Sukses

Terlalu Sering Kentut dan Berbau Busuk? Waspadai 13 Masalah Kesehatan Ini

Frekuensi kentut yang terlalu sering dan berbau busuk dapat menjadi gejala dari beberapa masalah kesehatan.

Liputan6.com, Jakarta Kentut, atau sering disebut juga sebagai flatus, adalah proses pelepasan gas yang terjadi di dalam saluran pencernaan. Gas-gas ini dapat terbentuk dalam tubuh ketika kita menelan udara saat makan atau minum, atau pun sebagai hasil dari proses pencernaan makanan di dalam usus. Meski mungkin terdengar tabu, kentut sebenarnya memiliki fungsi penting bagi tubuh.

Salah satu fungsi utama kentut adalah untuk mengeluarkan gas-gas yang tidak diperlukan oleh tubuh. Dalam satu hari, seseorang dapat mengeluarkan kentut sebanyak 10 hingga 20 kali. Namun, jika seseorang mengalami kondisi di mana frekuensi kentutnya terlalu sering, terutama jika kentut tersebut berbau busuk, maka hal ini bisa menjadi pertanda adanya masalah kesehatan yang mendasarinya.

Frekuensi kentut yang terlalu sering dan berbau busuk dapat menjadi gejala dari beberapa masalah kesehatan. Berikut adalah sejumlah masalah kesehatan yang ditandai oleh intensitas kentut yang terlalu sering, sebagaimana telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Sabtu (22/6/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 7 halaman

1. Sindrom Iritasi Usus (IBS)

Sindrom Iritasi Usus (IBS) adalah kondisi yang menyebabkan sejumlah gangguan pencernaan, termasuk perut kembung, sering kentut, dan diare. Faktor penyebab IBS bisa bervariasi, mulai dari faktor genetik hingga masalah gerakan usus. Saat ini, belum ada obat yang dapat menyembuhkan IBS secara total.

Namun, Anda dapat mengelola dan mencegah IBS dengan beberapa tindakan. Salah satunya adalah menghindari makanan pemicu IBS, seperti makanan pedas, berlemak, atau yang mengandung gas. Selain itu, menyesuaikan pola makan dan mengonsumsi makanan tinggi serat juga dapat membantu mengurangi kekambuhan IBS.

Dalam beberapa kasus, dokter dapat meresepkan obat-obatan seperti antispasmodik, antibiotik, atau obat pencahar ringan untuk mengontrol gejala IBS. Namun, setiap individu memiliki respons yang berbeda terhadap pengobatan, sehingga penting untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi obat apa pun.

Untuk menjaga kesehatan usus dan mencegah kentut yang terlalu sering, penting juga untuk menjaga kebiasaan hidup sehat. Ini termasuk menghindari stres berlebih, berolahraga secara teratur, dan mendapatkan cukup istirahat. Dengan menjaga keseimbangan pola makan dan gaya hidup yang sehat, kita dapat mengurangi intensitas kentut yang terlalu sering yang terkait dengan Sindrom Iritasi Usus (IBS).

2. Mengonsumsi Makanan yang Sulit Dicerna

Makanan sulit dicerna dapat menjadi penyebab seseorang sering mengalami kentut. Beberapa jenis makanan sulit dicerna oleh tubuh dibandingkan dengan jenis makanan lainnya. Makanan dengan kandungan serat dan gula tinggi cenderung lebih sulit untuk dicerna oleh tubuh kita.

Selama proses pencernaan, makanan yang sulit dicerna akan mengalami fermentasi di dalam usus besar. Hal ini dapat menyebabkan produksi gas dalam sistem pencernaan dan akhirnya keluar melalui kentut. Contoh makanan yang sulit dicerna dan berpotensi meningkatkan frekuensi kentut antara lain adalah kacang-kacangan, kubis, brokoli, susu, dan keju.

