Sukses

Arti Sugar Daddy yang Viral di TikTok, Ketahui Perbedaannya dengan Sugar Baby

Sugar daddy adalah pria kaya yang biasanya lebih tua yang menghidupi atau menghabiskan banyak uang untuk selingkuhan, pacar, atau teman kencannya.

Liputan6.com, Jakarta Fenomena sugar daddy yang viral di TikTok kini menjadi perbincangan hangat di kalangan pengguna media sosial. Video-video yang memperlihatkan hubungan antara pria dewasa dengan wanita muda ini menarik perhatian jutaan penonton. Banyak yang penasaran dan tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang dinamika dan kontroversi di balik tren ini.

Popularitas konten sugar daddy di TikTok tidak lepas dari sensasi dan gaya hidup glamor yang ditampilkan. Hubungan ini sering kali digambarkan dengan kemewahan, mulai dari hadiah-hadiah mahal hingga liburan mewah, yang membuat banyak penonton terpesona. Namun, di balik kemewahan tersebut, terdapat berbagai pandangan dan opini yang beragam tentang etika dan moralitas dari hubungan semacam ini.

Selain memicu rasa penasaran, tren sugar daddy di TikTok juga memunculkan perdebatan di masyarakat. Beberapa orang melihatnya sebagai bentuk eksploitasi dan ketergantungan, sementara yang lain menganggapnya sebagai hubungan yang saling menguntungkan.

Berikut Liputan6.com ulas mengenai arti sugar daddy dan perbedaannya dengan sugar baby yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Rabu (26/6/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Arti dan Asal Usul Istilah Sugar Daddy

Melansir dari Dating Wise, istilah 'sugar daddy' mengacu pada seorang laki-laki kaya raya dan dewasa yang dengan murah hati memberikan dukungan keuangan dan hadiah mewah kepada seorang 'teman muda'-nya sebagai imbalan atas kebersamaan atau hubungan romantis.

Sosok sugar daddy sering kali merupakan individu yang sudah mapan secara finansial dan bersedia membiayai gaya hidup mewah bagi pasangan mereka. Biasanya, hubungan ini berlandaskan pada kesepakatan di mana kedua belah pihak mendapatkan manfaat: sugar daddy menikmati kebersamaan dan perhatian dari pasangan yang lebih muda, sementara pasangan tersebut mendapatkan dukungan finansial yang signifikan.

Menurut Kamus Merriam-Webster, sugar daddy adalah pria kaya yang biasanya lebih tua yang menghidupi atau menghabiskan banyak uang untuk selingkuhan, pacar, atau teman kencannya. Istilah 'sugar daddy' dapat dikaitkan dengan konsep 'sugar' yang menyimbolkan kekayaan, kemewahan, dan hal-hal indah dalam hidup.

Sejak zaman dahulu, gula dianggap sebagai komoditas langka dan bernilai tinggi yang melambangkan kemakmuran, kekuasaan, dan wibawa. Oleh karena itu, hubungan antara 'gula' dan memanjakan seseorang secara material telah ada selama berabad-abad.

Pada awal abad ke-20, istilah 'sugar daddy' mulai muncul dalam bahasa slang dan budaya populer Amerika. Istilah ini diperkirakan muncul pertama kali dalam komunitas Afrika-Amerika pada masa Harlem Renaissance, sebuah periode di mana seni, musik, dan budaya Afrika-Amerika mengalami perkembangan pesat dan mendapatkan pengakuan luas. Selama periode ini, istilah 'sugar daddy' mulai menyebar dan digunakan secara lebih luas, menjadi bagian dari lexicon budaya populer Amerika.

Seiring dengan popularitas hubungan 'sugar daddy', istilah ini menyebar di luar komunitas-komunitas tertentu dan mulai digunakan secara lebih luas. Istilah 'sugar daddy' dikaitkan erat dengan jenis perjanjian tertentu, yakni ketika laki-laki kaya memberikan dukungan finansial kepada pasangan yang lebih muda, baik itu teman kencan, pacar, atau selingkuhannya. Dalam banyak kasus, hubungan ini didasarkan pada kontrak atau kesepakatan tidak tertulis yang mengatur bagaimana dukungan finansial tersebut akan diberikan dan apa yang diharapkan sebagai gantinya.

Secara padanan kalimat, sugar daddy seakan merepresentasikan imaji tentang kelezatan dan mengundang pemikiran tentang kemewahan, keinginan, dan daya tarik dari makanan manis. Serupa dengan gula yang memberikan rasa menyenangkan dalam hidup, sugar daddy dianggap memberikan rasa manis melalui kemurahan hati dan dukungan finansial dalam hubungan romantis. Hubungan ini sering kali digambarkan dalam media dan budaya populer sebagai hubungan yang penuh dengan hadiah-hadiah mewah, perjalanan eksotis, dan gaya hidup glamor.

