Liputan6.com, Jakarta Obligasi merupakan instrumen investasi yang cukup populer di kalangan para investor. Obligasi juga dikenal sebagai surat utang yang diterbitkan oleh suatu pihak, baik itu pemerintah maupun perusahaan, dengan tujuan untuk mengumpulkan dana dari masyarakat. Obligasi dapat menjadi pilihan investasi yang menarik karena memberikan sejumlah keuntungan, seperti pendapatan tetap dan jangka waktu investasi yang relatif lebih pendek dibandingkan dengan saham.
Baca Juga
Advertisement
Secara sederhana, obligasi dapat dianggap sebagai bentuk pinjaman yang diberikan oleh investor kepada pihak yang menerbitkan obligasi tersebut. Dalam hal ini, investor menjadi kreditor yang akan menerima pembayaran bunga secara rutin dari pihak yang menerbitkan obligasi hingga jatuh tempo. Setelah jatuh tempo, obligasi akan dikembalikan kepada investor beserta pokok pinjaman yang telah dijanjikan.
Terdapat beberapa jenis obligasi yang dapat dipilih oleh investor, antara lain obligasi pemerintah, obligasi korporasi, dan obligasi daerah. Obligasi pemerintah adalah surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah untuk membiayai proyek atau kegiatan negara.
Sementara itu, obligasi korporasi diterbitkan oleh perusahaan dengan tujuan mendapatkan dana untuk ekspansi bisnis atau meningkatkan likuiditas. Selain itu, obligasi daerah merupakan surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah daerah guna membiayai proyek infrastruktur atau pembangunan daerah.
Perbedaan utama antara obligasi dan saham terletak pada sifat kepemilikannya. Jika investor membeli obligasi, maka ia akan menjadi kreditor dan memiliki klaim terhadap kewajiban pembayaran yang harus dipenuhi oleh pihak yang menerbitkan obligasi. Sedangkan jika investor membeli saham, maka ia akan menjadi pemilik saham dan memiliki bagian kepemilikan dari perusahaan tersebut.
Untuk memahami lebih dalam apa itu obligasi, simak penjelasan selengkapnya berikut ini seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa (18/6/2024).
Apa itu Obligasi?
Obligasi adalah surat utang atau surat pengakuan utang yang diterbitkan oleh pihak berhutang kepada pihak yang berpiutang. Obligasi ini biasanya diterbitkan oleh perusahaan atau pemerintah dengan tujuan untuk mendapatkan dana dari investor. Dalam penerbitannya, obligasi dilengkapi dengan perjanjian yang mengikat antara pihak berhutang dengan pihak yang berpiutang.
Penerbit obligasi disebut sebagai debitur, sedangkan pembeli obligasi adalah kreditur atau investor. Pihak yang membeli obligasi akan memberikan dana kepada pihak yang menerbitkan obligasi. Dana tersebut nantinya akan dijadikan sebagai pinjaman yang harus dilunasi oleh pihak debitur.
Pembayaran yang harus dilunasi oleh debitur merupakan kombinasi antara utang pokok dan bunga yang biasa disebut dengan kupon. Utang pokok adalah jumlah pinjaman yang harus dikembalikan kepada investor pada saat jatuh tempo obligasi. Sementara itu, kupon adalah bunga atau keuntungan yang diterima oleh investor secara periodik berdasarkan persentase yang telah disepakati dalam perjanjian.
Obligasi berfungsi sebagai instrumen investasi di pasar modal. Investor dapat memilih obligasi sebagai alternatif investasi selain saham. Selain itu, obligasi juga dapat diperjualbelikan di pasar sekunder, sehingga investor memiliki fleksibilitas untuk menjual obligasinya sebelum jatuh tempo.
Secara keseluruhan, obligasi adalah surat utang jangka panjang yang diterbitkan oleh pihak berhutang kepada pihak berpiutang. Obligasi ini memungkinkan investor untuk mendapatkan keuntungan berupa bunga dan dapat diperjualbelikan di pasar sekunder.
Advertisement
Jenis Obligasi Berdasarkan Penerbit
Obligasi merupakan salah satu instrumen keuangan yang populer dalam dunia investasi. Obligasi dapat didefinisikan sebagai surat berharga yang diterbitkan oleh suatu lembaga atau pihak tertentu sebagai bukti utang yang harus dikembalikan dalam jangka waktu tertentu beserta pembayaran bunga yang telah disepakati. Berdasarkan penerbitnya, obligasi dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu pemerintah, korporasi, dan pemeritah daerah.
1. Obligasi Pemerintah
Obligasi pemerintah adalah surat utang yang diterbitkan oleh negara. Sebagai instrumen investasi, obligasi pemerintah sangat diminati para investor karena dianggap relatif aman dari risiko gagal bayar. Surat utang ini sah secara hukum dan dilindungi oleh berbagai peraturan, termasuk undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan menteri keuangan (PMK), dan aturan-aturan lainnya.
Di Indonesia, pemerintah seringkali menerbitkan obligasi jenis ini setiap satu tahun sekali. Terdapat beberapa jenis obligasi dalam obligasi pemerintah, antara lain Obligasi Negara Ritel Indonesia (ORI), Sukuk Ritel (SukRi), Saving Bond Ritel (SBR), dan Sukuk Negara Tabungan (ST). Surat utang dengan nama depan "sukuk" berarti surat utang yang berbasis syariah.
Investor dapat memperoleh keuntungan dari obligasi pemerintah dalam bentuk bunga yang dibayarkan secara periodik. Bunga yang diterima biasanya lebih tinggi daripada bunga deposito bank. Selain itu, obligasi pemerintah juga memiliki beragam jangka waktu, mulai dari beberapa bulan hingga beberapa tahun.
Namun, sebelum berinvestasi dalam obligasi pemerintah, sebaiknya calon investor memperhatikan tingkat risiko, nilai tukar, likuiditas, dan suku bunga pasar. Hal ini dapat membantu investor dalam membuat keputusan investasi yang tepat.
