الله ُأَكْبَرُ – الله ُأَكْبَرُ – الله ُأَكْبَرُ –3X الله ُأَكْبَرُ كَبِيْرًا, وَالحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْراً, وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاَ, لاَإِلهَ إِلاَّالله ُوَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ, لَاإِلهَ إِلاَّالله ُوَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيّاَهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ المُشْرِكُوْنَ وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ وَلَوْكَرِهَ المُناَفِقُوْنَ. الحمدُ لله ربِّ العالمين، الحمدُ لله الذي بنعمته تتمُّ الصالحات، وبعَفوِه تُغفَر الذُّنوب والسيِّئات، وبكرَمِه تُقبَل العَطايا والقُربَات، وبلُطفِه تُستَر العُيُوب والزَّلاَّت، الحمدُ لله الذي أماتَ وأحيا، ومنَع وأعطَى، وأرشَدَ وهدى، وأضحَكَ وأبكى؛ ﴿ وَقُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ وَلِيٌّ مِنَ الذُّلِّ وَكَبِّرْهُ تَكْبِيرًا)
فَيَآأَيُّهَاالمُؤْمِنُوْنَ وَالمُؤْمِناَتِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَاتَّقُوْا الله َحَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمٌ فَضِيْلٌ وَعِيْدٌ شَرِيْفٌ جَلِيْلٌ. قَالَ اللهُ تَعَالى فِيْ كِتَابِهِ الكَرِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الَّرجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الَّرحمن الرحيم. إِنّا أَعْطَيْنَاكَ الكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَالأَبْتَرُ.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Waliilahil Hamd
\Marilah kita senantiasa bersyukur dan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya. Kita masih diberi nikmat iman dan Islam, kesehatan dan kesempatan untuk melaksanakan berbagai ibadah kepada Allah SWT, termasuk melaksanakan shalat Idul Adha pada pagi hari ini.
Kemudian shalawat serta salam, kita haturkan ke pangkuan baginda Nabi Besar Muhammad SAW, seorang manusia mulia dan nabi terakhir yang dipilih Allah SWT untuk menjadi teladah (uswah) bagi seluruh umat manusia sepanjang masa.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Wa lillahil Hamd. Kaum muslimin jama’ah Iedil Adha rahimakumullah.
Pada pagi hari ini, kaum Muslimin yang menunaikan ibadah haji sebagai tamu Allah SWT, dhuyufurrahman, telah berkumpul melaksanakan wuquf di ‘Arafah dan sedang berada di Mina untuk melaksanakan Jumratul ‘Aqabah. Mereka dengan pakaian ihramnya, berasal dari berbagai belahan dunia. Mereka datang dengan latar belakang bangsa, ras, warna kulit, budaya dan strata sosial yang berbeda satu sama lain. Namun, mereka memiliki tujuan yang sama, yaitu memenuhi panggilan Allah SWT untuk menjadi tamu-Nya dan bertauhid meng-Esakan Allah SWT semata.
Bagi kaum Muslimin yang belum memiliki kemampuan menjadi tamu Allah SWT, mereka melaksanakan shalat Idul Adha dan ibadah qurban, sesuai dengan kemampuannya di manapun mereka berada. Ibadah qurban yang dilaksanakan kaum muslimin, sebagai salah satu upaya mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah SWT.
Deskripsi kehidupan kaum muslimin ini, menggambarkan interelasi kuat antara orang yang menunaikan ibadah haji, dengan saudara-saudaranya yang tidak pergi ke Baitullah. Oleh karena itu, kita melaksanakan shalat Idul Adlha dan ibadah kurban pada hakikatnya sebagai bentuk kesadaran memenuhi perintah Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Wa lillahil Hamd. Kaum Muslimin sidang jama’ah Idil Adha rahimakumullah.
