Sukses

11 Pesepak Bola Indonesia dengan Prestasi Mengagumkan, Dari Ramang Sampai Boas

Sepanjang sejarahnya, Timnas Indonesia telah bertanding sebanyak 839 kali di level internasional, dengan perolehan 338 kemenangan, 150 hasil imbang, dan 351 kekalahan.

Liputan6.com, Jakarta Perkembangan sepakbola di Indonesia mencerminkan sebuah perjalanan yang penuh dengan dinamika dan warna tersendiri. Para atlet berbakat yang menjadi legenda bermunculan dalam setiap era. Timnas Indonesia, yang awalnya dikenal sebagai Hindia Belanda, sudah ada sejak tahun 1921 dan mencatat sejarah penting dengan partisipasinya di Piala Dunia edisi ketiga pada tahun 1938.

Sepanjang sejarahnya, Timnas Indonesia telah bertanding sebanyak 839 kali di level internasional, dengan perolehan 338 kemenangan, 150 hasil imbang, dan 351 kekalahan. Timnas Indonesia bahkan pernah dikenal sebagai "Macan Asia" berkat kehadiran para pemain terbaiknya yang kini menjadi legenda. Prestasi di SEA Games 1991 saat Timnas Indonesia berhasil membuat Thailand bertekuk lutut, menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah sepakbola nasional.

Liga Indonesia sudah mulai digelar sejak tahun 1930, menjadi wadah bagi klub-klub sepakbola untuk berkompetisi dan menunjukkan kemampuan terbaik mereka. Persija Jakarta menjadi salah satu klub paling sukses dalam sejarah Liga Indonesia, dengan koleksi sebelas gelar juara. Persib Bandung, Persis Solo, dan PSM Makassar juga tidak kalah mentereng, masing-masing meraih tujuh trofi. Berikut deretan pesepakbola Indonesia dengan Prestasi Mengagumkan dari masa ke masa yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Minggu (16/6/2024).

2 dari 5 halaman

1. Andi Ramang

Andi Ramang adalah legenda sepak bola Indonesia yang lahir pada 24 April 1924 di Makassar, Sulawesi Selatan. Dianggap sebagai salah satu striker terbaik Indonesia, kariernya berlangsung dari akhir 1940-an hingga 1960-an. Ramang dikenal dengan tendangan keras dan akurat, serta kemampuan melakukan tembakan salto dan kecepatan luar biasa.

Ramang memulai karier profesionalnya di PSM Makassar dan membawa klubnya meraih dua gelar perserikatan. Pada level tim nasional, ia mulai membela Timnas Indonesia pada 1953. Saat itu, Timnas Indonesia dijuluki Macan Asia berkat kemenangan dalam tur Asia Timur, memenangkan lima dari enam laga yang diselenggarakan.

Prestasi luar biasa Ramang termasuk mencetak 19 gol dari total 25 gol yang dicetak Timnas Indonesia dalam enam pertandingan melawan tim-tim Asia Timur. Dia juga hampir membawa Indonesia ke Piala Dunia 1958 setelah mengalahkan China di babak kualifikasi. Namun, Indonesia mengundurkan diri dari putaran kedua kualifikasi karena alasan politik.

Ramang juga menjadi bagian dari timnas yang menahan imbang Jerman Timur 2-2 pada tahun 1959 dan menghadapi Uni Soviet di Olimpiade Melbourne 1956, di mana pertandingan berakhir 0-0. Sayangnya, kariernya berakhir tragis karena keterlibatannya dalam skandal suap pada 1962, yang membuatnya dilarang bermain untuk Timnas Indonesia seumur hidup.

Meskipun kehidupannya berakhir dalam kemiskinan, Ramang diakui oleh FIFA sebagai salah satu pemain yang menginspirasi puncak kejayaan sepak bola Indonesia pada 1950-an. FIFA bahkan mengangkat kisah kehebatannya dalam situs resmi mereka pada peringatan ke-25 tahun kematiannya.