2. Obligasi Korporasi
Obligasi korporasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau perusahaan swasta. Hal ini berbeda dengan obligasi pemerintah yang diterbitkan oleh pemerintah dalam rangka membiayai kegiatan pemerintahan. Obligasi korporasi sering digunakan oleh perusahaan untuk memperoleh dana tambahan dalam rangka mendukung operasional atau ekspansi bisnis.
Obligasi korporasi memiliki jangka waktu jatuh tempo yang cenderung pendek, minimal satu tahun. Namun, jangka waktu ini dapat bervariasi tergantung kebutuhan perusahaan penerbit. Sama halnya dengan obligasi pada umumnya, obligasi korporasi juga memberikan pembayaran bunga kepada pemegang obligasi dalam jangka waktu tertentu. Besar bunga yang dibayarkan tergantung pada kesepakatan antara perusahaan penerbit dengan pemegang obligasi.
Risiko obligasi korporasi lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi pemerintah. Hal ini dikarenakan obligasi korporasi terkait dengan kinerja dan kondisi perusahaan penerbit. Jika perusahaan mengalami kesulitan keuangan atau likuiditas yang buruk, risiko default atau gagal bayar obligasi dapat terjadi. Namun, risiko obligasi korporasi juga tergantung pada kondisi pasar serta kondisi politik negara di mana perusahaan tersebut beroperasi.
Dalam investasi obligasi korporasi, investor perlu mengkaji dengan cermat profil perusahaan penerbit obligasi, kinerja keuangan, serta faktor-faktor risiko yang dapat mempengaruhi nilai dan imbal hasil investasi tersebut. Keputusan investasi obligasi korporasi harus didasarkan pada analisis yang seksama demi melindungi nilai investasi yang dilakukan.
3. Obligasi Pemerintah Daerah
Obligasi pemerintah daerah adalah jenis obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah suatu daerah. Obligasi ini memiliki tujuan untuk membantu pemerintah daerah dalam melaksanakan proyek-proyek pembangunan yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas infrastruktur dan pelayanan publik di wilayah tersebut.
Dalam hal ini, pemerintah daerah mengeluarkan obligasi sebagai salah satu sumber pendanaan untuk mendukung pembangunan seperti pembangunan jalan, jembatan, gedung pemerintahan, irigasi, dan proyek-proyek strategis lainnya. Melalui penerbitan obligasi, pemerintah daerah dapat mengumpulkan dana dari masyarakat atau lembaga keuangan dengan memberikan imbal hasil berupa bunga secara periodik kepada para investor.
Obligasi pemerintah daerah dapat memiliki jangka waktu tertentu sesuai dengan kebutuhan proyek yang didanai. Biasanya, pemerintah daerah akan menjadwalkan pembayaran kembali obligasi bersamaan dengan aliran penerimaan kas yang mereka terima dari pendapatan pemerintahan atau pendapatan proyek yang dibiayai oleh obligasi tersebut.
Investor yang berpartisipasi dalam pembelian obligasi pemerintah daerah juga akan mendapatkan pendapatan pasif dari bunga yang diberikan oleh pemerintah daerah sesuai tingkat suku bunga yang disepakati pada saat penerbitan obligasi.
Dalam konteks pemberdayaan perekonomian daerah, obligasi pemerintah daerah memainkan peran penting sebagai instrumen investasi yang memberikan harapan pengembalian yang stabil dan aman bagi investor serta mendukung pembangunan ekonomi secara berkelanjutan di wilayah tersebut.
Jenis Obligasi Berdasarkan Nominal
Obligasi adalah salah satu instrumen keuangan yang dapat diperdagangkan di pasar modal. Obligasi ini merupakan surat utang yang diterbitkan oleh perusahaan atau pemerintah dengan tujuan untuk mendapatkan dana dari investor. Dalam dunia obligasi, terdapat berbagai jenis obligasi, yakni sebagai berikut.
1. Obligasi Konvensional
Obligasi konvensional adalah jenis surat utang yang diterbitkan oleh perusahaan atau pemerintah untuk mendapatkan dana dari investor. Obligasi ini memiliki satuan nominal yang relatif besar, umumnya sekitar Rp1 miliar per lot, dan memiliki jangka waktu tertentu sebelum jatuh tempo.
Saat membeli obligasi konvensional, investor sebenarnya sedang memberikan pinjaman kepada penerbit obligasi, baik itu perusahaan maupun pemerintah. Dalam satu obligasi konvensional, terdapat berbagai informasi yang penting seperti satuan nominal, tingkat bunga, jangka waktu, dan tanggal jatuh tempo.
Obligasi konvensional memberikan keuntungan bagi investor berupa bunga yang dibayarkan secara periodik, biasanya dalam jangka waktu tertentu, seperti setiap bulan atau setiap enam bulan sekali. Tingkat bunga yang diberikan oleh obligasi konvensional umumnya lebih tinggi daripada simpanan di bank, sehingga menarik bagi para investor yang mencari alternatif investasi yang lebih menguntungkan.
Pada saat jatuh tempo, penerbit obligasi akan mengembalikan dana pinjaman kepada investor sesuai dengan satuan nominal yang tertera dalam obligasi. Dalam hal ini, obligasi konvensional memberikan jaminan atas pengembalian modal yang diberikan oleh investor.
Secara keseluruhan, obligasi konvensional merupakan instrumen investasi yang dapat memberikan keuntungan dari bunga dan jaminan pengembalian modal. Namun, investor perlu memahami risiko yang terkait dengan obligasi ini, sehingga dapat membuat keputusan investasi yang bijaksana.
2. Obligasi Ritel
Obligasi ritel merujuk pada surat utang yang memiliki nilai nominal kecil, umumnya sekitar Rp1 juta. Meskipun pemerintah seringkali yang menerbitkan obligasi ritel, perusahaan korporat juga dapat menerbitkannya. Obligasi ini memberikan kesempatan kepada masyarakat umum untuk berinvestasi dalam instrumen keuangan yang relatif aman dan memiliki potensi keuntungan yang stabil.