Ibadah qurban merupakan salah satu ibadah penting dalam ajaran Islam. Ibadah ini memiliki pondasi kuat dan memiliki akar sejarah panjang dalam tradisi rasul-rasul terdahulu. Ajaran qurban dan praktiknya telah ditunjukkan secara sinergik oleh para nabi dan rasul hingga Nabi Muhammad SAW Nabi Ibrahim AS. dikenal sebagai peletak batu pertama ibadah ini. Peristiwa penyembelihan yang dilakukan Nabi Ibrahim AS terhadap putranya Nabi Isma’il AS merupakan dasar bagi adanya ibadah kurban. Nabi Ibrahim AS dengan penuh iman dan keikhlasan bersedia untuk menyembelih anak kesayangannya, Ismail hanya semata-mata untuk memenuhi perintah Allah SWT. Peristiwa yang mengharukan ini, dilukiskan dengan indah oleh Allah SWT dalam Alquran surat as-Shaffat ayat 102:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّيْ أَرَى فِيْ المَنَامِ أَنِّيْ أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَآأَبَتِ افْعَلْ مَاتُؤْ سَتَجِدُنِيْ إِنْ شَآءَ اللهُ مِنَ الصَابِرِيْنَ
“Tatkala anak itu sampai umurnya dan sanggup berusaha bersamasama Ibrahim. Ibrahim berkata ; Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu. la menjawab, wahai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan oleh Allah kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.
Ini adalah ujian ketaatan Nabi Ibrahim kepada Allah. Di kemudian hari, pengorbanan ini menjadi anjuran bagi umat Islam untuk menyembelih hewan kurban, setiap 10 Dzulhijah dan pada hari tasyrik, yaitu 11, 12, dan 13 Dzulhijjah.
Deskripsi historis ini menggambarkan bahwa, keteguhan hati, keyakinan akan kebenaran perintah Allah, keikhlasan, ketaatan, dan kesabaran adalah esensi yang melekat dari ibadah qurban. Nilai-nilai ini telah diimplementasikan dengan baik oleh Nabi Ibrahim dan Ismail AS dalam peristiwa yang mengharukan itu. Kesanggupan Nabi Ibrahim AS. menyembelih anak kandungnya sendiri Nabi Ismail AS., bukan semata-mata didorong oleh perasaan taat setia yang membabi buta (taqlid), tetapi meyakini bahwa perintah Allah SWT itu harus dipatuhi.
Bahkan, Allah SWT memberi perintah seperti itu sebagai peringatan kepada umat yang akan datang bahwa adakah mereka sanggup mengorbankan diri, keluarga dan harta benda yang disayangi demi menegakkan perintah Allah SWT. Dan adakah mereka juga sanggup memikul amanah sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamd Kaum muslimin yang berbahagia
Dalam studi fiqh, qurban sering disebut dengan istilah udhhiyah, karena penyembelihan binatang ternak dilakukan pada saat matahari pagi sedang menaik (dhuha). Oleh karenanya, Ibn Qayyim al-Jauziyah memahami makna qurban dengan tindakan seseorang menyembelih hewan ternak pada saat dhuha, guna menghasilkan kedekatan dan ridha Allah SWT.
Binatang qurban yang disebut udlhiyah atau nahar adalah simbolisasi tadlhiyah yakni pengorbanan. Baik udlhiyah maupun tadlhiyah posisinya sama sebagai ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. (taqarruban wa qurbanan). Jika menyembelih udlhiyah merupakan ibadah material yang ritual, maka taldhiyah/pengorbanan di jalan Allah SWT merupakan ibadah keadaban yang memajukan sektor-sektor kehidupan yang lebih luas
Dalam ibadah qurban, nilai yang paling esensial adalah sikap batin berupa keikhlasan, ketaatan dan kejujuran. Tindakan lahiriyah tetap penting, kalau memang muncul dari niat yang tulus. Sering kita digoda syetan agar tidak melaksanakan ibadah qurban karena khawatir tidak ikhlas.
Imam al Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumiddin-nya berkata, bahwa syaitan selalu membisiki kita: “Buat apa engkau beribadah kalau tidak ikhlas, lebih baik sekalian tidak beribadah”.