2. Soetjipto Soentoro

Soetjipto Soentoro, atau dikenal sebagai Gareng, adalah salah satu penyerang tersubur Timnas Indonesia. Lahir pada 16 Juni 1941 di Bandung, Gareng mencetak 37 gol dalam 61 penampilan untuk timnas selama periode 1965-1970. Dengan tubuh mungilnya, Gareng terkenal sebagai penyerang berbahaya pada era 1960-an.

Salah satu momen yang dikenang adalah ketika Gareng mencetak trigol ke gawang Werder Bremen saat Timnas Indonesia melakukan tur Eropa. Prestasi terbaiknya termasuk memimpin timnas meraih juara Piala Emas Agha Khan 1966 dan Piala Raja 1968. Gareng juga mencetak lima gol dalam kemenangan 11-1 melawan China di turnamen Merdeka 1968.

3. Iswadi Idris

Iswadi Idris adalah pemain serbabisa asal Aceh yang sering menempati posisi sayap kanan. Lahir pada 16 Maret 1948, Iswadi dikenal dengan kecepatan dan akselerasinya di sisi sayap. Ia menyumbangkan medali perak Asian Games 1970 dan menjadi kapten Timnas Indonesia pada medio 1970-an hingga 1980.

Bersama Soetjipto Soentoro, Jacob Sihasale, dan Abdul Kadir, Iswadi dikenal sebagai bagian dari kuartet tercepat di Asia. Menurut RSSSF, Iswadi adalah pencetak gol terbanyak kedua dalam sejarah Timnas Indonesia dengan 55 gol dalam 97 penampilan, hanya kalah dari Abdul Kadir yang mencetak 70 gol dalam 111 penampilan.

3 dari 5 halaman

4. Ronny Pattinasarany

Ronny Pattinasarany, salah satu gelandang terbaik dalam sejarah sepak bola Indonesia, memulai kariernya di PSM Makassar sebelum pindah ke klub Galatama, Warna Agung. Di Warna Agung, Ronny meraih gelar pemain terbaik Galatama pada tahun 1979 dan 1981, menegaskan kualitasnya sebagai salah satu pemain top di liga domestik.

Bersama Timnas Indonesia, Ronny tampil dalam 31 pertandingan dan menunjukkan kehebatannya di tingkat internasional. Pada tahun 1982, ia masuk dalam daftar All Star Asia, sebuah penghargaan prestisius yang menyoroti kemampuannya di lapangan. Selain itu, ia menyumbangkan medali perak untuk Indonesia di SEA Games 1979 dan 1981. Keberhasilannya di level klub dan internasional menjadikan Ronny Pattinasarany sebagai legenda sepak bola Indonesia.

5. Ricky Yakobi

Ricky Yakobi, lahir di Medan pada 12 Maret 1963, dikenal sebagai salah satu striker terbaik Indonesia. Karier profesionalnya dimulai di PSMS Medan pada usia 16 tahun, di mana bakatnya segera menarik perhatian. Ricky bergabung dengan Timnas Indonesia pada tahun 1985 dan bermain hingga 1991.

Salah satu pencapaian terbesar Ricky bersama timnas adalah membawa pulang medali emas dari SEA Games 1987 di Jakarta. Penampilannya yang impresif di lini depan membuatnya menjadi andalan timnas dan dihormati oleh rekan-rekannya. Ricky Yakobi tidak hanya dikenal karena keterampilan mencetak golnya tetapi juga karena dedikasinya kepada timnas selama bertahun-tahun, menjadikannya salah satu legenda sepak bola Indonesia.

6. Robby Darwis

Robby Darwis adalah salah satu pemain yang sukses bersama Timnas Indonesia dan Persib Bandung. Lahir pada 30 Oktober 1961, Robby tercatat dua kali meraih medali emas di SEA Games, yaitu pada 1987 dan 1991. Prestasi ini belum bisa disamai oleh skuad Garuda lainnya hingga saat ini. Dalam kurun waktu 1987-1997, Robby memperkuat Timnas Indonesia dalam 53 pertandingan dan mencetak tiga gol.

