Sukses

Penampakan Penemuan Lukisan Gua Tertua di Dunia, Ada di Indonesia

Ini penampakan dan kisah yang ada dalam lukisan gua.

Liputan6.com, Jakarta Penemuan luar biasa dari sebuah lukisan gua di Pulau Sulawesi, Indonesia, telah mengguncang dunia arkeologi. Dengan usia yang diperkirakan mencapai 51.000 tahun, lukisan ini menjadi salah satu artefak seni tertua yang pernah ditemukan, memberikan gambaran sekilas tentang kehidupan manusia purba dan cara mereka bercerita melalui seni. Mengapa lukisan ini begitu istimewa dan apa yang membuatnya menjadi bukti naratif tertua yang pernah ada?

Ketika para peneliti pertama kali menemukan lukisan ini, mereka tidak menyangka akan menemukan bukti penting yang mampu merubah pandangan kita tentang sejarah seni manusia. Menggunakan teknik penanggalan yang canggih, para arkeolog berhasil menentukan usia lukisan ini dengan akurasi yang lebih tinggi, mengungkapkan usia yang jauh lebih tua dari yang sebelumnya diperkirakan. Bagaimana mereka melakukan ini dan apa yang membuat metode mereka begitu revolusioner?

Namun, tidak semua ilmuwan setuju dengan interpretasi hasil temuan ini. Ada perdebatan sengit mengenai apakah lukisan ini benar-benar mencerminkan narasi atau hanya kebetulan berada di tempat yang sama. Terlepas dari perdebatan tersebut, penemuan ini membuka pintu untuk penelitian lebih lanjut dan menimbulkan pertanyaan menarik tentang kemampuan manusia purba dalam bercerita dan berimajinasi. 

Penasaran dengan penampakan dan kisah yang ada dalam lukisan gua ini? Untuk menjawab rasa penasaran ini, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari Live Science informasi lengkapnya, pada Sabtu (6/7).

2 dari 4 halaman

Pengenalan dan Penemuan Awal

Pada tahun 2024, para arkeolog menemukan sebuah lukisan gua yang luar biasa di Pulau Sulawesi, Indonesia. Lukisan ini diyakini sebagai bukti naratif tertua dalam seni batu yang pernah ditemukan. Penemuan ini membawa kita kembali ke masa sekitar 51.000 tahun yang lalu, di mana manusia purba menggunakan seni sebagai media untuk bercerita. Lukisan tersebut menggambarkan sosok manusia yang berinteraksi dengan babi kutil (Sus celebensis), menunjukkan bahwa seni naratif sudah ada jauh lebih lama dari yang kita duga sebelumnya.

Penemuan ini tidak hanya menarik karena usianya yang sangat tua, tetapi juga karena memberikan wawasan baru tentang evolusi kemampuan manusia dalam bercerita. Seni ini tidak sekadar hiasan dinding, melainkan sebuah narasi yang menghubungkan manusia dengan hewan dalam konteks budaya dan spiritual. Adam Brumm, seorang arkeolog dari Griffith University di Australia, menyatakan bahwa menemukan bukti naratif dalam seni gua sangatlah langka dan penting untuk memahami evolusi manusia.

3 dari 4 halaman

Metode Penanggalan dan Interpretasi

Awalnya, para arkeolog menggunakan teknik penanggalan konvensional dan menemukan bahwa panel seni batu di Sulawesi berusia sekitar 43.900 tahun. Namun, dengan menggunakan teknik penanggalan yang lebih sensitif, mereka mendapati bahwa seni tersebut sebenarnya berusia sekitar 48.000 tahun. Lebih mengejutkan lagi, mereka menemukan lukisan serupa di gua Leang Karampuang yang berusia sekitar 51.200 tahun, menjadikannya seni naratif tertua yang pernah ditemukan.

Penanggalan dilakukan dengan teknik laser ablation uranium-series imaging, yang memungkinkan pengambilan sampel kalsit yang sangat kecil untuk mendapatkan resolusi usia yang lebih tinggi tanpa merusak karya seni. Metode ini memberikan keakuratan yang lebih tinggi dibandingkan metode penanggalan sebelumnya yang menggunakan sampel kalsit yang lebih besar.

Namun, tidak semua peneliti sepakat dengan interpretasi tim tersebut. Paul Pettitt, seorang arkeolog paleolitik dari Durham University di Inggris, menyatakan bahwa interpretasi tim mungkin terlalu berani. Menurutnya, gambar-gambar tersebut bisa saja merupakan penggambaran terpisah yang kebetulan berdekatan satu sama lain.

4 dari 4 halaman

Signifikansi dan Rencana Penelitian Masa Depan

Penemuan ini memiliki implikasi besar dalam memahami kompleksitas kognisi manusia purba. Lukisan yang menggambarkan therianthrope (makhluk setengah manusia, setengah hewan) menunjukkan kemampuan imajinasi manusia untuk membayangkan makhluk supernatural yang tidak ada dalam kehidupan nyata. Ini menunjukkan tingkat abstraksi dan pemikiran simbolis yang sangat tinggi pada manusia purba.

Para peneliti percaya bahwa gua ini mungkin digunakan secara khusus untuk membuat seni, mengingat tidak ada bukti aktivitas manusia lainnya di dalamnya. Maxime Aubert dari Griffith University mengungkapkan bahwa gua-gua ini mungkin memiliki makna ritual dan naratif yang penting bagi manusia purba. Tim peneliti berencana untuk terus menjelajahi dan meneliti lebih banyak seni batu di daerah tersebut, dengan harapan menemukan lebih banyak bukti yang dapat memperdalam pemahaman kita tentang evolusi budaya manusia.

Adhi Agus Oktaviana, penulis utama studi dan arkeolog di Pusat Penelitian Prasejarah dan Austronesia di Indonesia, baru-baru ini menemukan lukisan di gua lain yang menggambarkan tiga sosok: seorang manusia, setengah manusia setengah burung, dan sosok burung. Tim belum menganalisis lukisan ini, tetapi mereka optimis bahwa penemuan lebih lanjut akan mengungkap lebih banyak keindahan seni prasejarah yang tersembunyi di Sulawesi.

Penemuan lukisan gua tertua di dunia ini tidak hanya menambah kekayaan warisan budaya Indonesia, tetapi juga mengubah cara kita memandang sejarah seni dan evolusi kognisi manusia.

Video Terkini