Ibadah qurban bukan hanya mementingkan tindakan lahiriyah, berupa menyedekahkan hewan ternak kepada orang lain terutama fakir miskin, tetapi yang lebih penting adalah nilai ketulusan guna mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dalam beberapa ayat Alquran, Allah SWT memperingatkan bahwa yang betul-betul membuahkan kedekatan dengan-Nya (qurban), bukanlah fisik hewan qurban, melainkan nilai takwa dan keikhlasan yang ada dalam jiwa kita. Dalam surat al-Hajj ayat 37, Allah SWT menyebutkan:
لَنْ يَنَالَ اللهَ لُحُوْمُهَا وَلأَ دِمَاءُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَقْوَى مِنْكٌم
“Tidak akan sampai kepada Allah daging (hewan) itu, dan tidak pula darahnya, tetapi yang akan sampai kepada-Nya adalah takwa dari kamu”.
Penegasan Allah SWT ini mengindikasikan dua hal. Pertama, penyembelihan hewan ternak sebagai Qurban, merupakan bentuk simbolik dari tradisi Nabi Ibrahim AS, dan merupakan syi’ar dari ajaran Islam. Kedua, Allah SWT hanya menginginkan nilai ketakwaan, dari orang yang menyembelih hewan ternak sebagai ibadah qQurban. Indikasi ini sejalan dengan peringatan Rasulullah saw: “Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat bentuk luarmu dan harta bendamu, tetapi Dia melihat hatimu dan perbuatanmu.” (HR Bukhari dan Muslim).
Usaha mendekatkan diri kepada Tuhan terutama melalui qurban, kita lakukan secara terus menerus. Karena itulah agama Islam disebut sebagai jalan (syari’ah, thariqah, dan shirat) menuju dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Melakukan Qurban bersifat dinamis dan tiada pernah berhenti, menempuh jalan yang hanya berujung kepada ridha Allah SWT. Dengan demikian, wujud yang paling penting dari qurban adalah seluruh perbuatan baik.
Sehubungan dengan perintah untuk berkurban di atas, maka Rasulullah SAW setiap tahun selalu menyembelih hewan kurban dan tidak pernah meninggalkannya. Meskipun dari sisi ekonomi beliau termasuk orang yang menjalani hidup sederhana, tidak mempunyai rumah yang indah nan megah, apalagi mobil yang mewah. Bahkan tempat tidurnya hanya terbuat dari tikar anyaman daun kurma.
Oleh karena itu, orang Muslim yang telah mempunyai kemampuan untuk berqurban tetapi tidak mau melaksanakannya boleh dikenakan sanksi sosial, ialah diisolasi dari pergaulan masyarakat muslim. Sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw. dalam hadits yang diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah ra.:
مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَقْرِبَنَّ مُصَلاَّناَ
“Barangsiapa yang mempunyai kemampuan menyembelih hewan qurban tetapi tidak melaksanakannya, maka janganlah sekali-kali ia mendekati tempat shalat kita” (HR. Imam Ahmad dan Ibnu Majah)
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamd. Kaum muslimin yang berbahagia
Kalau ibadah qurban dilaksanakan dengan ikhlas demi mengharap ridla Allah SWT. akan memberi hikmah dan manfaat bagi pelakukanya, baik di dunia maupun di akhirat. Di antaranya:
Meningkat keimanan kepada Allah SWT. Ibadah qurban yang dilaksanakan oleh orang muslim dapat melatih kepatuhan dan kepasrahan total kepada Allah SWT. Orang-orang yang dekat dengan Allah akan memperoleh predikat muqarrabin, muttaqin serta mendapat kemuliaan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat
Membersihkan diri dari sifat-sifat bahimiyyah. Pada saat hewan qurban jatuh kebumi maka saat itulah sifat kebinatangan harus sirna, seperti rakus, serakah, kejam dan penindas.
Menanamkan rasa kasih sayang dan empati kepada sesama. Ibadah qurban dalam Islam tidak sama dengan persembahan (offering) dalam agama-agama selain Islam. Islam tidak memerintahkan pemujaan dalam penyembelihan hewan, tetapi Islam memerintahkan agar dagingnya diberikan kepada orang miskin agar ikut menikmati lezatnya daging hewan. Sehingga timbul rasa empati, berbagi, memberi, dan ukhuwah islamiyah antar sesama.
Melatih kedermawanan. Ibadah qurban dilakukan setiap tahun secara berulang-ulang sehingga orang yang memberi qurban terbiasa untuk berderma kepada yang lain. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Jumlah penduduk miskin pada Maret 2022 sebesar 26,16 juta orang. Garis Kemiskinan pada Maret 2022 tercatat sebesar Rp505.469,00/kapita/bulan dengan komposisi Garis Kemiskinan Makanan sebesar Rp374.455,00 (74,08 persen) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan sebesar Rp131.014,00 (25,92 persen).
