Liputan6.com, Jakarta Daftar raja tambang batu bara di Indonesia mencakup nama-nama besar dengan kekayaan yang tak berseri. Mereka memiliki kekayaan yang luar biasa dari hasil eksploitasi sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan ini membuat mereka menjadi tokoh berpengaruh di kancah ekonomi dan politik nasional.
Baca Juga
Advertisement
Di antara mereka, terdapat tokoh-tokoh yang memiliki perusahaan tambang batu bara terbesar di Indonesia. Kekayaan mereka berasal dari bisnis yang menjangkau berbagai sektor, termasuk energi dan infrastruktur. Dengan aset miliaran dolar, mereka menduduki puncak daftar orang terkaya di Indonesia.
Berikut Liputan6.com ulas mengenai daftar raja tambang batu bara di Indonesia yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Senin (8/7/2024).
1. Low Tuck Kwong
Dato' Low Tuck Kwong adalah seorang pengusaha Indonesia yang memegang kendali atas PT Bayan Resources Tbk (BYAN), salah satu perusahaan tambang batu bara terbesar di Indonesia. BYAN dikenal sebagai emiten batu bara dengan kapitalisasi pasar terbesar di bursa domestik, mencapai Rp 658,33 triliun.
Keberhasilan perusahaan ini tidak lepas dari kepemimpinan visioner Low Tuck Kwong, yang telah mengarahkan perusahaan menuju pertumbuhan dan profitabilitas yang konsisten. Berdasarkan daftar 50 orang terkaya versi Forbes pada 15 Januari 2024, Low Tuck Kwong memiliki kekayaan sebesar US$ 27,2 miliar atau setara dengan Rp 422,79 triliun, menjadikannya orang terkaya ketiga di Indonesia, setelah keluarga Hartono dan Prajogo Pangestu. Kekayaannya yang melimpah mencerminkan keberhasilannya dalam mengelola dan mengembangkan bisnis tambang batu bara di tengah tantangan global dan regional.
2. Keluarga Widjaja
Keluarga Widjaja, yang diwarisi oleh mendiang Eka Tjipta Widjaja, adalah pemilik Sinar Mas Group, sebuah konglomerat besar yang berdiri sejak era Orde Baru. Grup Sinar Mas memiliki PT Dian Swastika Sentosa Tbk (DSSA) yang bergerak di sektor energi dan infrastruktur, yang mencakup berbagai anak perusahaan termasuk PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS) dan Golden Energy and Resources Ltd. (GEAR).
GEAR memiliki tambang tidak hanya di Indonesia tetapi juga di Australia, dengan akuisisi Stanmore Coal yang memperluas jangkauan internasionalnya. Franky Oesman Widjaja, salah satu putra Eka Tjipta, saat ini menjabat sebagai Komisaris Utama DSSA, memainkan peran penting dalam memimpin perusahaan menuju pertumbuhan yang berkelanjutan. Kekayaan keluarga Widjaja dilaporkan mencapai US$ 10,8 miliar atau sekitar Rp 168,3 triliun, mencerminkan kekuatan finansial dan diversifikasi bisnis mereka di berbagai sektor.
3. Kiki Barki
Kiki Barki adalah pendiri PT Harum Energy Tbk (HRUM), sebuah perusahaan tambang batu bara yang didirikan pada tahun 1995 dan berhasil melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010. Kiki Barki memegang 79,79% saham HRUM, yang menunjukkan kontrol signifikan atas perusahaan tersebut. Selain Harum Energy, Kiki Barki juga memiliki tambang batu bara swasta, Tanito Harum.
Saat ini, putra sulungnya, Lawrence Barki, menjalankan Harum Energy sebagai presiden komisaris, sementara putra bungsunya, Steven Scott Barki, juga terlibat dalam manajemen perusahaan sebagai komisaris. Pada tahun 2022, Forbes mencatat kekayaan bersih Kiki Barki sebesar US$ 1,9 miliar atau sekitar Rp 29,6 triliun. Tahun berikutnya, kekayaannya tercatat sebesar US$ 1,41 miliar atau sekitar Rp 21,92 triliun, menempatkannya sebagai orang terkaya ke-33 di Indonesia.
