Sukses

Potret Gundukan Rayap Tertua di Dunia Berusia 34 Ribu Tahun, Masih Berpenghuni

Gundukan rayap tertua di dunia berusia 34.000 tahun ini masih berpenghuni sampai sekarang.

Liputan6.com, Jakarta Para ilmuwan telah menemukan gundukan rayap aktif tertua di dunia, yang telah ditempati selama puluhan ribu tahun. Gundukan rayap tersebut ditemukan di sepanjang tepi sungai Buffels di Namaqualand, sebuah wilayah di sepanjang pantai barat Afrika Selatan.

Dilansir Liputan6.com dari India Times, Kamis (27/6/2024), gundukan rayap tersebut bak berada di dalam es yang beku sehingga awet hingga sekarang. Pasalnya, gundukan itu masih dihuni oleh rayap. Penemuan luar biasa itu pun begitu mengesankan.

Penanggalan radiokarbon dari karbon organik di dalam gundukan tersebut menunjukkan umur yang berkisar antara 13.000 hingga 19.000 tahun, sedangkan karbonat berumur hingga 34.000 tahun.

"Penanggalan radiokarbon baru-baru ini mengungkapkan bahwa gundukan-gundukan ini jauh lebih tua dari yang diketahui sebelumnya, dan beberapa di antaranya berusia 34.000 tahun," kata Michele Francis, yang memimpin penelitian tersebut.

Michele menambahkan bahwa gundukan rayap itu lebih tua dari lukisan gua ikonik di Eropa, dan bahkan lebih tua dari Last Glacial Maximum, ketika lapisan es yang luas menutupi sebagian besar gundukan tersebut, belahan bumi utara.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Menempati 20 persen lanskap

Gundukan rayap tertua ditemukan oleh para peneliti dari Departemen Ilmu Tanah dan Ilmu Bumi Univ Stellenbosch, yang bekerja sama dengan para ahli dari Institut Penelitian Nuklir di Hongaria.

Menurut para peneliti, sekitar 20% lanskap ditutupi oleh gundukan tersebut dan dihuni oleh rayap, yang secara lokal disebut sebagai 'heuweltjies' dalam bahasa Afrika yang merupakan rayap pemanen selatan (Microhodotermes viator).

Penelitian itu juga dianggap sangat penting. Meskipun penemuan sarang rayap tertua sangat mengesankan, para ilmuwan mengatakan masih banyak hal yang dapat dipelajari dari penemuan tersebut.

3 dari 3 halaman

Memerangi perubahan iklim

Menurut sang peneliti, Paus Fransiskus, penemuan gundukan itu mirip dengan kemampuan membaca naskah kuno yang mengubah segala sesuatu yang kita pikir kita ketahui tentang sejarah. Usia mereka, dan wawasan yang mereka berikan mengenai ekosistem purba, menjadikan mereka kandidiat untuk diakui secara global sebagai keajaiban alam.

"Dengan mempelajari gundukan ini, para ilmuwan dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang cara memerangi perubahana iklim, dengan memanfaatkan proses alami dalam penyerapan karbon."

"Mereka juga menyoroti pentingnya melestarikan alam kita, karena para insinyur muda ini telah membentuk lingkaran kita selama puluhan ribu tahun," tambahnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.