Sebagai pemain yang identik dengan nomor punggung enam, Robby juga meraih empat gelar juara bersama Persib Bandung, yakni pada 1986, 1989/1990, 1993/1994, dan 1994/1995. Salah satu kenangan terindahnya adalah saat Persib Bandung menghadapi AC Milan pada 1994, meski kalah telak 0-8. Pengalaman tersebut tetap menjadi momen berharga dalam karier Robby.

Robby Darwis tidak hanya dikenang sebagai pemain, tetapi juga sebagai asisten pelatih dan caretaker di Persib Bandung. Kontribusinya terhadap sepak bola Indonesia sangat besar, baik di level klub maupun tim nasional.

4 dari 5 halaman

7. Kurniawan Dwi Yulianto

Kurniawan Dwi Yulianto, lahir pada 13 Juli 1976 di Magelang, adalah striker terbaik Indonesia pada akhir 1990-an hingga awal 2000-an. Dalam 59 penampilannya untuk Timnas Indonesia dari 1995 hingga 2005, Kurniawan mencetak 33 gol. Dia dikenal sebagai pemain yang selalu masuk dalam daftar pencetak gol terbanyak setiap musim meski tidak pernah menjadi top scorer.

Kurniawan mengawali kariernya di PSSI Primavera dan sempat bermain di Italia bersama Sampdoria dan Lucern FC di Swiss. Meskipun penampilannya di Eropa cukup menjanjikan, kariernya di Indonesia mengalami pasang surut. Setelah kembali ke Indonesia, Kurniawan meraih trofi juara Liga Indonesia bersama PSM Makassar pada musim 1999/2000 dan bersama Persebaya Surabaya pada musim 2004.

Meskipun sempat terlibat dalam kasus narkoba, Kurniawan berhasil bangkit dan menjadi bagian penting dari timnas Indonesia di berbagai turnamen. Setelah pensiun, Kurniawan mencoba peruntungan sebagai pelatih dan kini berperan sebagai asisten pelatih Timnas Indonesia U-22 untuk SEA Games 2023.

8. Hendro Kartiko

Hendro Kartiko, yang dikenal sebagai salah satu kiper terbaik yang pernah dimiliki oleh Timnas Indonesia, memulai kariernya di Jawa Timur sebelum bergabung dengan Mitra Surabaya. Kariernya di timnas dimulai pada tahun 1996 ketika ia dipanggil untuk seleksi Piala Asia. Selama 15 tahun, Hendro mengabdikan dirinya untuk timnas dan mendapatkan julukan "Barthez Asia" karena kemampuan hebatnya di bawah mistar gawang.

Hendro Kartiko turut berpartisipasi dalam tiga edisi Piala Asia, menunjukkan konsistensi dan keterampilan yang membuatnya dihormati di level internasional. Selain bermain untuk timnas, Hendro juga memperkuat beberapa klub besar Indonesia seperti Persebaya, PSM Makassar, PSPS Pekanbaru, Arema, dan Mitra Kukar. Karier panjang dan dedikasinya membuat Hendro Kartiko menjadi inspirasi bagi banyak penjaga gawang muda di Indonesia.

9. Bambang Pamungkas

Bambang Pamungkas, yang dikenal sebagai Bepe, adalah pemain dengan penampilan terbanyak di Timnas Indonesia. Sepanjang kariernya dari 1998 hingga 2012, Bambang memperkuat Skuad Garuda dalam 87 laga internasional dan mencetak banyak gol penting. Ia memulai karier profesionalnya di klub Divisi II Belanda, ECH Norad, pada tahun 2000 sebelum kembali ke Indonesia dan meraih sukses bersama Persija Jakarta.