Di akhir khutbah ini, dengan penuh khusyu’ dan tadharru’, kita berdoa kepada Allah SWT semoga perjalanan hidup kita senantiasa terhindar dari segala keburukan yang menjerumuskan umat Islam. Semoga dengan doa ini pula, kiranya Allah SWT berkenan menyatukan kita dalam kebenaran agama-Nya dan memberi kekuatan untuk memtaati perintahnya dan menjauhi larangan-Nya. Amin Ya Rabbal ‘Alamain
جَعَلَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ السُّعَدَآءِ المَقْبُوْلِيْنَ وَأَدْخَلَنَا وَإِيَّاكُمْ فِيْ زُمْرَةِ عِباَدِهِ المُتَّقِيْنَ. قَالَ تَعَالى فِي القُرآنِ العَظِيْمِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ . قُلْ إِنَّمَا أَنَاْ بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوْحَى إِلَيَّ أَنَّمَآ إِلهُكُمْ إِلهٌ وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْلِقَآءَ رَبَّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحًا وَلاَيُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.الخطبة الثانية لعيد الأضحى
الله أكبر – الله أكبر – الله أكبر 2X – الله أكبر كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً لاَ إِلَهَ إِلاّاَلله ُوَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لاَ إِلَهَ إِلاّاَلله ُوَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ المُشْرِكُوْنَ وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ وَلَوْكَرِهَ المُناَفِقُوْنَ. الحَمْدُ لِلّهِ حَمْداً كَثِيْرًا كَماَ أَمَرَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ الله ُوَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ إِرْغاَماً لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الخَلَآئِقِ وَالبَشَرِ. صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ مَصَابِيْحَ الغُرَرِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيآأَيُّهاَالحاَضِرُوْنَ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَافْعَلُوْاالخَيْرَ وَاجْتَنِبُوْآ عَنِ السَّيِّآتِ. وَاعْلَمُوْآ أَنَّ الله َأَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّابِمَلَآئِكَةِ المُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. فَقاَلَ تعالى فِيْ كِتاَبِهِ الكَرِيْمِ أَعُوْذُ باِلله ِمِنَ الشَّيْطاَنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَحِيْمِ. إِنَّ اللهَ وَمَلَآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيْ يَآأَيُّهاَالَّذِيْنَ آمَنُوْآ صَلُّوْآ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. فَأَجِيْبُوْآالله َاِلَى مَادَعَاكُمْ وَصَلُّوْآ وَسَلِّمُوْأ عَلَى مَنْ بِهِ هَدَاكُمْ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصِحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَعَلَى التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. وَارْضَ الله ُعَنَّا وَعَنْهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الراَحِمِيْنَ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِناَتِ وَالمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ الأَحْيآءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعُ قَرِيْبٌ مُجِيْبٌ الدَّعَوَاتِ. اللَّهُمَّ انْصُرْأُمَّةَ سَيّدِناَ مُحَمَّدٍ. اللَّهُمَّ اصْلِحْ أُمَّةَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ. اللّهُمَّ انْصُرْ أُمَّةَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ. اللّهمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ. وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الدِّيْنَ. وَاجْعَلْ بَلْدَتَناَ إِنْدُوْنِيْسِيَّا هَذِهِ بَلْدَةً تَجْرِيْ فِيْهَا أَحْكاَمُكَ وَسُنَّةُ رَسُوْلِكَ ياَ حَيُّ ياَ قَيُّوْمُ. يآاِلهَناَ وَإِلهَ كُلِّ شَيْئٍ. هَذَا حَالُناَ ياَالله ُلاَيَخْفَى عَلَيْكَ. اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنّاَ الغَلآءَ وَالبَلآءَ وَالوَبآءَ وَالفَحْشآءَ وَالمُنْكَرَ وَالبَغْيَ وَالسُّيُوفَ المُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَآئِدَ وَالِمحَنَ ماَ ظَهَرَ مِنْهَا وَماَ بَطَنَ مِنْ بَلَدِناَ هَذاَ خاَصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ المُسْلِمِيْنَ عاَمَّةً ياَ رَبَّ العَالمَيْنَ. اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالمُسْلِمِيْنَ وَأَهْلِكِ الكَفَرَةَ وَالمُبْتَدِعَةِ وَالرَّافِضَةَ وَالمُشْرِكِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ. وَاجْعَلِ اللَّهُمَّ وِلاَيَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ. رَبَّناَ اغْفِرْ لَناَ وَلِإِخْوَانِناَ الَّذِيْنَ سَبَقُوْناَ بِالإِيمْاَنِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِناَ غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّناَ اِنَّكَ رَؤُوفٌ رَحِيْمٌ. رَبَّناَ آتِناَ فِيْ الدُّنْياَ حَسَنَةً وَفِيْ الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِناَ عَذَابَ النَّارِ وَالحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ العاَلمَيْنَ
Advertisement
Khutbah Idul Adha Tauhid Nabi Ibrahim
إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا. أَمَّا بَعْدُ: فَإِنْ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحِسَانِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SwT, karena atas rahmat dan karunia-Nya, kita di pagi yang indah ini bisa berkumpul bersama menikmati hangatnya sinar mentari, dan segarnya udara di pagi sambil mengumandangkan takbir, tahmid dan tahlil sebagai ekspresi mengagungkan Ilahi Rabbi, dan melaksanakan shalat sunah dua raka’at Idul Adha sebagai upaya pendekatan diri kepada Allah Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua.
Kita bertakbir tanda bersyukur kepada Allah SwT karena telah dipanjangkan usia di anugerahi hidup sehat, sehingga bisa mengalami kembali Idul Adha tahun ini. Tidak terasa lama waktu berlalu, masa berjalan, satu tahun serasa sebulan, sebulan serasa seminggu dan seminggu serasa sehari. Begitu singkat waktu kita rasakan, pertanda betapa perjalanan hidup kita demikian cepat, umur kita semakin pendek, memangkas kesempatan berlama tinggal di dunia dan kuburan yang kita benci kian hari semakin mendekat, Allahu Akbar. Pantas Allah mengingatkan kita dalam surat al-Ashr ayat 1-3.
وَٱلۡعَصۡرِ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَفِي خُسۡرٍ إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ
“Demi massa sesungguhnya manusia ada dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman, yang beramal sholeh dan orang yang saling bernasihat dalam kebenaran dan kesabaran.”
Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SwT dengan sepenuh hati. Kita niatkan di dalam hati, bahwa ibadah di pagi hari ini merupakan langkah awal kita, memulai perjalanan hidup yang penuh ketaatan dan ketabahan sebagaimana ketaatan para Nabi dan Shalihin.
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ
Jamaah Id yang berbahagia
Idul Adha adalah saat kita diingatkan kembali kepada riwayat perjalanan seorang Nabi teladan, seorang Nabi yang penuh dengan uswah hasanah. dengan ketekunannya mencari Tuhan pencipta sekaligus pemelihara alam semesta. Dialah Nabi Ibrahim as, dengan daya nalar yang kritis Nabi Ibrahim melihat keberadaan alam semesta yang sangat indah dan teratur tidak mungkin kalau tidak ada penciptanya. Maka setelah pengembaraan pikirannya mencari Tuhan maka akhirnya beliau menemukan jawaban seperti yang dinyatakan dalam al quran;
فَلَمَّا رَءَا ٱلشَّمۡسَ بَازِغَةٗ قَالَ هَٰذَا رَبِّي هَٰذَآ أَكۡبَرُۖ فَلَمَّآ أَفَلَتۡ قَالَ يَٰقَوۡمِ إِنِّي بَرِيٓءٞ مِّمَّا تُشۡرِكُونَ إِنِّي وَجَّهۡتُ وَجۡهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ حَنِيفٗاۖ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ
“Kemudian ketika dia melihat matahari terbit, dia berkata, “Inilah Tuhanku, ini lebih besar.” Tetapi ketika matahari terbenam, dia berkata, “Wahai kaumku! Sungguh, aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.” Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku (hanya) kepada Yang menciptakan langit dan bumi dengan (mengikuti) agama yang lurus dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik” ( QS al-An’am 78-79).
