Liputan6.com, Jakarta Stunting adalah kondisi di mana pertumbuhan anak terhambat akibat kekurangan gizi dalam jangka panjang. Kondisi ini tidak hanya mempengaruhi tinggi badan anak, tetapi juga berdampak pada perkembangan kognitif, kesehatan, dan produktivitasnya di masa depan.
Stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius namun dapat dicegah dan diatasi dengan intervensi yang tepat dan perhatian berkelanjutan. Kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan keluarga sangat penting untuk memastikan setiap anak memiliki kesempatan tumbuh dan berkembang secara optimal.
Baca Juga
Sangat penting bagi orang tua dan pengasuh untuk mengenali tanda-tanda stunting sejak dini. Apa saja tanda-tanda stunting pada anak? Berikut beberapa tanda stunting yang dapat diamati sejak usia dini, seperti dilansir oleh Liputan6.com dari berbagai sumber pada Jumat (16/08/2024).
Advertisement
Tanda stunting pada anak
1. Pertumbuhan tinggi anak yang terlambat
Salah satu tanda utama stunting adalah tinggi badan anak yang lebih pendek dibandingkan dengan anak-anak seusianya. Jika anak Anda terlihat lebih pendek daripada teman-temannya atau tidak mencapai tonggak pertumbuhan yang sesuai dengan usianya, ini bisa menjadi indikasi stunting. Oleh karena itu, penting untuk melakukan pengukuran tinggi badan setiap bulan guna memantau pertumbuhannya.
2. Berat badan yang rendah
Anak yang mengalami stunting sering kali memiliki berat badan yang rendah untuk usianya. Meskipun berat badan rendah bisa disebabkan oleh berbagai faktor, jika disertai dengan tinggi badan yang terhambat, ini bisa menjadi tanda stunting.
3. Keterlambatan perkembangan motorik
Anak yang mengalami stunting mungkin juga menunjukkan keterlambatan dalam mencapai tonggak perkembangan motorik, seperti kemampuan untuk duduk, merangkak, atau berjalan. Keterlambatan ini dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
Advertisement
Tanda stunting pada anak
4. Perkembangan kognitif yang terhambat
Stunting tidak hanya berdampak pada pertumbuhan fisik, tetapi juga pada perkembangan otak. Anak yang mengalami stunting mungkin menghadapi kesulitan dalam belajar, memiliki daya ingat yang lemah, dan sulit berkonsentrasi.
5. Sering sakit
Anak yang berisiko stunting juga cenderung memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, membuat mereka lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit. Mereka mungkin sering mengalami sakit atau infeksi berulang.
6. Perubahan perilaku
Stunting bahkan bisa menyebabkan perubahan perilaku pada anak. Anak yang mengalami stunting mungkin menunjukkan tanda-tanda seperti mudah marah, lesu, atau kurang bersemangat. Perubahan ini terjadi karena kurangnya energi dan nutrisi yang dibutuhkan untuk aktivitas sehari-hari.
Deteksi dini stunting sangat penting untuk mencegah dampak jangka panjang yang serius. Orangtua dan pengasuh harus rutin memantau pertumbuhan anak, termasuk tinggi dan berat badan, serta perkembangan kognitif dan motorik mereka. Jika ada tanda-tanda stunting, segera konsultasikan dengan tenaga medis atau ahli gizi untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Selain itu, pencegahan stunting dapat dilakukan dengan memastikan anak mendapatkan asupan gizi yang cukup dan seimbang, termasuk protein, vitamin, dan mineral yang penting untuk pertumbuhan. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama, diikuti dengan makanan pendamping ASI yang bergizi, juga sangat penting dalam mencegah stunting.
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence