Sukses

Gaijin, Asal-usul Istilah Jepang untuk Orang Asing

Asal-usul istilah gaijin dan penggunaannya dari Waktu ke Waktu.

Liputan6.com, Jakarta Gaijin merupakan istilah dalam bahasa Jepang yang secara luas digunakan untuk merujuk kepada orang asing atau non-Jepang. Asal-usul kata ini dapat ditelusuri kembali ke karya-karya sastra kuno Jepang, menunjukkan perannya dalam konteks sejarah dan budaya Jepang yang lebih luas. 

Sejak kemunculannya, istilah gaijin telah mengalami perubahan makna dan penggunaan yang beragam, mencerminkan dinamika hubungan Jepang dengan dunia luar serta perubahan sosial dalam masyarakat Jepang sendiri. Penggunaan gaijin tidak hanya mencakup konotasi linguistik, tetapi juga mencerminkan pandangan serta persepsi sosial terhadap orang asing di Jepang. 

Meskipun di satu sisi istilah ini dapat dianggap netral, penggunaannya juga telah memunculkan debat tentang inklusi dan eksklusi dalam konteks budaya dan sosial Jepang. Penafsiran istilah ini dalam karya seni dan budaya populer juga menjadi bagian penting dalam memahami bagaimana konsep identitas dan perbedaan diungkapkan dan dipahami dalam masyarakat Jepang modern.

Lebih jelasnya, berikut ini telah Liputan6.com rangkum asal-usul istilah gaijin dan penggunaannya dari Waktu ke Waktu, pada Rabu (17/7).

2 dari 4 halaman

Apa Itu Gaijin?

Gaijin adalah kata dalam bahasa Jepang yang digunakan untuk menyebut orang asing dan warga negara non-Jepang di Jepang, khususnya yang berasal dari diaspora Jepang dan bukan warga negara Jepang. Kata ini terdiri dari dua karakter kanji: gai (外, "luar") dan jin (人, "orang"). Terdapat pula kata-kata yang serupa dalam komposisinya yang merujuk pada hal-hal asing seperti gaikoku (外国, "negara asing") dan gaisha (外車, "mobil asing").

Meskipun istilah ini dapat diterapkan pada semua orang asing non-warga negara dan etnis Jepang, beberapa orang non-Asia Timur mungkin memiliki terminologi khusus yang digunakan. Beberapa merasa bahwa kata ini memiliki konotasi negatif atau peyoratif, sementara lainnya berpendapat bahwa kata ini netral. "Gaikokujin" (外国人, "orang dari negara asing") adalah istilah yang lebih netral dan sedikit lebih formal yang banyak digunakan di pemerintahan Jepang dan media.

Penting dicatat bahwa gaijin tidak secara khusus merujuk pada orang asing yang juga orang kulit putih; sebagai gantinya, istilah "hakujin" (白人, "orang kulit putih") dapat dianggap sebagai jenis orang asing, dan "kokujin" (黒人, "orang kulit hitam") adalah istilah untuk setara orang kulit hitam.

3 dari 4 halaman

Etimologi dan Sejarahnya

Kata gaijin dapat ditelusuri dalam tulisan hingga abad ke-13 pada karya Heike Monogatari, yang mengacu pada orang asing dan potensi musuh. Penggunaan awal lainnya terdapat dalam Renri Hishō oleh Nijō Yoshimoto (sekitar tahun 1349), yang menyebutkan gaijin untuk merujuk pada orang Jepang yang asing atau bukan teman. Dalam teater Noh, seperti dalam drama Kurama Tengu, kata gaijin digunakan untuk menyatakan seseorang yang asing atau tidak dikenal.

Pada abad ke-16, orang Portugis menjadi orang Eropa pertama yang mengunjungi Jepang; mereka disebut "nanbanjin" ("barbar selatan"), dan perdagangan dengan mereka dikenal sebagai perdagangan Nanban. Ketika petualang Britania dan Belanda seperti William Adams tiba pada awal abad ke-17, mereka biasanya disebut sebagai "kōmōjin" ("orang berambut merah"), sebuah istilah yang mirip dengan yang digunakan dalam bahasa Hokkien Cina modern.

Pada masa pemerintahan Tokugawa, ketika Jepang terpaksa membuka diri setelah dua abad isolasi diri, orang-orang Barat umumnya disebut sebagai "ijin" ("orang berbeda"), bentuk singkat dari "ikokujin" ("orang dari negara berbeda") atau "ihōjin" ("orang dari tanah air yang berbeda").

Kata "gaikokujin" (orang asing) terdiri dari "gaikoku" (negara asing) dan "jin" (orang). Penggunaannya muncul kembali pada tahun 1838 dan semakin populer pada masa pemerintahan Meiji (1868-1912), menggantikan istilah sebelumnya seperti "ijin," "ikokujin," dan "ihōjin." Setelah Perang Dunia II, meskipun beberapa istilah lain tidak lagi digunakan, "gaikokujin" tetap menjadi istilah resmi untuk menyebut orang non-Jepang di Jepang. Beberapa berpendapat bahwa gaijin modern adalah singkatan dari "gaikokujin."

4 dari 4 halaman

Penggunaan Kata Gaijin Dulu hingga Sekarang

Istilah gaijin dan "gaikokujin" dalam praktiknya digunakan untuk merujuk pada orang asing dengan etnis non-Asia Timur di Jepang. Orang Asia Timur lainnya seperti etnis Tionghoa dan Korea yang tinggal di Jepang biasanya tidak disebut sebagai "gaijin," melainkan dengan kewarganegaraan mereka langsung. Penduduk tetap khusus dengan keturunan dari koloni perang Jepang, terutama orang Korea, dikenal sebagai "zainichi" (在日), sedangkan untuk etnis Tionghoa istilah "kakyō" (華僑) juga digunakan.

Terminologi ini kadang-kadang juga dapat diterapkan pada Wajin yang lahir dan dibesarkan di negara lain. Dalam konteks acara-acara Jepang seperti baseball dan gulat profesional, gaijin sering digunakan secara kolektif untuk merujuk pada para penampil tamu dari Barat yang sering melakukan tur di negara tersebut.

Secara umum, pembicara bahasa Jepang sering menggunakan gaijin untuk merujuk pada orang non-Jepang bahkan ketika mereka berada di luar negeri. Orang keturunan Jepang yang berasal dari negara lain (terutama di negara-negara dengan komunitas Jepang besar) juga mungkin menggunakan gaijin untuk merujuk pada non-keturunan, sebagai lawan dari "nikkei."

Meskipun banyak pembicara Jepang menggunakan istilah ini tanpa maksud negatif, beberapa menganggapnya sebagai kata yang merendahkan. Istilah "gaikokujin" yang lebih netral dan formal sering digunakan sebagai alternatif untuk merujuk pada orang non-Jepang. Beberapa peneliti juga menyoroti bahwa istilah ini kontroversial dan kini dihindari oleh sebagian besar penyiar televisi Jepang.

Di Barat, istilah gaijin sering muncul dalam literatur dan budaya populer. Istilah ini menjadi judul beberapa novel dan film, serta digunakan dalam karya seni seperti animasi dan lagu-lagu.

Penekanan istilah ini pada eksklusivitas sikap Jepang telah menimbulkan konotasi yang merendahkan, yang banyak orang Barat tidak sukai.