Bambang Pamungkas menjadi top scorer Liga Indonesia musim 2000 dan membantu Persija Jakarta meraih juara kasta elite musim 2001. Ia juga bermain untuk Selangor FA di Malaysia dan mempersembahkan tiga gelar sekaligus pada tahun 2005. Di level timnas, Bambang mencatat prestasi sebagai pencetak gol terbanyak Piala Tiger 2002 dengan delapan gol.

Salah satu momen ikoniknya adalah mencetak gol dalam pertandingan Timnas Indonesia melawan Bahrain di Piala Asia 2007 yang berakhir dengan kemenangan 2-1 untuk Indonesia. Setelah mengakhiri kariernya di Timnas Indonesia pada tahun 2013, Bambang turut mempersembahkan gelar Liga 1 2018 untuk Persija sebelum pensiun pada akhir 2019.

Bambang Pamungkas dikenal sebagai inspirasi dan panutan bagi banyak pesepak bola muda Indonesia. Kariernya yang panjang, ketajamannya sebagai striker, dan kharismanya di dalam dan luar lapangan menjadikannya role model yang sempurna bagi generasi berikutnya.

5 dari 5 halaman

10. Firman Utina

Firman Utina adalah salah satu gelandang terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Pertama kali memperkuat Timnas Indonesia pada SEA Games 2001 di Malaysia, Firman segera menjadi langganan dalam skuad Garuda. Penampilannya yang konsisten dan kemampuan untuk mengendalikan lini tengah membuatnya menjadi pemain kunci.

Salah satu momen puncak dalam karier Firman bersama timnas adalah pada Piala Asia 2007, di mana ia menjadi Man of the Match saat Indonesia menghadapi Bahrain. Kontribusinya dalam pertandingan tersebut sangat besar, termasuk dalam gol-gol yang dicetak oleh Bambang Pamungkas dan Budi Sudarsono.

Prestasi tertinggi Firman di Timnas Indonesia terjadi pada Piala AFF 2010 yang digelar di Indonesia. Meski menjadi wakil kapten, Firman sering mengenakan ban kapten karena Bambang Pamungkas lebih sering dicadangkan. Firman tampil gemilang di lini tengah, memberikan umpan-umpan matang dan menjadi motor serangan tim. Salah satu kontribusi terbaiknya adalah umpan kepada Cristian Gonzales yang berbuah gol di leg pertama dan kedua semifinal melawan Filipina.

11. Boaz Solossa

Boaz Solossa adalah legenda hidup sepak bola Indonesia dan Persipura Jayapura. Lahir di Sorong, Papua, Boaz memulai karier profesionalnya bersama Persipura dan segera menjadi andalan tim sejak awal 2000-an. Dengan lima gelar Liga Indonesia, termasuk Indonesia Soccer Championship (ISC) A, Boaz adalah salah satu pemain paling sukses di tanah air.

Nama Boaz meroket pada tahun 2004 ketika ia dipanggil ke Timnas Indonesia untuk Piala AFF 2004 pada usia 18 tahun. Pelatih Peter Withe saat itu menyebutnya sebagai pemain istimewa dengan permainan yang matang di usia muda. Sejak saat itu, Boaz menjadi pemain tak tergantikan di timnas hingga 2018, kecuali ketika ia cedera.

Boaz mengalami dua cedera parah selama kariernya di timnas. Pertama, pada Piala AFF 2014 ketika kakinya patah akibat tekel dari bek Singapura, Baihakki Khaizan. Cedera kedua terjadi pada tahun 2007 ketika melawan Hong Kong, yang membuatnya harus menepi selama hampir dua tahun.

Meski sering dilanda cedera, Boaz tetap menunjukkan kualitasnya sebagai penyerang handal. Dari 48 penampilan bersama Timnas Indonesia antara 2004 dan 2018, Boaz mencetak 14 gol. Di tingkat liga domestik, ia mencatatkan 176 gol, menjadikannya pencetak gol terbanyak keempat di era Liga Indonesia, di belakang Christian Gonzales, Budi Sudarsono, dan Bambang Pamungkas.