Selain karena kekayaan, istilah sugar daddy juga digandrungi karena kata 'daddy' memunculkan perasaan dilindungi dan dinafkahi. Hal ini mencerminkan peran yang sering dijalankan oleh sugar daddy sebagai figur mentor atau penyedia dalam hubungan tersebut. Banyak yang melihat sugar daddy sebagai sosok yang memberikan rasa aman dan stabilitas finansial bagi pasangannya, sementara pasangan tersebut memberikan perhatian dan kebersamaan sebagai imbalan.

Namun, hubungan sugar daddy ini juga menimbulkan berbagai kontroversi dan perdebatan. Beberapa orang melihatnya sebagai bentuk eksploitasi dan ketergantungan, sementara yang lain menganggapnya sebagai hubungan yang saling menguntungkan di mana kedua belah pihak mendapatkan apa yang mereka inginkan. Perdebatan ini mencakup aspek etika dan moralitas dari hubungan semacam ini, serta dampaknya terhadap individu yang terlibat.

Di era digital saat ini, fenomena sugar daddy semakin populer dan mudah diakses melalui berbagai platform media sosial dan situs kencan khusus. Hal ini mempermudah individu untuk menemukan pasangan yang sesuai dengan keinginan mereka dan menjalin hubungan yang didasarkan pada kesepakatan finansial. Namun, penting bagi semua pihak yang terlibat untuk memahami batasan dan risiko dari hubungan semacam ini, serta memastikan bahwa semua interaksi didasarkan pada persetujuan dan saling pengertian.

Dengan demikian, istilah 'sugar daddy' tidak hanya mencerminkan hubungan yang berlandaskan pada dukungan finansial, tetapi juga menggambarkan dinamika kekuasaan, keinginan, dan ketergantungan yang kompleks dalam konteks hubungan romantis modern. Fenomena ini terus berkembang dan menjadi bagian dari diskusi yang lebih luas tentang hubungan, kekayaan, dan kemewahan dalam masyarakat kontemporer.

3 dari 4 halaman

Perbedaan Sugar Daddy dan Sugar Baby

Sugar daddy dan sugar baby adalah dua istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan hubungan yang berlandaskan pada dukungan finansial. Sugar daddy adalah pria dewasa yang mapan secara finansial dan bersedia memberikan dukungan ekonomi, hadiah mewah, dan gaya hidup glamor kepada pasangannya yang lebih muda. Mereka biasanya mencari kebersamaan, perhatian, dan hubungan romantis sebagai imbalan dari dukungan tersebut.

Sebaliknya, sugar baby adalah individu yang menerima dukungan finansial dari sugar daddy. Mereka bisa laki-laki atau perempuan, meskipun lebih sering dikaitkan dengan perempuan muda. Sugar baby mendapatkan stabilitas ekonomi, hadiah, dan kemewahan dari sugar daddy dan sebagai gantinya, mereka menawarkan kebersamaan, perhatian, dan kadang hubungan romantis atau seksual, sesuai dengan kesepakatan yang dibuat.

Dinamika hubungan antara sugar daddy dan sugar baby biasanya didasarkan pada kesepakatan yang jelas tentang ekspektasi dan batasan masing-masing. Sugar daddy memegang kendali finansial dalam hubungan ini, sedangkan sugar baby lebih bergantung pada dukungan yang diberikan. Meskipun hubungan ini sering mendapat stigma sosial, dengan pandangan yang berbeda-beda mengenai etika dan moralitasnya, banyak yang melihatnya sebagai hubungan yang saling menguntungkan di mana kedua belah pihak mendapatkan apa yang mereka inginkan.

4 dari 4 halaman

Sugar Daddy di Indonesia

Hasil survei yang dilakukan oleh situs kencan daring, Seeking Arrangement, menunjukkan bahwa Indonesia termasuk dalam sepuluh besar negara dengan jumlah sugar daddy terbanyak di Asia. Berdasarkan survei yang dilakukan pada tahun 2021 tersebut, jumlah sugar daddy di Indonesia mencapai 60.250 orang. Dengan angka tersebut, Indonesia menduduki peringkat kedua sebagai negara dengan populasi sugar daddy terbanyak di kawasan Asia.

Sementara itu, posisi teratas sebagai negara dengan jumlah sugar daddy terbanyak di Asia ditempati oleh India, dengan jumlah yang jauh lebih tinggi, mencapai 338.000 orang. Data ini menunjukkan bahwa fenomena sugar daddy cukup umum di kedua negara tersebut, dengan berbagai faktor sosial dan ekonomi yang mempengaruhi tren ini. Peningkatan penggunaan platform kencan daring dan perubahan dinamika hubungan juga turut berkontribusi pada tingginya angka sugar daddy di negara-negara ini.

Melalui survei tersebut, terlihat bahwa ada pergeseran dalam pola hubungan di Asia, di mana hubungan berbasis dukungan finansial semakin diterima dan diakui. Tren ini mencerminkan perubahan nilai-nilai sosial dan ekonomi di masyarakat, serta menunjukkan bagaimana teknologi dan platform kencan daring memainkan peran penting dalam membentuk hubungan modern. Fenomena ini tidak hanya menjadi topik perbincangan yang menarik, tetapi juga mengundang diskusi tentang implikasi sosial dan etika dari hubungan semacam ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.