Kacang-kacangan mengandung senyawa yang sulit dicerna oleh enzim pencernaan kita, seperti raffinose dan stachyose. Saat makanan ini mencapai usus besar, bakteri dalam saluran pencernaan kita akan memecah senyawa-senyawa tersebut dan menghasilkan gas, yang lalu dikeluarkan melalui kentut.

Selain itu, makanan seperti kubis, brokoli, susu, dan keju mengandung laktosa atau serat yang sulit dicerna oleh tubuh kita. Kelebihan laktosa dalam usus dapat menyebabkan gangguan pencernaan, seperti diare atau kembung. Kembung inilah yang akhirnya menjadi penyebab sering kentut.

Untuk mengatasi masalah ini, sebaiknya kita mengurangi konsumsi makanan yang sulit dicerna atau mencoba memasak makanan dengan teknik yang dapat memecah senyawa-senyawa sulit dicerna. Selain itu, bisa juga mengonsumsi makanan yang dapat membantu pencernaan, seperti yoghurt probiotik atau suplemen enzim pencernaan. Jika masalah kentut terus berlanjut dan mengganggu aktivitas sehari-hari, sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk mencari tahu kemungkinan masalah kesehatan tertentu yang mendasarinya.

 

3 dari 7 halaman

3. Stres dan Kecemasan

Stres dan kecemasan dapat memengaruhi sistem pencernaan melalui mekanisme fisik dan psikologis, yang pada gilirannya dapat menjadi penyebab sering sendawa dan kentut. Ketika seseorang mengalami stres atau kecemasan, mereka cenderung mengalami perubahan dalam pola makan mereka. Beberapa orang mungkin kehilangan nafsu makan atau makan dengan cepat, sementara yang lain mungkin mencari kenyamanan dalam makanan tinggi lemak atau gula.

Perubahan-perubahan ini dalam pola makan dapat mempengaruhi fungsi pencernaan dan meningkatkan produksi gas di dalam saluran pencernaan. Akibatnya, seringnya sendawa atau kentut dapat menjadi gejala yang dialami oleh individu yang stres atau cemas.

Mengelola stres dan kecemasan dengan menggunakan teknik-teknik relaksasi seperti meditasi, pernapasan dalam, atau olahraga dapat membantu mengurangi gejala-gejala ini. Namun, jika stres dan kecemasan sangat mengganggu atau sulit dikendalikan, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter atau profesional kesehatan mental untuk mendapatkan bantuan lebih lanjut.

Mengingat pentingnya memahami bahwa seringnya sendawa atau kentut tidak hanya sekadar masalah umum, tetapi juga dapat menjadi tanda adanya masalah kesehatan tertentu, sangat penting bagi individu untuk memperhatikan dan memeriksakan diri mereka jika gejala-gejala tersebut terjadi dengan frekuensi yang tidak wajar atau disertai dengan gejala lain yang mencemaskan.

4. Gangguan Pencernaan

Kentut yang terjadi secara sering bisa menjadi tanda bahwa seseorang sedang mengalami gangguan pencernaan. Ada beberapa gangguan pencernaan yang dapat menyebabkan kentut berlebihan.

Pertama, penyakit celiac merupakan suatu kondisi di mana sistem kekebalan tubuh seseorang bereaksi terhadap gluten yang terdapat dalam makanan. Sindrom ini dapat menyebabkan peradangan pada usus dan menyebabkan kentut yang lebih sering.

Kedua, diabetes juga dapat menyebabkan kentut berlebihan. Ketika kadar gula darah tinggi, tubuh tidak dapat mencerna makanan dengan baik. Hal ini dapat menyebabkan fermentasi makanan di dalam usus dan menghasilkan gas berlebih yang keluar melalui kentut.

Selanjutnya, penyakit GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) merupakan kondisi yang menyebabkan asam lambung naik ke kerongkongan. Hal ini dapat meningkatkan produksi gas di dalam perut dan akhirnya keluar melalui kentut.