Hadirin yang berbahagia,
Keyakinan tauhid Nabi Ibrahim adalah tauhid aktif yaitu tauhid dengan diiringi oleh amal shaleh dan amar makruf nahi munkar. Beliau melaksanakan shalat dan zakat serta berbuat baik kepada sesama manusia. Kepada bapaknya walaupun berbeda agama tetap hormat bahkan dimintakan ampun kepada Allah. Menurut riwayat yang mashur, Nabi Ibrahim senang memberi makan orang lain, setiap makan beliau selalu ingin mengajak orang lain makan walau harus berjalan jauh untuk menemukan orang yang mau diajak makan bersama.
Dalam melakukan amar makruf nahi munkar beliau tunjukkan dengan berdakwah kepada keluarganya dan kepada kaumnya bahkan kepada penguasa pada zamannya. Beliau berdakwah dengan menyeru menghentikan penyembahan kepada patung-patung dan hawa nafsu dan menyeru untuk menyembah hanya kepada Allah Subhanahuwata’ala saja. Sehingga Nabi Ibrahim menerima konsekuensi dari dakwahnya, dijatuhi hukuman dengan dibakar hidup-hidup di depan umum. Dengan keyakinan dan iman yang kuat kepada Allah, tawakal dan berdoa, maka Allah menyelamatkan Nabi Ibrahim dengan memerintahkan kepada api supaya dingin sehingga bisa menyelamatkan Nabi Ibrahim dari kobaran api yang menyala-nyala.(QS, al-Anbiya:69).
قُلۡنَا يَٰنَارُ كُونِي بَرۡدٗا وَسَلَٰمًا عَلَىٰٓ إِبۡرَٰهِيمَ
Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim",
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ
Pelajaran dari sejarah Nabi Ibrahim kita dapat mengambil uswah hasanah dari beliau. bahwa iman itu harus hidup dan aktif. Bukan iman yang pasif dan statis. Iman aktif itu iman yang diekspresikan dalam tindakan amal sosial atau hablu min an-naas, melaksanakan amar makruf nahi munkar, serta berakhlak baik dalam pergaulan dengan sesama manusia.
Banyak sekali ayat Al-Qur’an maupun al-Hadits yang menyatakan bahwa indikator iman itu adalah amal baik dan akhlak karimah. Diantaranya hadits yang berbunyi:
عَنْ أَبِي حَمْزَةَ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ - خَادِمِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ " رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ
Artinya: "Dari Abu Hamzah Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, pembantu Rasulullah saw, dari Nabi saw bersabda, 'Salah seorang di antara kalian tidaklah beriman (dengan iman sempurna) sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.'" (HR. Bukhari dan Muslim).
Orang beriman harus ikut aktif melakukan kerja-kerja yang bermanfaat termasuk dalam hal ini ikut memakmurkan bumi dan memelihara bumi dari kerusakan. Bagi orang mukmin ketika melihat kerusakan lingkungan, maka dia akan ikut aktif untuk memperbaikinya. Supaya bumi tetap layak untuk dihuni dan nyaman untuk ditinggali. Sebab bumi sekarang menurut para ahli sudah dapat dirasakan dan terasa panas serta penuh sesak dihuni oleh 8 milyar penduduk sehingga terasa sempit.
Bumi sudah datar, panas dan penuh sesak diakibatkan oleh kerusakan lingkungan sehingga menyebabkan terjadi perubahan iklim. Berbagai bencana sudah terjadi: banjir, topan dan tanah longsor mengakibatkan kerugian manusia. Kenaikan suhu bumi dan diprediksi tahun 2050 Indonesia akan ditimpa suhu udara panas. Sehingga banyak tempat di bumi ini yang mengalami kekeringan dan terjadi gagal panen pertanian sehingga terjadi kekurangan pangan yang parah. Akan terjadi pengungsian besar besaran dari daerah kering miskin ke daerah yang subur makmur. menurut perkiraan para ahli akan terjadi sekitar 200 juta orang menjadi pengungsi pada tahun 2050.
