Sukses

Biang Keladi Kehancuran Silicon Valley Bank, Begini Kronologinya

Pada Maret 2023, setelah adanya kenaikan suku bunga yang didorong oleh bank sentral selama lonjakan inflasi 2021-2023, Silicon Valley Bank mengalami kegagalan likuiditas yang memicu terjadinya penarikan dana besar-besaran oleh nasabah.

Liputan6.com, Jakarta Silicon Valley Bank (SVB) merupakan bank komersial Amerika Serikat yang menjadi bagian dari First Citizens BancShares. Sebelumnya SVB adalah anak perusahaan utama dari SVB Financial Group. Sebagai bank regional yang berpusat di wilayah San Francisco Bay Area, SVB dikenal dengan layanan yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan industri teknologi. 

Silicon Valley Bank dengan cepat menjadi bank terbesar berdasarkan jumlah simpanan di Silicon Valley dan menjadi pilihan utama bagi hampir setengah dari semua startup teknologi yang didukung modal ventura. Didirikan pada tahun 1983, SVB memiliki aset puncak senilai USD 209 miliar, menjadikannya bank komersial terbesar ke-16 di AS. 

Namun, pada Maret 2023, setelah adanya kenaikan suku bunga yang didorong oleh bank sentral selama lonjakan inflasi 2021-2023, Silicon Valley Bank mengalami kegagalan likuiditas yang memicu terjadinya penarikan dana besar-besaran oleh nasabah. Berikut ulasan lebih lanjut tentang kronologi dan biang keladi kebangkrutan Silicon Valley Bank yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (27/6/2024).

2 dari 4 halaman

Kronologi Kehancuran Silicon Valley Bank

Kebangkrutan Silicon Valley Bank dimulai dengan dampak kenaikan suku bunga yang diumumkan oleh Federal Reserve. Pada akhir Februari, pimpinan SVB bertemu dengan Goldman Sachs untuk mencari solusi terhadap tantangan likuiditas yang dihadapi bank akibat lonjakan suku bunga ini. SVB perlu mengumpulkan dana tunai, tetapi belum yakin dengan pendekatan terbaik.

Pada saat yang sama, lembaga pemeringkatan Moody's sedang mempersiapkan penurunan peringkat untuk SVB, yang membuat kondisi semakin sulit karena dapat memicu penarikan dana besar-besaran dari nasabah. Diskusi antara SVB dan Goldman berlangsung selama sekitar 10 hari, dengan hasil akhirnya adalah pengumuman pada 8 Maret tentang kerugian hampir USD 2 miliar dan rencana penjualan saham.

Pengumuman ini memicu reaksi pasar yang negatif, dengan saham SVB Financial Group turun drastis keesokan paginya. Para nasabah, terutama perusahaan startup dan modal ventura yang menjadi nasabah utama SVB, mulai menarik dana dalam jumlah besar, mencapai USD 42 miliar dalam satu hari. Ini mengakibatkan SVB mengalami kesulitan likuiditas yang parah.

Upaya Goldman untuk menawarkan solusi dengan menjual saham dan portofolio sekuritas tidak mampu mengatasi tekanan pasar yang terus meningkat. Pada akhirnya, SVB tidak mampu memenuhi kebutuhan likuiditasnya dan terpaksa dinyatakan bangkrut pada 10 Maret 2023. Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) kemudian mengambil alih bank ini, yang merupakan kegagalan bank terbesar kedua dalam sejarah AS saat itu.

Krisis kepercayaan yang dipicu oleh pengumuman kerugian besar dan penarikan dana massal dari nasabah menjadi pukulan fatal bagi SVB. Langkah-langkah penyelamatan dan penjualan aktiva tidak mampu menghentikan laju kejatuhan bank ini, menandai akhir dari salah satu lembaga keuangan yang pernah menjadi pilar ekonomi startup di Silicon Valley.

3 dari 4 halaman

Penyebab Silicon Valley Bank Bankrut

Ada beberapa faktor utama yang menyebabkan kebangkrutan Silicon Valley Bank, berikut diantaranya.

