Liputan6.com, Jakarta Situasi terkini di ibukota Korea Utara, Pyongyang, sedang menjadi perhatian dunia internasional. Salah satu peristiwa yang menarik perhatian adalah langkah Kim Jong Un dalam mengunci seluruh ibukota Korea Utara. Tindakan ini menimbulkan pertanyaan besar tentang apa yang sedang terjadi di dalam negara yang tertutup ini.
Baca Juga
Advertisement
Selama beberapa tahun terakhir, Pyongyang telah menjadi pusat perhatian dunia karena berbagai alasan politik dan keamanan. Namun, tindakan mengunci seluruh ibukota ini adalah langkah yang tak terduga dan meningkatkan kekhawatiran terkait situasi yang sedang terjadi di negara ini.
Salah satu permasalahan serius yang sedang dihadapi oleh masyarakat Pyongyang adalah wabah penyakit pernapasan yang sedang berlangsung di sana. Penyakit ini telah menyebar secara cepat dan melumpuhkan ribuan penduduk di ibukota. Dengan adanya ketidakpastian yang disebabkan oleh wabah ini, Kim Jong Un mengambil langkah tegas dengan mengunci seluruh ibukota untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.
Meskipun masalah tersebut masih belum dijelaskan secara terperinci, tindakan Kim Jong Un dalam mengunci ibukota ini menunjukkan pentingnya kesehatan dan keamanan masyarakatnya. Hal ini juga menggarisbawahi bahwa negara ini memiliki kontrol yang ketat dalam mengambil keputusan yang mempengaruhi warganya.
Untuk memahami lebih dalam mengenai situasi ibukota Korea Utara saat ini, simak penjelasan selengkapnya berikut ini seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis (11/7/2024).
Pyongyang sebagai Ibukota Korea Utara
Pyongyang, sebagai ibu kota Korea Utara, adalah pusat politik, ekonomi, dan budaya negara tersebut. Kota ini terletak di bagian barat daya Korea Utara, dengan populasi sekitar 3 juta orang.
Pyongyang adalah kota yang dinamis dan modern, dengan banyak tempat wisata dan landmark indah. Salah satu tempat yang terkenal adalah Istana Kumsusan, kompleks makam yang menjadi tempat peristirahatan terakhir Kim Il-sung dan Kim Jong-il, mantan pemimpin Korea Utara. Selain itu, ada juga Arirang Festival Grand Theatre, yang menjadi tempat pertunjukan seni tradisional terbesar di dunia.
Kondisi kesehatan umum di Korea Utara diketahui masih menghadapi berbagai tantangan. Meskipun pemerintah telah mencanangkan program perawatan kesehatan universal, infrastruktur yang terbatas dan sumber daya yang terbatas menjadi hambatan. Terdapat beberapa rumah sakit dan klinik di Pyongyang yang menyediakan layanan medis untuk penduduk setempat.
Sayangnya, informasi terperinci tentang sistem perawatan kesehatan di Korea Utara tidak banyak diketahui secara luas. Tetapi, diberitakan bahwa pemerintah telah berusaha memperbaiki infrastruktur kesehatan dan meningkatkan aksesibilitas perawatan kesehatan bagi masyarakat.
Advertisement
Penyebab dan Penyebaran Wabah Penyakit Pernapasan
Wabah penyakit pernapasan yang terjadi di Korea Utara, terutama di ibu kota, dikaitkan dengan kemungkinan munculnya kembali COVID-19. Meskipun pemberitahuan resmi tidak menyebutkan COVID-19, namun penduduk di ibu kota diminta untuk tinggal di rumah dan melakukan pemeriksaan suhu beberapa kali sehari.
Para ahli berpendapat bahwa munculnya kembali virus ini terkait dengan suhu dingin yang terjadi di Semenanjung Korea. Saat ini, cuaca di Korea Utara dideskripsikan sebagai "hawa dingin Siberia," dengan suhu di Pyongyang yang turun serendah -22 derajat Celcius. Suhu rendah ini dapat menjadi faktor memungkinkan bagi virus untuk berkembang.