Pada dasarnya, obligasi ritel berfungsi sebagai bentuk pinjaman yang diberikan investor kepada pihak yang menerbitkan obligasi. Dalam hal ini, investor lebih dikenal sebagai pemegang obligasi. Dalam kesepakatan ini, pemegang obligasi akan memperoleh sejumlah imbalan dalam bentuk bunga yang ditetapkan pada periode tertentu selama jangka waktu obligasi berlaku.
Obligasi ritel memiliki beberapa keuntungan. Pertama, nilai nominal yang relatif kecil membuatnya terjangkau bagi investor individu yang ingin berinvestasi dengan modal yang terbatas. Kedua, obligasi ritel umumnya dianggap lebih aman dibandingkan instrumen investasi lainnya karena kemungkinan risiko gagal bayar yang rendah.
Investor dapat memperoleh pendapatan tetap dari obligasi ritel sesuai dengan tingkat bunga yang ditetapkan. Selain itu, obligasi ritel juga memberikan fleksibilitas kepada investor untuk menjualnya di pasar sekunder, jika nantinya ada kebutuhan mendesak atau mereka memutuskan untuk mengakhiri investasi sebelum jatuh tempo.
Secara keseluruhan, obligasi ritel adalah instrumen investasi yang dapat memberikan keuntungan yang stabil dan dapat diakses oleh investor individu dengan nilai nominal yang terjangkau. Investasi dalam obligasi ritel memberikan kesempatan bagi masyarakat umum untuk berpartisipasi dalam pasar keuangan dan mengatur keuangan pribadi mereka dengan lebih baik.
Advertisement
Jenis Obligasi Berdasarkan Imbal Hasil
Obligasi adalah instrumen keuangan yang sering digunakan oleh pemerintah, perusahaan, atau lembaga keuangan untuk menghimpun dana dari publik. Obligasi dapat dibedakan berdasarkan imbal hasilnya, yakni sebagai berikut.
1. Obligasi Konvensional
Obligasi konvensional adalah salah satu jenis obligasi berdasarkan imbal hasil yang umum ditemui di pasar keuangan. Obligasi ini diartikan sebagai surat utang yang diterbitkan oleh pihak tertentu seperti perusahaan atau pemerintah untuk mendapatkan pinjaman. Dalam hal ini, pihak yang menerbitkan obligasi bertindak sebagai peminjam, sedangkan investor yang membeli obligasi berperan sebagai pemberi pinjaman.
Pada obligasi konvensional, terdapat perjanjian yang menyatakan bahwa pihak yang menerbitkan obligasi akan memberikan imbal hasil atau bunga kepada investor dalam jangka waktu tertentu. Tingkat bunga ini biasanya tetap dan telah ditentukan sebelumnya, sehingga disebut juga sebagai obligasi konvensional tetap.
Imbal hasil obligasi konvensional bisa dibayarkan secara berkala, misalnya setiap bulan atau setiap 6 bulan sekali, atau bisa juga dibayarkan pada akhir masa jatuh tempo obligasi. Besarnya imbal hasil ditentukan oleh pengenalaya utang yang melibatkan penawaran dan permintaan di pasar keuangan.
Investor yang membeli obligasi konvensional memiliki hak untuk menerima pembayaran imbal hasil sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Obligasi konvensional umumnya memiliki jangka waktu tertentu, biasanya beberapa tahun hingga puluhan tahun.
Dalam hal ini, investor dapat memperoleh pendapatan passif dari imbal hasil yang diberikan oleh pihak yang menerbitkan obligasi. Meskipun imbal hasil tetap, namun harga obligasi di pasar sekunder dapat berfluktuasi tergantung pada tingkat suku bunga, risiko perusahaan atau pemerintah, serta faktor-faktor ekonomi lainnya. Oleh karena itu, obligasi konvensional dapat memberikan keuntungan dan risiko bagi para investor.
2. Obligasi Syariah
Obligasi syariah atau sukuk adalah instrumen keuangan yang memberikan imbal hasil kepada pemegangnya berupa uang sewa. Perbedaan utama antara obligasi syariah dengan obligasi konvensional terletak pada perhitungannya yang didasarkan pada prinsip syariah Islam dan tidak mengandung unsur riba.
Imbal hasil dari sukuk akan dibayarkan secara berkala dalam periode tertentu sesuai dengan kesepakatan yang ditetapkan dalam kontrak. Imbal hasil ini dapat berbeda-beda tergantung pada jenis sukuk yang diterbitkan. Ada beberapa jenis sukuk berdasarkan imbal hasil, antara lain:
- Sukuk Mudharabah: Pada jenis ini, investor bertindak sebagai pemilik modal dan penerbit sukuk bertindak sebagai mudharib atau pengelola. Imbal hasil dibayarkan berdasarkan keuntungan yang dihasilkan dari usaha atau proyek yang dibiayai oleh sukuk tersebut.
- Sukuk Musharakah: Dalam sukuk ini, investor dan penerbit sukuk bekerja sama dalam sebuah proyek atau usaha. Imbal hasil dibayarkan berdasarkan profit sharing (bagi hasil) sesuai dengan kesepakatan yang telah ditetapkan sebelumnya.
- Sukuk Ijarah: Pada jenis ini, investor menyewakan aset kepada penerbit sukuk. Imbal hasil diperoleh dari pembayaran sewa oleh penerbit sukuk selama jangka waktu tertentu.
- Sukuk Murabahah: Sukuk ini merupakan bentuk pembiayaan dengan prinsip murabahah atau jual beli dengan keuntungan yang ditetapkan. Imbal hasil diperoleh dari selisih harga jual dan harga beli barang atau aset yang dibiayai oleh sukuk tersebut.