Radang usus, seperti penyakit Crohn dan kolitis ulseratif, juga dapat menyebabkan kentut berlebihan. Peradangan yang terjadi pada dinding usus dapat mempengaruhi pembentukan dan pengeluaran gas dalam perut.

Intoleransi laktosa, yaitu ketidakmampuan tubuh untuk mencerna gula laktosa yang terdapat dalam produk susu, juga dapat menyebabkan kentut berlebihan. Hal ini disebabkan oleh fermentasi laktosa oleh bakteri usus yang menghasilkan gas.

Dengan demikian, seringnya kentut dapat menjadi tanda adanya gangguan pencernaan. Kendati demikian, jika seseorang mengalami kentut terus menerus, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter untuk mencari penyebab yang tepat dan mendapatkan pengobatan yang sesuai.

 

4 dari 7 halaman

5. Konstipasi

Konstipasi atau sembelit adalah kondisi di mana seseorang mengalami kesulitan atau jarang buang air besar. Keluhan yang sering terjadi pada konstipasi adalah perut kembung, nyeri saat buang air besar, dan rasa tidak nyaman pada area perut. Ternyata, sering kentut juga dapat menjadi salah satu gejala dari konstipasi.

Makanan yang dikonsumsi akan melewati saluran pencernaan dan akan dicerna di usus. Jika proses pencernaan terganggu atau terlambat, makanan akan mengendap dalam usus dalam waktu yang cukup lama. Hal ini dapat menyebabkan makanan tersebut mengalami fermentasi oleh bakteri usus.

Fermentasi makanan oleh bakteri usus akan menghasilkan gas yang berlebihan dalam perut. Gas-gas tersebut akan menumpuk dan menimbulkan rasa kembung dan tidak nyaman pada perut. Salah satu cara tubuh untuk mengeluarkan gas adalah melalui proses kentut.

Jika kamu mengalami konstipasi, perbanyaklah mengonsumsi air putih dan makanan bernutrisi seimbang. Selain itu, tetaplah aktif dan lakukan aktivitas fisik yang cukup. Dengan begitu, kondisi konstipasi dapat dicegah atau dikurangi, sehingga frekuensi kentut yang berlebihan juga dapat berkurang.

6. Perubahan Bakteri dalam Saluran Cerna

Kentut adalah proses alami yang terjadi dalam tubuh manusia. Namun, jika kentut terlalu sering, hal ini bisa menimbulkan masalah kesehatan tertentu. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan kentut terus menerus adalah adanya perubahan bakteri dalam saluran cerna.

Perubahan bakteri pada saluran cerna dapat terjadi akibat pengobatan dengan antibiotik. Antibiotik bekerja dengan cara membunuh bakteri jahat yang menyebabkan infeksi. Namun, obat ini juga bisa membunuh bakteri baik dalam jumlah maupun jenisnya. Ketika jumlah bakteri baik berkurang, bakteri jahat dapat berkembang biak dengan cepat dan menghasilkan gas yang memicu kentut berlebihan.

Selain itu, makanan yang mengandung bakteri juga dapat menyebabkan munculnya gas pada perut yang memicu kentut berlebihan. Beberapa makanan seperti kacang-kacangan, brokoli, kol, dan makanan fermentasi seperti yoghurt dan sauerkraut mengandung bakteri atau serat tertentu yang sulit dicerna oleh tubuh.

Jika kamu mengalami kentut terlalu sering, penting untuk memperhatikan pola makan dan penggunaan antibiotik. Jika masalah ini terus berlanjut atau kamu merasa ada masalah kesehatan lain yang terkait, sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Pastikan juga untuk membaca artikel "Ini Penjelasan Kentut Bisa Deteksi Kesehatan" agar kamu bisa lebih memahami tentang kentut dan kaitannya dengan deteksi penyakit.

 

5 dari 7 halaman

7. Makan Terlalu Cepat

Sering kentut adalah kondisi yang mengganggu, terutama jika terjadi terlalu sering. Tidak hanya merasa malu di hadapan orang lain, tetapi kondisi ini juga dapat menjadi tanda adanya masalah kesehatan tertentu. Salah satu penyebab umum sering kentut adalah kebiasaan makan terlalu cepat.

