Sukses

Daftar Komoditas Ekspor Indonesia, dari Bahan Bakar Mineral hingga Perhiasan

Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki kekayaan alam melimpah dan beragam, telah berhasil menempatkan dirinya sebagai salah satu pemain utama di pasar global.

Liputan6.com, Jakarta Indonesia, sebagai negara maritim yang memiliki kekayaan alam melimpah dan beragam, telah berhasil menempatkan dirinya sebagai salah satu pemain utama di pasar global. Dengan luas wilayah laut yang mencapai lebih dari dua pertiga total luas negara, Indonesia dianugerahi sumber daya alam yang sangat berlimpah, termasuk hasil laut, mineral, dan sumber daya hutan. Keberlimpahan ini memberikan Indonesia keunggulan kompetitif dalam berbagai sektor ekonomi, mulai dari perikanan dan kelautan, pertanian dan perkebunan, hingga pertambangan dan energi.

Selain itu, Indonesia juga dikenal dengan sejumlah komoditas unggulan yang sangat diminati di pasar internasional, seperti minyak kelapa sawit, karet, kopi, dan produk perikanan. Komoditas-komoditas ini tidak hanya menjadi sumber pendapatan utama bagi negara, tetapi juga berkontribusi signifikan terhadap stabilitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Dengan strategi pengelolaan sumber daya yang semakin baik dan berkelanjutan, Indonesia terus meningkatkan kualitas dan kuantitas produksinya, sehingga mampu bersaing dengan negara-negara lain di panggung global.

Pemerintah Indonesia pun telah melakukan berbagai upaya untuk mendukung perkembangan sektor-sektor ini, termasuk melalui peningkatan infrastruktur, kebijakan perdagangan yang mendukung, serta promosi dan pemasaran produk-produk unggulan di berbagai pameran internasional. Kombinasi antara potensi alam yang besar, keunggulan komoditas, dan dukungan kebijakan yang tepat menjadikan Indonesia sebagai pemain yang semakin diperhitungkan dalam perekonomian global.

Berikut Liputan6.com ulas mengenai daftar komoditas ekspor Indonesia yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Selasa (2/7/2024).

2 dari 3 halaman

Daftar Komoditas Ekspor Indonesia

Dikutip dari laman resmi Badan Pusat Statistik (BPS), menjelaskan daftar komoditas ekspor nonmigas terbesar di April 2024 adalah sebagai berikut ini:

  1. Bahan bakar mineral dengan nilai US$ 18,7 miliar, menunjukkan peran penting sektor energi dalam ekonomi ekspor Indonesia.
  2. Lemak dan minyak hewani/nabati dengan nilai US$ 2,7 miliar. mencerminkan kekuatan Indonesia dalam sektor agribisnis.
  3. Besi dan baja dengan nilai US$ 2,2 miliar, memperlihatkan kontribusi industri logam terhadap perekonomian nasional.
  4. Logam mulia dan perhiasan/permata dengan nilai US$ 478,9 juta, meskipun mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya.
  5. Bijih logam, terak, dan abu sebesar US$ 423,5 juta.
  6. Nikel dan barang daripadanya dengan nilai US$ 210,6 juta, menunjukkan potensi besar sektor pertambangan dan pengolahan mineral di Indonesia.
  7. Pakaian dan aksesorisnya (rajutan) dengan nilai US$ 346,6 juta.
  8. Ampas dan sisa industri makanan dengan nilai US$ 216,8 juta.
  9. Bahan kimia anorganik dengan nilai US$ 162,4 juta.
  10. Kapal, perahu, dan struktur terapung dengan nilai US$ 8 juta, menandakan diversifikasi komoditas ekspor Indonesia yang mencakup sektor manufaktur dan teknologi maritim.

Dengan banyaknya hasil bumi yang potensial di Indonesia, daftar komoditas ekspor di atas menjadi salah satu dari banyaknya keutamaan karena jumlahnya yang melimpah.Data ini menggambarkan beragamnya komoditas yang menjadi andalan ekspor Indonesia di pasar global. Selain daftar komoditas di atas, masih banyak komoditas ekspor Indonesia yang perlu anda ketahui, yakni:

  1. Binatang hidup.
  2. Daging hewan.       
  3. Ikan, krustasea, dan moluska.
  4. Susu, mentega, dan telur.
  5. Sayuran.
  6. Buah-buahan.
  7. Kopi, teh, dan rempah-rempah.
  8. Serealia.
  9. Gula dan kembang gula.   
  10. Kakao dan olahannya.      
  11. Olahan dari tepung.
  12. Olahan dari sayuran, buah, dan kacang.
  13. Produk farmasi.       
  14. Pupuk.          
  15. Sari bahan samak dan celup.
  16. Dan masih banyak yang lainnya. 
3 dari 3 halaman

Perkembangan Ekspor Indonesia Bulan April 2024

Masih dari sumber yang sama, pada April 2024, nilai ekspor Indonesia mencapai US$19,62 miliar, hal ini mengalami penurunan sebesar 12,97 persen dibandingkan ekspor pada Maret 2024. Meskipun demikian, jika dibandingkan dengan nilai ekspor pada April 2023, terdapat peningkatan sebesar 1,72 persen. Sementara itu, ekspor nonmigas pada April 2024 tercatat sebesar US$18,27 miliar, turun 14,06 persen dibandingkan Maret 2024, namun naik 1,33 persen jika dibandingkan dengan April 2023.

Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia untuk periode Januari hingga April 2024 mencapai US$81,92 miliar, yang berarti mengalami penurunan sebesar 5,12 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2023. Untuk ekspor nonmigas selama periode yang sama, totalnya mencapai US$76,67 miliar, turun sebesar 5,43 persen. Dari sepuluh komoditas nonmigas utama, penurunan terbesar pada April 2024 terjadi pada logam mulia dan perhiasan/permata sebesar US$478,9 juta atau 34,88 persen dibandingkan Maret 2024, sedangkan peningkatan terbesar dicatat oleh nikel dan barang dari nikel sebesar US$210,6 juta atau 45,85 persen.

Dilihat dari sektor-sektor tertentu, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan mengalami penurunan sebesar 1,97 persen pada periode Januari hingga April 2024 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Ekspor hasil pertambangan dan lainnya turun lebih tajam, yaitu sebesar 17,22 persen, sementara ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan justru naik sebesar 6,90 persen. Pada April 2024, ekspor nonmigas terbesar ditujukan ke Tiongkok sebesar US$4,28 miliar, diikuti oleh India dengan US$1,81 miliar, dan Amerika Serikat sebesar US$1,75 miliar, dengan ketiga negara tersebut menyumbang 42,98 persen dari total ekspor nonmigas. Selain itu, ekspor ke ASEAN mencapai US$3,35 miliar dan ke Uni Eropa (27 negara) sebesar US$1,24 miliar. Berdasarkan provinsi asal barang, ekspor terbesar pada periode Januari hingga April 2024 berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$11,64 miliar atau 14,21 persen, diikuti oleh Kalimantan Timur dengan US$8,38 miliar atau 10,23 persen, dan Jawa Timur sebesar US$8,22 miliar atau 10,04 persen.