Sesuai prinsip syariah, peminjam akan melunasi pokok utang pada tanggal jatuh tempo yang telah ditentukan. Obligasi syariah atau sukuk menjadi alternatif investasi yang menarik bagi para investor yang ingin berinvestasi sesuai dengan prinsip syariah.
Jenis Obligasi Berdasarkan Jaminan
Obligasi adalah instrumen investasi yang umum digunakan oleh perusahaan maupun pemerintah untuk mengumpulkan dana dari investor. Dalam dunia keuangan, obligasi didefinisikan sebagai surat utang jangka panjang yang diterbitkan oleh penerbit obligasi kepada pemegang obligasi. Jaminan adalah suatu hal yang memberikan kepastian bagi pemegang obligasi bahwa penerbit obligasi akan memenuhi kewajibannya dalam membayar bunga dan pokok obligasi yang telah diterbitkan. Berdasarkan jaminannya, obligasi dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu obligasi tanpa jaminan (unsecured bonds) dan obligasi dengan jaminan (secured bonds).
1. Secured Bonds
Obligasi terjamin atau secured bonds adalah jenis obligasi yang dijaminkan dengan kekayaan milik penerbit atau dapat pula dijaminkan oleh pihak ketiga. Saat penerbit obligasi menjual obligasinya, dana yang diperoleh akan digunakan untuk membeli aset tertentu yang nantinya akan dipinjamkan ke perusahaan.
Secured bonds ini memiliki tiga jenis yang berbeda, yaitu mortgage bonds, collateral trust bonds, dan equipment trust certificate. Pertama, mortgage bonds adalah surat utang yang dijamin oleh properti berupa gedung atau bangunan. Dengan demikian, jika penerbit mengalami kesulitan membayar hutang, aset tersebut dapat dilelang untuk membayar kembali investor obligasi.
Kedua, collateral trust bonds adalah surat utang yang dijaminkan dengan saham atau obligasi yang dimiliki oleh penerbit. Jika penerbit tidak mampu membayar hutang, saham atau obligasi yang dijaminkan dapat dilelang untuk melunasi hutang kepada investor obligasi.
Terakhir, equipment trust certificate adalah surat utang yang digunakan untuk mendanai berbagai aset seperti pesawat, gerbong kereta, atau truk. Aset tersebut dijaminkan kepada investor sebagai jaminan atas pembayaran hutang. Jika penerbit gagal membayar, aset tersebut dapat diambil oleh investor sebagai ganti kerugian.
Dalam kesimpulan, secured bonds adalah jenis obligasi yang dijaminkan dengan kekayaan milik penerbit atau pihak ketiga. Keberadaan jaminan ini memberikan perlindungan tambahan bagi investor, karena jika penerbit mengalami kesulitan membayar hutang, aset yang dijaminkan dapat dijual untuk melunasi kewajiban.
2. Unsecured Bonds
Obligasi merupakan salah satu instrumen keuangan yang populer di pasar modal. Salah satu jenis obligasi yang sering diperdagangkan adalah obligasi tanpa jaminan (unsecured bonds).
Unsecured bonds merupakan jenis obligasi yang tidak dijamin dengan kekayaan milik penerbit obligasi. Dalam artian, jika penerbit obligasi mengalami kebangkrutan, pemegang obligasi tidak memiliki jaminan atas aset penerbit untuk mendapatkan kembali investasinya.
Ada tiga jenis unsecured bonds yang umum dikenal. Pertama adalah debentur (debentures), sebuah surat utang yang hanya diterbitkan oleh perusahaan yang memiliki kredibilitas dan kepercayaan yang tinggi di mata pasar. Debentur ini tidak dijamin dengan jaminan tertentu dan hanya bergantung pada kemampuan penerbit untuk membayar kembali pokok dan bunga obligasi.
Kedua adalah subordinated debentures, jenis obligasi yang tidak akan dibayar jika ada obligasi yang lebih senior atau mendapatkan prioritas dalam pembayaran. Pemegang subordinated debentures akan mendapatkan pembayaran terakhir setelah semua kewajiban yang lebih senior terpenuhi.
Ketiga adalah income bonds, surat utang yang diterbitkan oleh perusahaan ketika mereka mendapatkan laba. Perusahaan akan membayar bunga obligasi ini hanya jika mereka menghasilkan laba. Obligasi ini sering digunakan dalam restrukturisasi perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang buruk.
Dalam kesimpulannya, unsecured bonds atau obligasi tanpa jaminan adalah jenis obligasi yang tidak dijamin dengan kekayaan milik penerbit. Untuk itu, pemegang obligasi ini memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi yang dijamin. Pemegang unsecured bonds sangat bergantung pada kemampuan penerbit untuk membayar kembali pokok obligasi dan bunga yang terkait.
Advertisement
Jenis Obligasi Berdasarkan Hak Penukaran
Obligasi adalah salah satu instrumen investasi yang umum digunakan dalam dunia keuangan. Obligasi merupakan surat hutang yang diterbitkan oleh perusahaan atau pemerintah untuk mendapatkan dana dari investor. Sebagai imbalannya, penerbit obligasi memberikan bunga kepada investor selama jangka waktu tertentu. Namun, berdasarkan hak penukarannya, obligasi dapat dibedakan menjadi empat jenis.
1. Obligasi Konversi
Obligasi konversi adalah jenis surat utang yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk mengkonversikannya menjadi saham perusahaan. Dalam hal ini, pemegang obligasi memiliki kesempatan untuk menukarkan posisi surat utang yang dimilikinya menjadi surat kepemilikan atau saham perusahaan penerbit. Rasio penukaran yang telah disepakati sebelumnya akan menjadi acuan dalam menghitung jumlah saham yang akan diterima oleh pemegang obligasi.