Ketika makan dengan sangat cepat, ia cenderung menelan udara dalam jumlah yang banyak. Rebekah Gross, M.D., seorang ahli gastroenterologist di Joan H. Tisch Center for Women's Health di New York Langone Medical Center, menjelaskan bahwa udara yang terlalu banyak masuk ke dalam tubuh dapat menyebabkan produksi gas yang banyak pula. Kondisi ini dapat meningkatkan proporsi perut dan memicu tubuh untuk mengeluarkan gas melalui sendawa atau kentut.

Selain itu, kebiasaan makan sambil berbicara juga dapat menyebabkan terlalu banyak udara masuk ke dalam tubuh. Hal ini dapat terjadi terutama saat berbicara dengan mulut yang terbuka, yang memungkinkan lebih banyak udara masuk ke dalam tubuh.

Agar mengurangi kentut yang terlalu sering, disarankan untuk mengubah kebiasaan makan menjadi lebih lambat. Oleh karena itu, penting untuk mengunyah makanan secara perlahan dan menghindari makan sambil berbicara. Jika kentut yang sering tetap menjadi masalah yang mengganggu, sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk mengetahui penyebab dan memperoleh penanganan yang tepat.

8. Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)

Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) atau penyakit refluks asam lambung adalah kondisi kronis yang terjadi di sistem pencernaan. Ketika asam lambung naik kembali ke esofagus, dapat menyebabkan iritasi pada esofagus. Pada kondisi normal, lambung bertugas memecah makanan yang masuk agar dapat diserap oleh tubuh. Asam dan enzim diproduksi untuk membantu pencernaan. Namun, jika produksi asam lambung berlebihan, ini bisa menyebabkan masalah lambung seperti refluks asam lambung atau GERD.

Ketika GERD sudah parah, gejala yang umum terjadi adalah sering bersendawa dan kentut. Hal ini disebabkan oleh kembalinya asam lambung ke kerongkongan dan mengganggu fungsi saluran pencernaan.

Ketut atau kentut sering terjadi karena adanya udara yang terperangkap dalam sistem pencernaan. Akumulasi gas yang berlebihan dalam lambung dan usus bisa menyebabkan kentut yang sering. Pada kasus GERD, karena adanya kembalinya asam lambung ke esofagus, dapat mempengaruhi fungsi saluran pencernaan dan menghasilkan lebih banyak gas.

Kentut yang terlalu sering merupakan salah satu gejala bahwa sistem pencernaan mengalami masalah. Jika Anda mengalami kentut yang berlebihan dan bersendawa terus menerus, disarankan untuk mencari bantuan medis. GERD dapat menimbulkan komplikasi serius jika tidak diobati, seperti erosi esofagus, ulkus, atau bahkan kanker kerongkongan.

Penting untuk menjaga pola makan yang sehat dan menghindari makanan atau minuman yang dapat memicu refluks asam lambung. Mengelola stres, menjaga berat badan yang sehat, serta menghindari kebiasaan merokok atau minum alkohol juga dianjurkan untuk mengurangi gejala GERD. Jika gejalanya parah, dokter dapat meresepkan obat antasid atau melakukan tindakan medis yang lebih lanjut untuk mengatasi masalah ini.

 

6 dari 7 halaman

9. Perubahan Hormon

Perubahan hormon dalam tubuh bisa menjadi penyebab utama terjadinya sering kentut. Salah satu kondisi yang bisa menyebabkan perubahan hormon adalah menopause. Pada saat memasuki masa menopause, tubuhnya mulai kehilangan banyak hormon. Hal ini berdampak pada terbentuknya gas dalam tubuh yang kemudian menyebabkan seringnya kentut.

