Liputan6.com, Jakarta Cuci darah atau hemodialisis adalah prosedur medis yang penting bagi pasien dengan gagal ginjal. Prosedur ini berfungsi untuk membersihkan darah dari racun dan limbah yang tidak bisa dikeluarkan oleh ginjal yang tidak berfungsi dengan baik. Namun, biaya cuci darah bisa menjadi beban finansial yang signifikan bagi banyak pasien dan keluarganya.
Baca Juga
Advertisement
Biaya cuci darah di Indonesia bervariasi tergantung pada rumah sakit dan fasilitas medis yang digunakan. Di rumah sakit swasta, biaya per sesi cuci darah bisa mencapai jutaan rupiah, sedangkan di rumah sakit pemerintah biasanya lebih terjangkau, terutama jika pasien menggunakan BPJS Kesehatan. Meskipun begitu, tidak semua biaya bisa sepenuhnya ditanggung oleh asuransi, sehingga pasien gagal ginjal sering kali harus menanggung sebagian dari biaya tersebut.
Selain biaya per sesi, pasien juga perlu mempertimbangkan biaya tambahan seperti transportasi, obat-obatan pendukung, dan pemeriksaan rutin lainnya. Frekuensi cuci darah yang biasanya dilakukan dua hingga tiga kali seminggu membuat total biaya bulanan menjadi cukup besar.
Berikut Liputan6.com ulas mengenai biaya cuci darah untuk satu kali sesi yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Selasa (16/7/2024).
Mengenal Metode Cuci Darah atau Hemodialisis
Dikutip dari laman Health Liputan6.com, cuci darah adalah prosedur dalam dunia kedokteran yang dilakukan untuk membuang racun dan zat-zat sisa dalam darah yang sudah tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh.
Proses cuci darah, yang dikenal juga sebagai hemodialisis, biasanya dilakukan tiga kali dalam seminggu, dengan setiap sesi berlangsung selama sekitar empat jam. Namun, frekuensi dan durasi prosedur ini dapat disesuaikan berdasarkan rekomendasi dokter yang mempertimbangkan kondisi kesehatan dan kebutuhan spesifik pasien. Penyesuaian ini penting karena setiap individu memiliki respons dan kebutuhan yang berbeda terhadap terapi cuci darah.
Pada orang yang sehat, ginjal berfungsi secara optimal untuk menyaring darah, menghilangkan limbah dan racun, serta mengeluarkannya melalui uretra dalam bentuk urine. Namun, ketika ginjal kehilangan kemampuan untuk menyaring darah dengan efektif, racun dan zat berbahaya dapat menumpuk di dalam tubuh, menyebabkan berbagai komplikasi kesehatan. Dalam kondisi ini, cuci darah menjadi prosedur yang sangat penting untuk menggantikan fungsi penyaringan yang tidak lagi bisa dilakukan oleh ginjal yang rusak.
Penyakit ginjal, baik yang kronis maupun akut, sering kali mengharuskan pasien untuk menjalani cuci darah secara rutin. Prosedur ini berfungsi sebagai pengganti tugas ginjal dalam menyaring dan mengeluarkan zat-zat berbahaya dari tubuh, sehingga membantu pasien untuk tetap hidup dan sehat. Ketika fungsi ginjal telah menurun hingga 80-90 persen, cuci darah menjadi sebuah keharusan bagi pengidap gagal ginjal untuk mencegah penumpukan racun dan menjaga kestabilan kondisi tubuh mereka.
Advertisement
Biaya Cuci Darah untuk Satu Kali Sesi
Untuk satu kali sesi cuci darah, biayanya bisa bervariasi tergantung dari kondisi pasien, rumah sakit, dan layanan yang diberikan. Namun umumnya, biaya cuci darah berkisar antara Rp800.000 hingga Rp5.000.000.
Namun hal tersebut tak perlu khawatir, sekarang BPJS Kesehatan menanggung biaya untuk prosedur ini, bagi peserta yang memenuhi syarat. Berikut ini persyaratannya, yakni:
- Peserta BPJS Kesehatan aktif yang terdaftar minimal 5 tahun.
- Peserta didiagnosis gagal ginjal kronis dengan kreatinin darah minimal 6 mg/dL.
- Peserta menjalani cuci darah di fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
Biaya untuk obat-obatan yang diperlukan selama cuci darah dan konsumabel medis, diketahui juga masuk tanggungan BPJS Kesehatan.
Cara Kerja Cuci Darah
Hemodialisis adalah prosedur cuci darah yang paling umum digunakan, di mana proses ini bekerja dengan bantuan mesin yang disebut dialisis. Proses penyaringan darah dimulai dengan mengalirkan darah melalui jarum dan tabung yang disambungkan ke lengan pasien. Darah yang telah keluar dari tubuh ini kemudian akan dialirkan ke dalam mesin dialisis untuk menjalani proses penyaringan yang lebih lanjut.
Di dalam mesin dialisis, darah diedarkan melalui filter yang disebut dialyzer, yang berfungsi untuk memindahkan limbah dan zat-zat berbahaya dari darah ke dalam larutan dialisis. Larutan ini mengandung campuran air, garam, dan zat tambahan lainnya yang membantu proses pemisahan limbah. Setelah darah melewati filter ini, zat-zat berbahaya akan dibuang, dan darah yang telah bersih akan siap untuk dialirkan kembali ke dalam tubuh pasien.
Darah yang telah disaring kemudian dialirkan kembali ke tubuh melalui jarum lain yang disematkan di lengan pasien. Selama seluruh proses ini, dokter atau petugas kesehatan akan terus memantau tekanan darah pasien untuk memastikan bahwa laju aliran darah masuk dan keluar dari tubuh tetap stabil dan aman. Pemantauan ini sangat penting untuk menyesuaikan kecepatan aliran darah, sehingga pasien dapat menjalani hemodialisis dengan aman dan efektif.
Advertisement
Risiko dan Efek Samping dari Cuci Darah
Setelah proses cuci darah selesai dilakukan, ada kemungkinan tekanan darah pasien turun menjadi rendah. Kondisi ini dapat menyebabkan berbagai gejala seperti rasa mual, pusing, atau bahkan pingsan. Meski demikian, Anda tidak perlu khawatir karena seluruh kondisi Anda akan selalu dimonitor secara ketat dan ditangani dengan segera oleh dokter atau petugas kesehatan yang berpengalaman.
Selain gejala penurunan tekanan darah, beberapa efek samping lain dari hemodialisis yang mungkin terjadi meliputi nyeri dada atau nyeri punggung, sakit kepala, kulit yang gatal, kram otot, dan sindrom kaki gelisah. Gejala-gejala ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasien, tetapi umumnya dapat dikelola dengan baik melalui perawatan medis yang tepat. Dokter akan selalu siap untuk memberikan penanganan dan solusi terbaik guna mengurangi efek samping tersebut.
Beberapa risiko dan komplikasi yang mungkin timbul selama proses cuci darah juga termasuk infeksi pada tempat suntikan, aliran darah yang buruk, atau penyumbatan yang disebabkan oleh jaringan parut atau bekuan darah. Meskipun komplikasi ini jarang terjadi, mereka tetap menjadi perhatian penting dalam perawatan hemodialisis. Tim medis yang berpengalaman akan selalu siap untuk menangani masalah-masalah ini dengan cepat dan efisien, sehingga memastikan bahwa pasien dapat menjalani cuci darah dengan aman dan efektif.