Advertisement
4. Garibaldi Thohir
Garibaldi Thohir, yang lebih dikenal sebagai Boy Thohir, adalah seorang pengusaha terkemuka di Indonesia dan kakak dari Menteri BUMN Erick Thohir. Bersama TP Rachmat dan Edwin Soeryadjaya, Boy mendirikan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), yang pada tahun 2008 mengadakan penawaran umum perdana (IPO) terbesar dalam sejarah Indonesia hingga saat itu. Adaro Energy memiliki lokasi penambangan yang tersebar di Pulau Sumatra dan Kalimantan, serta akuisisi tambang di Australia pada tahun 2018 yang memperluas operasi globalnya.
Beberapa perusahaan tambang di bawah Adaro Group termasuk PT Mustika Indah Permai (MIP), PT Bukit Enim Energi (BEE), Adaro Metcoal Companies (AMC), dan PT Bhakti Energi Persada (BEP). Pada akhir 2022, Forbes menempatkan Boy Thohir pada urutan ke-15 dalam daftar 50 Orang Terkaya Indonesia dengan kekayaan sebesar US$ 3,45 miliar atau sekitar Rp 54,01 triliun. Namun, pada tahun 2023, kekayaannya tercatat sebesar US$ 3,3 miliar atau sekitar Rp 51,29 triliun, menjadikannya orang terkaya ke-17 di Indonesia.
5. Edwin Soeryadjaya
Edwin Soeryadjaya, lahir dengan nama Tjia Han Pun pada 17 Juli 1949, adalah putra dari William Soeryadjaya, pendiri Astra International, salah satu konglomerat terbesar di Indonesia. Edwin lahir setelah keluarganya kembali dari Belanda pada masa perang Indonesia-Belanda yang perlahan mereda. Pada tahun 1997-1998, Edwin bersama Sandiaga Uno mendirikan perusahaan keuangan Saratoga Investama Sedaya, di mana ia menjadi pemimpin tertinggi setelah krisis moneter melanda Indonesia. Saratoga tumbuh menjadi salah satu perusahaan keuangan terkemuka di Indonesia, yang kemudian merambah ke sektor tambang batu bara.
Setelah tahun 2000, Edwin mulai terlibat dalam bisnis tambang batu bara, mirip dengan sepupunya, Theodore Permadi Rachmat, yang juga aktif di sektor ini melalui Pama Persada. Pada tahun 2022, Forbes mencatat kekayaan Edwin sebesar US$ 1,8 miliar atau sekitar Rp 28,05 triliun. Pada tahun 2023, kekayaannya tercatat sebesar US$ 1,24 miliar atau sekitar Rp 19,27 triliun, menjadikannya orang terkaya ke-39 di Indonesia.
6. Theodore Rachmat
Theodore Rachmat memiliki kekayaan senilai US$ 3,3 miliar, yang menempatkannya di posisi ke-16 dalam daftar orang terkaya di Indonesia, mencerminkan keberhasilan dan ketekunannya dalam dunia bisnis. Sebagai pendiri Grup Triputra, Theodore telah membangun konglomerat besar yang terdiri dari empat lini bisnis utama: agribisnis, manufaktur, pertambangan, dan logistik. Di sektor agribisnis, Grup Triputra memiliki perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam produksi kelapa sawit dan karet, sementara di sektor manufaktur, mereka terlibat dalam produksi komponen otomotif dan alat berat.
Selain keberhasilan di agribisnis dan manufaktur, Theodore Rachmat juga memiliki pengaruh besar di industri pertambangan melalui kepemilikan saham minoritas di PT Adaro Energy Indonesia, salah satu perusahaan tambang batu bara terbesar di dunia. Adaro Energy telah memberikan kontribusi signifikan terhadap kekayaan dan reputasi Theodore di industri energi global. Kepemilikan sahamnya di Adaro menunjukkan visinya yang tajam dalam mengidentifikasi peluang investasi yang menguntungkan di sektor energi. Grup Triputra, di bawah kepemimpinan Theodore, terus berkembang dan berinovasi dalam berbagai sektor, memperkuat posisinya sebagai salah satu konglomerat terkemuka di Indonesia.