Perbedaan utama dari obligasi konversi dengan obligasi biasa terletak pada potensi keuntungan yang dapat diperoleh. Obligasi biasa memberikan pendapatan tetap dalam bentuk kupon, sedangkan obligasi konversi memberikan peluang bagi pemegang obligasi untuk mendapatkan keuntungan dari perubahan harga saham perusahaan. Oleh karena itu, tingkat kupon yang ditawarkan pada obligasi konversi biasanya lebih rendah daripada obligasi biasa, karena investor dianggap telah diberi kemudahan untuk mengubah posisi surat utang menjadi saham.
Keputusan untuk mengkonversi obligasi menjadi saham biasanya dilakukan oleh pemegang obligasi ketika harga saham perusahaan meningkat. Dalam situasi ini, mengkonversi obligasi menjadi saham akan memberikan keuntungan yang lebih besar daripada hanya mempertahankan posisi surat utang.
Obligasi konversi dapat menjadi pilihan investasi yang menarik bagi investor yang ingin mendapatkan keuntungan dari pertumbuhan perusahaan melalui kenaikan harga sahamnya. Namun, perlu diingat bahwa hasil investasi dalam obligasi konversi juga tergantung pada kinerja perusahaan penerbit. Oleh karena itu, sebelum melakukan investasi dalam obligasi konversi, investor disarankan untuk melakukan analisis terhadap prospek pertumbuhan perusahaan tersebut. Dengan memahami mekanisme dan karakteristik obligasi konversi, investor dapat mengambil keputusan investasi yang lebih bijaksana.
2. Obligasi Tukar
Obligasi tukar adalah salah satu jenis surat utang yang memiliki kemampuan untuk diubah menjadi saham afiliasi penerbitnya. Dalam hal ini, pemegang obligasi memiliki hak untuk menukar obligasi yang dimilikinya menjadi saham, baik saham anak atau saham induk perusahaan yang menerbitkan obligasi tersebut.
Obligasi tukar sangat mirip dengan obligasi konversi, namun terdapat perbedaan utama antara keduanya. Dalam obligasi tukar, menukar obligasi menjadi saham hanya dapat dilakukan dengan saham afiliasi penerbit, sedangkan dalam obligasi konversi, pemegang obligasi memiliki fleksibilitas untuk menukar obligasi menjadi saham di perusahaan lain.
Dengan adanya obligasi tukar, perusahaan memiliki keuntungan dalam menggalang dana melalui penerbitan obligasi. Para investor yang membeli obligasi ini memiliki opsi untuk melakukan konversi menjadi saham, sehingga dapat menjadi pemegang saham di perusahaan tersebut. Selain itu, dengan obligasi tukar, perusahaan juga dapat meningkatkan likuiditas saham, mengurangi beban bunga, serta mengurangi jumlah utang yang harus dibayarkan pada saat jatuh tempo obligasi.
Oleh karena itu, obligasi tukar menjadi alternatif yang menarik bagi investor yang ingin mendapatkan keuntungan dari investasi mereka dan juga menjadi bagian dari pemegang saham di perusahaan yang menerbitkan obligasi tersebut. Namun, investor juga harus mempertimbangkan risiko yang terkait dengan pergerakan harga saham selama periode tukar obligasi menjadi saham.
3. Obligasi Opsi Beli
Obligasi Opsi Beli merupakan salah satu jenis obligasi yang memberikan hak kepada penerbit obligasi untuk membelinya kembali dari tangan investor sesuai harga yang telah disepakati sebelumnya. Dalam hal ini, investor memiliki keistimewaan untuk menawarkan harga yang lebih tinggi dari kupon yang dijanjikan pada saat pembelian obligasi tersebut.
Dalam transaksi obligasi opsi beli, investor memiliki hak dan kebebasan untuk menjual obligasi kepada penerbitnya dengan harga yang lebih tinggi dari nilai nominal obligasi. Hal ini bisa menjadi keuntungan bagi investor apabila harga obligasi berada di atas harga pasar pada saat dilakukan pembelian kembali oleh penerbit.
Salah satu kelebihan dari obligasi opsi beli adalah memberikan fleksibilitas bagi investor untuk memanfaatkan potensi keuntungan yang lebih tinggi jika harga obligasi mengalami kenaikan. Selain itu, obligasi opsi beli juga memberikan perlindungan bagi investor karena penerbit obligasi secara kontrak telah menyetujui pembelian kembali dengan harga yang telah ditentukan sebelumnya.
Namun, investor perlu mempertimbangkan dengan baik potensi risiko yang dapat terjadi. Jika harga obligasi berada di bawah harga pasar, investor mungkin tidak akan mengambil opsi beli dan tetap memegang obligasi hingga jatuh tempo. Dalam hal ini, keuntungan yang diperoleh oleh investor akan sesuai dengan kupon yang dijanjikan pada saat pembelian obligasi.
Secara keseluruhan, obligasi opsi beli adalah instrumen keuangan yang memberikan fleksibilitas bagi investor untuk memperoleh keuntungan yang lebih tinggi jika harga obligasi naik. Namun, investor perlu mempertimbangkan dengan cermat risiko dan potensi keuntungan dalam melakukan investasi ini.
4. Putable Bonds
Obligasi putable, atau yang lebih dikenal dengan sebutan putable bonds, adalah jenis obligasi yang memiliki karakteristik yang lebih tegas dalam kewajiban membeli kembali obligasi dari tangan investor. Pada jenis obligasi ini, investor memiliki hak untuk mengharuskan penerbit obligasi untuk membeli kembali surat utangnya.
Dalam konteks ini, investor memiliki fleksibilitas untuk menjual kembali obligasi sebelum jatuh tempo kepada penerbit obligasi. Hal ini berbeda dengan obligasi konvensional, dimana investor umumnya tidak memiliki hak untuk memaksa penerbit obligasi membelinya kembali sebelum jatuh tempo.
Ketika investor memilih untuk menjalankan haknya pada obligasi putable, penerbit obligasi biasanya akan membayar harga pokok yang diinvestasikan ditambah dengan suku bunga yang telah ditetapkan pada saat pembelian. Dalam beberapa kasus, harga jual kembali obligasi dapat disesuaikan dengan penyesuaian harga pasar yang berlaku pada saat itu.