Seorang peneliti di Asan Institute for Policy Studies, Go Myong-hyun, menyatakan bahwa COVID-19 dapat "menghilang dan muncul kembali tergantung pada suhu, tidak hanya di Korea Utara tetapi juga di seluruh dunia." Dia juga menambahkan bahwa Korea Utara mungkin telah mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan ini, namun virus ini muncul lebih cepat dari yang mereka duga.
Terlepas dari situasi ini, informasi yang tepat tentang penyebab dan penyebaran wabah penyakit pernapasan di Korea Utara masih memerlukan konfirmasi lebih lanjut dari sumber resmi. Penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk tetap waspada dan mengikuti pedoman yang diberikan untuk mengatasi penyebaran penyakit ini.
Â
Tindakan Pemerintah Korea Utara
Pemerintah Korea Utara telah mengambil tindakan drastis dengan mengunci seluruh ibukota Pyongyang selama lima hari terhitung mulai Rabu (25/1/2023) hingga Minggu. Dalam upaya untuk memutus rantai penyebaran penyakit pernapasan yang sedang mewabah, penduduk diharuskan tinggal di rumah dan melakukan pemeriksaan suhu setiap sore. Meskipun penyebab pasti dari penguncian ini tidak diungkapkan, situs NK News yang berbasis di Seoul menyatakan bahwa ini mungkin terkait dengan wabah penyakit pernapasan dan bukan terkait dengan Covid-19.
Tidak ada informasi yang jelas apakah daerah lain di Korea Utara juga menerapkan penguncian serupa. Media pemerintah di Korea Utara sendiri belum mengumumkan tindakan apa pun terkait dengan penyebaran penyakit ini. Media juga melaporkan bahwa penduduk di kota terbesar di Korea Utara terlihat menimbun barang untuk mengantisipasi penguncian.
Menariknya, sebelumnya Korea Utara telah menyatakan kemenangan atas Covid-19 pada bulan Agustus 2022. Pemerintah Korea Utara mengklaim berhasil melawan virus corona tanpa ada kasus yang terjadi lagi setelah kasus pertama pada bulan April. Meskipun begitu, kejadian ini menunjukkan bahwa pemerintah Korea Utara tetap waspada terhadap ancaman penyakit pernapasan yang muncul kembali dan siap untuk mengambil tindakan yang tegas untuk melindungi rakyatnya.
Â
Advertisement
Keterangan dari Para Ahli dan WHO
WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) dan para ahli telah lama mempertanyakan statistik Covid Pyongyang dan meragukan klaim bahwa Korea Utara telah berhasil mengendalikan wabah ini. Para ahli mengungkapkan bahwa Korea Utara memiliki salah satu sistem perawatan kesehatan terburuk di dunia, dengan rumah sakit yang tidak lengkap dan hanya memiliki unit perawatan intensif. Selain itu, tidak ada obat perawatan Covid-19 yang tersedia di negara ini.
Selain itu, negara ini juga diduga tidak melaksanakan vaksinasi Covid-19 kepada penduduknya yang berjumlah sekitar 25 juta jiwa. Meski demikian, laporan menunjukkan bahwa Kim Jong Un mungkin telah menerima beberapa vaksin dari China, namun hal ini belum terkonfirmasi secara resmi. Hingga saat ini, belum ada informasi yang jelas mengenai apakah wabah Covid-19 di Korea Utara terkait dengan persebaran virus di China.
KCNA (Korean Central News Agency), media setempat di Korea Utara, juga belum memberikan penjelasan mengenai masalah ini. Maka dari itu, kebenaran mengenai situasi wabah Covid-19 di ibukota Korea Utara tetap menjadi tanda tanya besar dan menjadi perhatian masyarakat internasional, termasuk para ahli dan WHO.