1. Kebijakan Peningkatan Suku Bunga oleh The Fed

Keputusan Federal Reserve untuk meningkatkan suku bunga merupakan pukulan besar bagi SVB. Sebagai bank yang bergantung pada pembiayaan untuk industri teknologi, lonjakan suku bunga mengakibatkan biaya modal SVB meningkat secara signifikan. Ini tidak hanya mempengaruhi margin keuntungan mereka, tetapi juga meningkatkan tekanan terhadap likuiditas bank.

2. Keputusan Investasi Jangka Panjang yang Buruk dan Terlalu Berisiko

SVB diketahui telah membuat keputusan investasi jangka panjang yang terlalu berisiko. Hal ini mencakup penempatan dana dalam instrumen keuangan yang mungkin tidak memberikan hasil yang diharapkan atau bahkan berpotensi mengalami kerugian besar. Investasi ini tidak mampu memberikan perlindungan yang cukup terhadap SVB ketika tekanan finansial meningkat.

3. Penarikan Dana Massif oleh Nasabah

Setelah pengumuman kerugian besar pada Maret 2023, nasabah utama SVB, seperti perusahaan startup dan modal ventura, mulai menarik dana mereka secara besar-besaran. Hal ini dipicu oleh kekhawatiran atas kestabilan bank dan potensi kerugian lebih lanjut. Penarikan dana yang masif ini memperburuk kondisi likuiditas SVB, yang pada akhirnya menyebabkan bank tidak mampu memenuhi kewajiban keuangannya.

4. Debt-to-Asset Ratio Tinggi

Berdasarkan analisis solvabilitas, SVB menunjukkan Debt-to-Asset Ratio (DAR) yang sangat tinggi selama beberapa tahun terakhir, melebihi 90%. Idealnya, rasio DAR dalam sektor perbankan seharusnya berada di kisaran 0,3-0,6. Tingginya rasio ini menunjukkan bahwa sebagian besar keuangan SVB ditopang oleh hutang, meningkatkan risiko gagal bayar dan potensi kebangkrutan.

4 dari 4 halaman

Dampak Kebangkrutan Silicon Valley Bank

Kebangkrutan Silicon Valley Bank berdampak signifikan baik secara lokal maupun global, seperti yang terlihat dari beberapa aspek berikut.

1. Merosotnya Saham Bank di Pasar Global

Kebangkrutan SVB telah menimbulkan kecemasan di pasar keuangan global, terutama di Asia, Eropa, dan Amerika. Investor dan pelaku pasar keuangan menjadi lebih waspada terhadap risiko likuiditas dan keberlanjutan bank-bank lain yang memiliki profil risiko serupa.

2. Ancaman Bangkrut bagi Startup

SVB merupakan bank yang memiliki  industri teknologi dan startup. Banyak perusahaan startup yang menggunakan SVB sebagai bank penyimpanan dan sumber pendanaan. Kebangkrutan SVB menyebabkan dana-dana perusahaan ini terjebak, mengancam kelangsungan hidup mereka karena kesulitan akses terhadap likuiditas yang diperlukan untuk operasional dan pengembangan.

3. Penurunan Kepercayaan Masyarakat terhadap Sektor Perbankan

Kasus kebangkrutan SVB telah menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap sektor perbankan secara luas. Kegagalan ini menunjukkan kerentanan yang mungkin dimiliki oleh lembaga keuangan yang berperan penting dalam mendukung ekonomi digital dan inovasi. Ini bisa mengurangi minat investor dan menghambat pertumbuhan ekonomi sektor-sektor yang terkait.

Dengan demikian, kebangkrutan SVB tidak hanya berdampak pada keuangan perusahaan dan nasabahnya, tetapi juga menciptakan gelombang ketidakpastian dan kecemasan di pasar global. Ini memperkuat pentingnya pengelolaan risiko yang hati-hati dan transparansi dalam sistem perbankan untuk mempertahankan kepercayaan publik dan stabilitas ekonomi secara keseluruhan.