Keuntungan utama dari obligasi putable adalah memberikan perlindungan kepada investor dari perubahan suku bunga yang signifikan. Jika suku bunga pada pasar meningkat, investor dapat memilih untuk menjalankan haknya dan menjual kembali obligasi pada harga yang telah ditetapkan. Sebaliknya, jika suku bunga pada pasar menurun, investor dapat mempertahankan obligasi untuk memperoleh keuntungan dari tingkat suku bunga yang lebih rendah.
Obligasi putable adalah instrumen investasi yang cocok bagi investor yang ingin memiliki kontrol yang lebih tinggi terhadap investasinya. Namun, sebelum memutuskan untuk berinvestasi dalam obligasi putable, penting bagi investor untuk mempertimbangkan dengan cermat segala risiko dan kondisi pasar yang mungkin terjadi.
Jenis Obligasi Berdasarkan Pembayaran Bunga
Obligasi adalah salah satu instrumen investasi yang banyak diminati oleh para investor. Obligasi merupakan surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan dengan tujuan untuk mendapatkan dana. Dalam dunia investasi, obligasi dapat menjadi alternatif yang menarik karena memberikan keuntungan berupa pembayaran bunga secara periodik. Berdasarkan pembayaran bunganya, obligasi dapat dibedakan menjadi empat jenis, yakni berikut.
1. Obligasi Kupon
Obligasi kupon adalah instrumen keuangan berupa surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah, perusahaan, atau lembaga lainnya untuk mendapatkan dana. Obligasi ini memiliki ciri khas yang membedakannya dengan jenis obligasi lainnya, yaitu memberikan pembayaran bunga secara berkala kepada pihak investor.
Pada obligasi kupon, terdapat kesepakatan antara pihak pengeluarkan obligasi (emitennya) dan investor mengenai tingkat suku bunga yang akan diberikan. Dalam surat utang ini tercantum jumlah nominal yang akan diterima oleh investor sebagai pembayaran bunga sesuai periode yang ditentukan.
Obligasi kupon memiliki masa jatuh tempo tertentu, di mana setelah masa jatuh tempo berakhir, pihak emiten akan mengembalikan jumlah pokok utang kepada investor. Selain itu, pada masa jatuh tempo tersebut juga dapat dilakukan penebusan sebelum jatuh tempo jika terjadi kesepakatan antara kedua belah pihak.
Keuntungan bagi investor dalam obligasi kupon adalah mendapatkan pembayaran bunga dari jumlah investasi yang ditanamkan secara teratur, sehingga cukup menarik bagi mereka yang mencari alternatif sumber pendapatan tetap. Namun, perlu diingat bahwa tingkat risiko dan tingkat suku bunga yang ditawarkan pada obligasi kupon dapat berbeda-beda tergantung dari profil emitennya.
Dalam investasi obligasi kupon, investor perlu memahami risiko yang melekat pada produk keuangan ini sebelum mengambil keputusan. Sebagai instrumen investasi yang dapat memberikan pendapatan tetap, obligasi kupon dapat menjadi salah satu pilihan yang menarik dalam melakukan diversifikasi portofolio keuangan.
2. Obligasi Tanpa Bunga (Zero Coupon Bonds)
Obligasi tanpa bunga atau zero coupon bonds adalah surat utang yang tidak memberikan bunga atau kupon secara berkala kepada pemiliknya. Dalam hal ini, investor membeli obligasi dengan diskonto, yaitu harga yang lebih rendah dari nilai nominal obligasi tersebut. Keuntungan yang diperoleh oleh investor adalah selisih antara harga jual diskonto dan nilai nominal obligasi saat diperdagangkan.
Obligasi tanpa bunga merupakan pilihan investasi yang menarik bagi investor yang ingin memperoleh keuntungan pada saat jatuh tempo obligasi. Pada awalnya, investor tidak menerima pembayaran bunga secara reguler seperti pada obligasi konvensional. Namun, saat obligasi mencapai masa jatuh tempo, investor akan menerima pembayaran pokok sesuai dengan nilai nominal obligasi tersebut.
Keuntungan utama dari obligasi tanpa bunga adalah bahwa investor dapat membeli obligasi dengan harga diskonto, sehingga mereka dapat memperoleh keuntungan yang signifikan saat obligasi mencapai masa jatuh tempo. Selain itu, obligasi tanpa bunga juga memberikan kepastian bagi investor mengenai jumlah keuntungan yang akan diperoleh pada saat jatuh tempo.
Meskipun obligasi tanpa bunga tidak memberikan penghasilan reguler seperti obligasi konvensional, namun jenis investasi ini tetap menjadi pilihan menarik bagi investor karena dapat memberikan keuntungan yang lebih tinggi pada saat jatuh tempo.
3. Obligasi Kupon Tetap (Fixed Coupon Bonds)
Obligasi kupon tetap, juga dikenal sebagai Fixed Coupon Bonds, adalah salah satu jenis surat utang atau instrumen keuangan yang ditawarkan kepada investor. Obligasi ini memberikan investor tingkat suku bunga tetap yang akan diterima hingga jatuh tempo surat utang tersebut.
Dalam Obligasi kupon tetap, investor akan menerima pembayaran bunga yang sudah ditentukan pada saat pembelian obligasi dan akan tetap tidak berubah sampai jatuh tempo. Artinya, investor sudah bisa memastikan imbal hasil yang bakal diterima dari investasinya.
Obligasi kupon tetap biasanya dikeluarkan oleh pemerintah, perusahaan, atau lembaga keuangan sebagai cara untuk meminjam dana dari publik. Imbal hasil yang ditawarkan pada obligasi ini lebih rendah dibandingkan dengan obligasi kupon mengambang (floating coupon bonds) yang memiliki tingkat suku bunga yang berubah-ubah.