Melihat kenyataan dan prediksi tersebut di atas selayaknya kita kaum muslimin prihatin dan berusaha menjadi terdepan untuk ikut andil untuk mengurangi kerusakan dan ikut memperbaiki keadaan Bumi. Mencegah kerusakan dan memelihara kesuburan bumi adalah perintah Allah supaya manusia selalu berbuat kebaikan.
۞وَإِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمۡ صَٰلِحٗاۚ قَالَ يَٰقَوۡمِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنۡ إِلَٰهٍ غَيۡرُهُۥۖ هُوَ أَنشَأَكُم مِّنَ ٱلۡأَرۡضِ وَٱسۡتَعۡمَرَكُمۡ فِيهَا فَٱسۡتَغۡفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوٓاْ إِلَيۡهِۚ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٞ مُّجِيبٞ
Artinya: Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)". (QS Hud ayat 61)
Sebaliknya kaum Muslimin jangan sampai ikut andil walau sedikit pun untuk menambah kerusakan di bumi ini karena Allah berfirman:
وَلَا تُفۡسِدُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ بَعۡدَ إِصۡلَٰحِهَا وَٱدۡعُوهُ خَوۡفٗا وَطَمَعًاۚ إِنَّ رَحۡمَتَ ٱللَّهِ قَرِيبٞ مِّنَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ
Artinya: Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (QA al-A’raf ayat 56).
Iman yang aktif adalah keyakinan yang diejawantahkan dalam bentuk amal shaleh atau amal yang bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, tetangga serta masyarakat pada umumnya serta bermanfaat bagi kelestarian alam semesta. Iman aktif jika dimanifestasikan dalam perayaan Idul Adha adalah di samping shalat Id juga kita dianjurkan untuk menyembelih hewan qurban. Iman aktif seseorang tidak hanya memiliki kesalehan individual juga dia melaksanakan kesalehan sosial. Qurban adalah salah satu bentuk kesalehan sosial yang berimplikasi kepada keberagamaan kita. Barangsiapa yang mampu lalu tidak berkurban maka ancamannya tidak boleh mendekat kepada tempat shalat kami (Rasul saw).
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَ
Hadirin yang berbahagia
Di akhir khutbah ini, khatib ingin mengajak kita semua memanfaatkan kesempatan yang ada untuk selalu berbuat baik. Mumpung masih diberi kesempatan hidup oleh Allah yang entah sampai kapan sisa umur ini masih ada. Sungguh alangkah indahnya jika umur yang tersisa ini kita gunakan untuk hal hal yang bermanfaat sehingga menjadi umur yang dipenuhi kasih sayang Allah, umur yang dipenuhi barakah Allah. Harta yang kita punya, mari kita gunakan untuk kepentingan kebaikan, kita gunakan untuk meraih kesenangan di akhirat yang abadi. Jangan sampai kita menyesal berkepanjangan ketika kita berada di alam keabadian.
Untuk menguatkan keimanan kita agar menjadi iman aktif marilah kita memanjatkan do’a kehadirat Allah SwT. Dan kita yakin do’a ini akan diamini para malaikat juga akan dikabulkan Allah SwT.
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ
يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ
. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمـُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمـُؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ فيَا قَاضِيَ الحَاجَاتِ.
اللّهُمَّ اِنَّا نَسْأَلُكَ سَلاَمَةً فِى الدِّيْنِ وَعَافِيَةً فِى الْجَسَدِ وَزِيَادَةً فِى الْعِلْمِ وَبَرَكَةً فِى الرِّزْقِ وَتَوْبَةً قَبْلَ الْمَوْتِ وَرَحْمَةً عِنْدَ الْمَوْتِ وَمَغْفِرَةً بَعْدَ الْمَوْتِ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْوَهَّابُ.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا.
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسلِمِين وَاجْمَعْ كَلِمَةَ الْمُسْلِمِينَ عَلَى الْحَقِّ يَا رَبَّ الْعَلَمِينَ.
اَللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا كَمَا أَلَّفْتَ بَيْنَ الْمُهَاجِرِينَ وَاْلأَنْصَارِ
اَللَّهُمَّ رَبَّنَا تَـقَـبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا… وَتُبْ عَلَينَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