Sukses

Anda Mudah Panik? Kenali 7 Penyebab dan Cara Mengatasinya

Meskipun pemicunya seringkali tidak jelas atau tidak berbahaya, pengalaman serangan panik dapat membuat seseorang merasa sangat takut, kehilangan kendali, atau bahkan seperti sedang mengalami serangan jantung.

Liputan6.com, Jakarta Pernahkah kamu merasa panik dalam situasi tertentu? Perasaan ini biasanya muncul ketika seseorang mengalami ketakutan atau kecemasan yang sangat intens dan mendadak, seringkali tanpa alasan yang jelas. Serangan panik bisa berlangsung dari beberapa menit hingga setengah jam. Saat mengalami serangan panik, seseorang mungkin merasakan gejala fisik seperti detak jantung yang cepat, napas pendek, pusing, ketegangan otot, atau gemetar.

Serangan panik bisa datang secara tiba-tiba dan di mana saja. Meskipun pemicunya seringkali tidak jelas atau tidak berbahaya, pengalaman serangan panik dapat membuat seseorang merasa sangat takut, kehilangan kendali, atau bahkan seperti sedang mengalami serangan jantung.

Satu atau dua kali mungkin masih bisa dimaklumi, tetapi jika serangan panik terjadi berulang kali, hal ini bisa berdampak pada kehidupan sehari-hari seseorang. Gangguan panik dapat mempengaruhi kualitas hidup dan membuat seseorang berusaha menghindari situasi yang memicu kepanikan. Jadi, apa sebenarnya yang menyebabkan mudah panik dan bagaimana cara mengatasinya? Simak artikel ini yang telah dilansir Liputan6.com dari berbagai sumber, Sabtu (24/08/2024).

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, rasa panik adalah reaksi alami tubuh ketika menghadapi situasi yang dianggap mengancam atau sangat menekan. Umumnya, ada beberapa faktor yang dapat membuat seseorang lebih mudah panik, di antaranya:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

1. Kondisi kesehatan mental

Gangguan kecemasan seperti gangguan kecemasan umum (GAD), gangguan panik, dan fobia sosial dapat meningkatkan kerentanan seseorang terhadap serangan panik. Kondisi-kondisi ini sering kali menyebabkan kegelisahan berlebihan yang bisa memicu serangan panik.

2. Pengalaman traumatis

Pengalaman traumatis di masa lalu, seperti kecelakaan, kekerasan, atau situasi yang mengancam nyawa, dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami serangan panik. Trauma dapat meninggalkan bekas emosional yang mendalam dan mengaktifkan sistem respons fight-or-flight secara berlebihan.

3. Stres tinggi

Tingkat stres yang tinggi dalam kehidupan sehari-hari dapat menurunkan ambang batas seseorang terhadap serangan panik. Ketika tubuh berada dalam keadaan tegang dan tertekan, respons panik dapat lebih mudah dipicu.

4. Kecemasan dan ketakutan yang berlebihan

Jika seseorang memiliki kecenderungan alami untuk merasa cemas atau memiliki ketakutan berlebihan terhadap situasi tertentu, mereka mungkin lebih rentan terhadap serangan panik. Ketakutan dan kecemasan yang berkepanjangan dapat membuat tubuh lebih sensitif terhadap stres dan respons panik.

5. Faktor genetik dan lingkungan

Beberapa faktor genetik dan lingkungan diketahui dapat memengaruhi kerentanan seseorang terhadap serangan panik. Jika ada riwayat keluarga dengan gangguan kecemasan atau serangan panik, seseorang mungkin memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami serangan panik.

6. Konsumsi minuman berkafein

Ternyata, mengonsumsi minuman berkafein seperti kopi dan teh secara berlebihan juga dapat mendatangkan rasa panik.

7. Aktivitas fisik yang terlalu berat

Aktivitas fisik yang terlalu berat juga bisa menjadi pemicu serangan panik pada beberapa orang. Tubuh yang terlalu lelah dan tegang dapat memicu respons panik secara tidak terduga.

3 dari 3 halaman

Cara mengatasi perasaan mudah panik

Perasaan mudah panik bisa sangat mengganggu dan mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Berikut beberapa cara yang bisa dicoba untuk membantu mengatasi perasaan mudah panik:

1. Pahami serangan panik

Pelajari tentang serangan panik dan gejalanya. Dengan memahami apa yang terjadi pada tubuhmu selama serangan panik, kamu dapat mengurangi ketakutan dan menyadari bahwa serangan panik sebenarnya tidak berbahaya.

2. Terapkan teknik relaksasi

Latihan pernapasan dalam, meditasi, yoga, atau teknik relaksasi lainnya bisa membantu menenangkan sistem saraf dan mengurangi kecemasan. Cobalah untuk mengatur waktu setiap hari untuk berlatih teknik-teknik ini.

3. Terapi kognitif perilaku (CBT)

Konsultasikan dengan profesional kesehatan mental yang terlatih dalam terapi CBT. Terapi ini membantu mengidentifikasi pola pikir negatif dan memperkenalkan pola pikir yang lebih sehat serta strategi untuk mengatasi kecemasan dan serangan panik.

4. Jaga kesehatan fisik

Pola makan sehat, tidur yang cukup, dan olahraga teratur dapat membantu menjaga kesehatan fisik dan mengurangi stres. Hindari konsumsi kafein, alkohol, dan makanan yang bisa memicu kecemasan.

5. Kurangi stres

Temukan cara untuk mengurangi stres dalam kehidupan sehari-harimu. Misalnya, dengan mengatur waktu untuk relaksasi, melakukan hobi yang menyenangkan, atau berbicara dengan orang terdekat tentang perasaanmu.

6. Menghindari pemicu

Jika ada situasi atau hal yang memicu serangan panik, usahakan untuk menghindarinya atau lakukan langkah-langkah untuk mengurangi dampaknya. Misalnya, jika keramaian memicu serangan panik, pertimbangkan untuk menghindari tempat-tempat yang terlalu ramai.

7. Dapatkan dukungan sosial

Cari dukungan dari keluarga, teman, atau anggota komunitas yang bisa memberikan dukungan emosional dan memahami kondisimu. Berbicara tentang perasaanmu dengan orang yang kamu percaya bisa membantumu mengurangi ketakutan dan kecemasan.

8. Konsultasi dengan profesional

Jika perasaan mudah panik terus berlanjut atau mempengaruhi kehidupan sehari-harimu, penting untuk mencari bantuan profesional. Psikolog atau psikiater bisa membantu mengevaluasi kondisimu dan memberikan saran serta pengobatan yang sesuai.

Pada akhirnya, setiap orang memiliki pengalaman dan kebutuhan yang berbeda, jadi penting untuk menemukan strategi yang paling efektif bagimu. Jangan ragu untuk mencari bantuan jika kamu membutuhkannya.

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.