Sebagai contoh, jika seorang investor membeli obligasi kupon tetap dengan jatuh tempo 5 tahun dan tingkat suku bunga tetap 5% per tahun, maka investor akan menerima pembayaran bunga setiap tahun sebesar 5% dari jumlah obligasi yang dimiliki hingga jatuh tempo 5 tahun.
Obligasi kupon tetap juga memiliki risiko yang harus diperhatikan oleh investor, seperti risiko suku bunga, risiko inflasi, dan risiko kredit emiten. Oleh karena itu, sebelum berinvestasi dalam obligasi kupon tetap, penting bagi investor untuk memahami sepenuhnya prospek investasi tersebut dan melakukan penilaian risiko yang tepat.
4. Obligasi Kupon Mengambang (Floating Coupon Bonds)
Obligasi kupon mengambang atau Floating Coupon Bonds merupakan salah satu jenis obligasi yang menawarkan kupon yang dapat berubah-ubah nilainya tergantung dengan indeks pasar uang. Dalam hal ini, nilai kupon yang ditetapkan pada awal masa perjanjian obligasi dapat berfluktuasi mengikuti perubahan indeks pasar uang yang menjadi acuan.
Sebagai contoh, jika obligasi ini memiliki kupon batas minimal sebesar 5%, maka kupon pertama yang ditetapkan akan menjadi patokan minimal yang berlaku hingga waktu jatuh tempo obligasi. Namun, jika nilai indeks pasar uang naik, maka kupon yang diberikan kepada pemegang obligasi juga akan meningkat. Sebaliknya, jika nilai indeks pasar uang turun, kupon yang diberikan akan mengikuti penurunan tersebut.
Keistimewaan dari jenis obligasi ini adalah pemegang obligasi dapat memperoleh potensi keuntungan yang lebih tinggi jika nilai indeks pasar uang naik. Namun, di sisi lain, pemegang obligasi juga harus siap dengan risiko kupon yang lebih rendah jika nilai indeks pasar uang turun.
Obligasi kupon mengambang ini biasanya diminati oleh para investor yang memiliki toleransi risiko yang cukup tinggi dan mampu memperhatikan dan memprediksi pergerakan indeks pasar uang dengan akurat. Hal ini karena perubahan kupon yang terjadi pada jenis obligasi ini dapat mempengaruhi tingkat pengembalian investasi yang diperoleh oleh pemegang obligasi.
Advertisement
Contoh Obligasi
Obligasi adalah bentuk surat utang yang diterbitkan oleh sebuah perusahaan atau lembaga dengan tujuan untuk mengumpulkan dana dari investor. Obligasi ini kemudian diperdagangkan di pasar modal. Ada beberapa jenis obligasi yang dapat dijadikan contoh, antara lain:
- Obligasi Korporasi: Obligasi ini diterbitkan oleh perusahaan swasta, termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Perusahaan menerbitkan obligasi ini untuk mendapatkan dana dari investor guna membiayai proyek atau ekspansi bisnis.
- Surat Utang Negara (SUN): SUN merupakan surat berharga yang diterbitkan oleh pemerintah sesuai dengan Undang-Undang No.24/2002. SUN digunakan oleh pemerintah untuk membiayai kegiatan pembangunan dan proyek infrastruktur yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian negara.
- Sukuk Korporasi: Obligasi ini diterbitkan berdasarkan prinsip-prinsip syariah sesuai dengan ketentuan dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam & LK) Nomor IX.A.13 tentang Efek Syariah. Sukuk Korporasi menawarkan alternatif investasi yang sesuai dengan prinsip syariah bagi para investor.
- Surat Berharga Syariah Negara (SBSN): SBSN adalah surat berharga yang diterbitkan oleh pemerintah berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam sesuai dengan Undang-Undang No.19/2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara. Dana yang terkumpul dari penerbitan SBSN digunakan untuk membiayai proyek-proyek yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
- Efek Beragun Aset (EBA): EBA merupakan efek utang yang diterbitkan dengan underlying asset sebagai dasar penerbitannya. Underlying asset ini bisa berupa properti, kendaraan, atau aset lainnya. EBA memungkinkan pemilik underlying asset untuk mendapatkan dana dari investor dengan menjaminkan aset tersebut.
Itulah beberapa contoh obligasi yang diterbitkan dan diperdagangkan di pasar modal. Melalui penerbitan obligasi, perusahaan atau pemerintah dapat memperoleh dana yang diperlukan untuk kegiatan bisnis atau pembangunan, sementara investor dapat memperoleh imbal hasil dari investasi mereka.
Keuntungan dan Risiko Berinvestasi dalam Obligasi
Obligasi adalah surat utang yang dapat diterbitkan oleh pemerintah, perusahaan, atau institusi keuangan untuk mengumpulkan dana dari investor. Sebagai investor, berinvestasi dalam obligasi memiliki keuntungan dan risiko yang perlu dipertimbangkan.
Salah satu kelebihan berinvestasi dalam obligasi adalah memperoleh keuntungan dari penjualan aset modal yang harganya lebih tinggi. Selain itu, kupon obligasi juga memiliki nilai yang lebih tinggi daripada keuntungan bunga deposito. Anda juga dapat menggunakan obligasi sebagai jaminan dan agunan untuk mengambil pinjaman ke bank atau membeli saham di bursa efek.
Keuntungan lainnya adalah mendapatkan kupon atau nisbah secara periodik dari efek bersifat utang yang dibeli. Tingkat kupon atau nisbah yang diterima dari obligasi juga lebih tinggi daripada bunga Bank Indonesia. Selain itu, tingkat imbal hasil obligasi sudah diperhitungkan pada awal investasi. Di pasar sekunder, investor juga memiliki banyak pilihan seri efek bersifat utang yang bisa dipilih.