Meskipun belum sepenuhnya dipahami bagaimana hormon memengaruhi produksi gas dalam tubuh, namun sebagian besar wanita akan merasakan peningkatan produksi gas di perut mereka saat mengalami perubahan hormon tersebut. Hal ini diungkapkan oleh Rebekah, seorang ahli ginekologi.

Peningkatan produksi gas dalam tubuh dapat menyebabkan berbagai keluhan kesehatan, seperti kembung, nyeri perut, dan sering kentut. Kondisi ini sebenarnya normal terjadi selama masa menopause, namun bagi sebagian orang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan kualitas hidup.

Untuk mengelola gejala ini, penting bagi kita untuk menjaga pola makan yang sehat dan seimbang, menghindari makanan yang menyebabkan peningkatan produksi gas seperti kacang-kacangan, brokoli, susu, dan minuman berkarbonasi. Selain itu, rajin berolahraga dan mengendalikan stres juga dapat membantu mengurangi gejala ini.

Jika mengalami gejala yang berat atau mengganggu, sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Dokter dapat memberikan saran dan pengobatan yang sesuai untuk mengatasi seringnya kentut dan gejala lainnya yang terkait dengan perubahan hormon pada masa menopause tersebut.

10. Konsumsi Obat-obatan Tertentu

Konsumsi obat-obatan tertentu dapat menjadi faktor yang berkontribusi terhadap frekuensi kentut yang sering. Beberapa jenis obat seperti Acarbose yang digunakan untuk mengobati diabetes tipe 2, dapat menyebabkan perut kembung, diare, dan juga sering kentut. Efek samping ini terjadi karena Acarbose menghambat enzim yang memecah karbohidrat kompleks menjadi gula sederhana dalam usus, sehingga menghasilkan gas dalam proses pencernaan.

Selain itu, obat pencahar seperti laktulosa dan sorbitol juga dapat mempengaruhi frekuensi kentut seseorang. Obat-obatan ini bekerja dengan menambahkan air ke usus dan memicu gerakan usus untuk melancarkan buang air besar. Efek samping ini biasanya berupa perut kembung dan kentut yang sering.

Obat pereda nyeri seperti naproxen, ibuprofen, dan aspirin juga dapat berpotensi menyebabkan kentut yang sering. Salah satu efek samping umum dari obat-obatan ini adalah kerusakan pada dinding lambung, yang dapat mengganggu proses pencernaan dan menyebabkan produksi gas yang lebih tinggi dari biasanya.

Meskipun sering kentut bukanlah masalah serius, jika sering terjadi dan berhubungan dengan konsumsi obat-obatan tertentu, sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk mengatasi masalah ini. Dokter dapat merekomendasikan perubahan dosis obat atau memberikan alternatif pengobatan yang lebih cocok untuk mengurangi efek samping tersebut.

 

7 dari 7 halaman

11. Intoleransi terhadap Makanan FODMAP

Intoleransi terhadap makanan FODMAP adalah kondisi di mana seseorang memiliki masalah atau gangguan pencernaan setelah mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat rantai pendek seperti fermentable oligosaccharides, disaccharides, monosaccharides, dan polyols. Makanan ini sulit dicerna oleh usus halus dan dapat menyebabkan gejala yang tidak nyaman seperti perut kembung, perut kram, diare, sembelit, dan sering kentut.

Kentut yang berlebihan menjadi gejala utama intoleransi FODMAP. Ketika seseorang mengonsumsi makanan tinggi FODMAP, seperti bawang merah, rumput laut, kubis, atau kacang-kacangan, usus halus tidak dapat mencernanya dengan baik, sehingga menyebabkan produksi gas yang berlebihan di dalam usus. Gas ini akhirnya akan dikeluarkan melalui kentut.

Jika Anda mengalami kentut yang berlebihan dan mengikuti pola makan yang tinggi FODMAP, ada baiknya Anda membatasi makanan ini melalui diet rendah FODMAP. Diet ini melibatkan menghindari makanan yang kaya FODMAP dan memilih alternatif yang rendah FODMAP. Mengikuti diet rendah FODMAP dapat membantu mengurangi gejala intoleransi FODMAP, termasuk sering kentut.

Namun, penting untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan sebelum memulai diet ini, karena tidak semua orang memiliki intoleransi atau sensitivitas FODMAP. Dokter atau ahli diet akan membantu Anda dalam merencanakan diet yang sesuai dengan kebutuhan Anda dan memastikan Anda tetap mendapatkan nutrisi yang cukup.

Jadi, jika Anda sering kentut, hal itu mungkin terkait dengan intoleransi terhadap makanan FODMAP. Pertimbangkan untuk mengikuti diet rendah FODMAP untuk mengurangi gejala dan pastikan untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan Anda untuk arahan yang tepat.

12. Intoleransi Laktosa

Intoleransi laktosa adalah kondisi ketika tubuh tidak dapat mencerna gula dalam susu yang disebut laktosa. Hal ini menyebabkan masuknya laktosa ke dalam sistem pencernaan yang justru menghasilkan produksi gas berlebih, diare, dan kentut berlebihan. Meskipun kondisi ini sebenarnya tidak berbahaya, gejalanya dapat sangat mengganggu.

Cara mengatasi intoleransi laktosa adalah dengan membatasi asupan susu sapi dan produk-produk susu lainnya. Mengganti susu sapi dengan susu alternatif yang bebas laktosa juga bisa menjadi solusi. Susu alternatif tersebut bisa berasal dari sumber nabati seperti kedelai, kacang almond, beras, atau oat.

Selain itu, ada beberapa makanan lain yang mengandung kandungan laktosa yang perlu dihindari atau dikurangi seperti keju, yogurt, es krim, dan margarin. Penting juga untuk membaca label produk yang dikonsumsi untuk memastikan tidak mengandung laktosa. Bila gejala tidak kunjung membaik, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter atau ahli nutrisi untuk memperoleh penanganan yang tepat.

Dalam kesimpulan, seringnya kentut bisa menjadi tanda bahwa seseorang mengalami intoleransi laktosa. Dengan membatasi atau menghindari makanan yang mengandung laktosa, gejala-gejala tersebut dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan secara bertahap. Penting untuk menjaga pola makan dan kualitas hidup yang sehat agar masalah ini tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.

13. Penyakit Celiac

Penyakit Celiac adalah kondisi kronis yang terjadi pada seseorang yang tidak dapat mencerna protein dalam gandum yang disebut gluten. Ketika penderita makan makanan yang mengandung gluten, sistem imunnya akan menyerang protein ini dan menyebabkan peradangan pada usus.

Peradangan ini dapat merusak jonjot usus dan pada akhirnya mengganggu penyerapan nutrisi yang diperlukan oleh tubuh, yang disebut malabsorpsi. Salah satu gejala yang sering terjadi pada penyakit Celiac adalah sering kentut.

Kentut yang berlebihan terjadi karena adanya peradangan pada usus halus, sehingga mengganggu proses pencernaan dan menyebabkan produksi gas yang lebih banyak. Selain kentut berlebihan, penyakit Celiac juga ditandai oleh gejala lain seperti perut kembung, diare, feses pucat, dan feses berlemak.

Jika dibiarkan tanpa pengobatan, penyakit Celiac dapat menyebabkan komplikasi serius seperti osteoporosis, anemia, gangguan sistem kekebalan tubuh, dan masalah lainnya. Untuk mendiagnosis penyakit ini, dokter akan melakukan tes darah dan biopsi usus.

Penanganan penyakit Celiac melibatkan menghindari makanan yang mengandung gluten seumur hidup, termasuk gandum, barley, dan makanan olahan yang mengandung gluten. Mengikuti diet bebas gluten dan berkonsultasi dengan ahli gizi atau dokter merupakan langkah penting dalam mengelola penyakit Celiac dan mengurangi gejala seperti kentut yang berlebihan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.