Meskipun memiliki banyak kelebihan, berinvestasi dalam obligasi juga memiliki kekurangan. Tingkat bunga pada obligasi sangat bergantung pada besaran bunga di pasar keuangan. Jika harga obligasi naik, maka tingkat bunga akan turun dan sebaliknya. Selain itu, obligasi juga memiliki risiko gagal bayar jika peminjam tidak mampu membayar bunga dan pokok utang. Risiko capital loss juga dapat terjadi jika investor menjual obligasi sebelum jatuh tempo dengan harga lebih rendah dari saat dibeli.
Dalam berinvestasi dalam obligasi, penting bagi investor untuk mempertimbangkan keuntungan dan risiko yang ada. Meskipun relatif aman, obligasi tetap memiliki risiko yang perlu diwaspadai. Oleh karena itu, pengambilan keputusan investasi harus dilakukan dengan hati-hati dan berdasarkan penelitian yang matang.
Advertisement
Cara Membeli Obligasi
Dalam berinvestasi obligasi, terdapat beberapa tahapan yang perlu dilakukan agar berhasil membeli obligasi. Berikut adalah langkah-langkahnya:
1. Memahami Produk Obligasi yang Dipilih
Tahap pertama yang perlu dilakukan adalah memahami produk obligasi yang akan dibeli. Investor perlu memahami jenis investasi yang akan dilakukan, risiko yang mungkin terjadi, dan potensi keuntungannya. Dengan pemahaman yang baik, investor dapat merencanakan investasinya dengan lebih baik.
2. Memilih Perusahaan Sekuritas
Setelah mengetahui jenis obligasi yang diinginkan, investor perlu memilih perusahaan sekuritas yang akan menangani transaksi pembelian dan penjualan obligasi. Pilih perusahaan sekuritas yang memiliki reputasi terpercaya, pengalaman yang baik, tim yang solid, dan nilai obligasi yang kompetitif.
3. Membuka Rekening
Selanjutnya, investor perlu membuka rekening di perusahaan sekuritas yang dipilih. Melalui proses ini, investor dapat menyesuaikan sistem investasi seperti jangka waktu, kupon, dan instrumen lainnya sesuai dengan kebutuhan dan tujuan investasinya.
4. Memulai Transaksi
Setelah memiliki rekening, investor dapat memberikan amanat pembelian kepada trader atau broker obligasi yang dipilih. Pembayaran pembelian obligasi dapat dilakukan melalui transfer ke perusahaan sekuritas. Setelah pembayaran selesai, investor perlu menunggu proses administrasi atas transaksi tersebut. Obligasi yang dibeli akan tercatat pada rekening perusahaan sekuritas yang terdaftar di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
Selain itu, pemegang obligasi juga dapat memantau perkembangan obligasi dan menjualnya di pasar sekunder sesuai dengan nilai pasar atau harga sebelum jatuh tempo. Dengan mengikuti tahapan-tahapan tersebut, investor dapat membeli obligasi secara efektif dan mengoptimalkan keuntungan dari investasi obligasi.
Perbedaan Obligasi dan Saham
Obligasi dan saham adalah dua jenis investasi yang berbeda dan memiliki karakteristik yang unik. Meskipun keduanya adalah dokumen penting yang diterbitkan oleh perusahaan dan membawa keuntungan bagi investor maupun penerbit, terdapat perbedaan yang sangat jelas antara keduanya.
Pertama, perbedaan yang signifikan antara obligasi dan saham terletak pada fungsi masing-masing. Obligasi hanya merupakan bukti piutang perusahaan kepada investor, sedangkan surat saham adalah bukti kepemilikan sah atas bagian perusahaan. Dengan kata lain, obligasi tidak memberikan hak kepemilikan atas perusahaan seperti halnya saham.
Kedua, obligasi memiliki masa berlaku atau jatuh tempo yang telah ditentukan. Setelah jatuh tempo, penerbit harus membayar utang dan kupon bunga kepada investor, dan keuntungan investasi tersebut berhenti. Di sisi lain, saham tidak memiliki masa berlaku atau jatuh tempo, sehingga kepemilikan saham tetap berlangsung selama saham tersebut tidak dijual. Keuntungan juga terus diperoleh selama saham masih dimiliki.
Perbedaan berikutnya terletak pada harga transaksi jual beli. Harga saham sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti inflasi, kondisi ekonomi, dan perubahan kondisi politik. Hal ini menyebabkan risiko yang relatif besar bagi investor saham. Sebaliknya, harga obligasi cenderung tidak terpengaruh oleh kondisi keuangan dan investor tetap memperoleh keuntungan sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati sebelumnya. Dengan demikian, obligasi dapat dikatakan sebagai investasi yang memiliki risiko lebih kecil.
Perbedaan lainnya terletak pada besar keuntungan yang diperoleh. Keuntungan dari obligasi tergantung pada ketentuan bunga yang terdapat dalam surat obligasi. Jumlah yang dibayarkan kepada investor tetap sama, terlepas dari kondisi keuangan perusahaan. Sementara itu, keuntungan saham lebih besar karena didapatkan dari jumlah saham yang dimiliki oleh investor dan hasil laba perusahaan. Ini sejalan dengan risiko yang lebih besar yang harus ditanggung oleh investor saham.
Terakhir, pajak juga merupakan perbedaan yang signifikan antara obligasi dan saham. Pemegang saham harus membayar pajak atas dividen yang diterima sebagai bagian dari pendapatan mereka. Namun, pembayaran pajak dilakukan secara otomatis oleh perusahaan melalui potongan dari dividen. Di sisi lain, pajak dalam obligasi sudah termasuk dalam biaya perusahaan, sehingga investor tidak perlu membayar pajak tambahan atas pendapatan yang diperoleh dari obligasi.
Secara keseluruhan, obligasi dan saham memiliki perbedaan dalam hal fungsi, masa berlaku, harga transaksi jual beli, besar keuntungan, dan kewajiban pajak. Memahami perbedaan ini penting bagi investor untuk memilih jenis investasi yang sesuai dengan tujuan dan toleransi risiko mereka.
Advertisement