Sukses

Menengok Kembali Hasil Survei Pilkada DKI 2017, Apakah Sesuai dengan Real Count?

Hasil survei Pilkada DKI 2017 dari beberapa lembaga mengindikasikan bahwa tidak ada satu pun kandidat yang mampu meraih 50 persen plus satu suara untuk menang dalam satu putaran.

Liputan6.com, Jakarta Menjelang hari pemilihan kepala daerah, perhatian publik kerap terpusat pada hasil survei yang dirilis oleh berbagai lembaga riset opini publik. Survei-survei ini seringkali menjadi tolok ukur dan bahan prediksi mengenai hasil akhir dari pemilihan tersebut, termasuk hasil survei Pilkada DKI 2017. 

Dalam minggu-minggu terakhir sebelum hari pencoblosan, sejumlah lembaga survei merilis hasil survei terbaru yang menunjukkan adanya perubahan dalam angka elektabilitas pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta. Hasil survei Pilkada DKI 2017 dari beberapa lembaga mengindikasikan bahwa tidak ada satu pun kandidat yang mampu meraih 50 persen plus satu suara untuk menang dalam satu putaran. Hal ini mengarah pada prediksi bahwa Pilkada DKI 2017 akan berlangsung dalam dua putaran.

Dengan merujuk pada hasil survei Pilkada DKI 2017 dari beberapa lembaga, dapat disimpulkan bahwa Pilkada DKI 2017 penuh dengan dinamika dan ketidakpastian hingga detik-detik terakhir sebelum pencoblosan. Survei-survei ini tidak hanya membantu memetakan kekuatan masing-masing pasangan calon, tetapi juga menjadi alat penting dalam mengantisipasi hasil akhir pemilihan yang sangat dinantikan. Berikut ulasan lebih lanjut tentang hasil survei Pilkada DKI 2017 yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (17/7/2024).

2 dari 5 halaman

1. Indikator Politik

Lembaga survei yang dipimpin oleh Burhanuddin Muhtadi ini mengadakan survei pada 2-8 Februari 2017 dengan metode tatap muka terhadap 621 responden di seluruh wilayah DKI Jakarta. Hasil survei menunjukkan pasangan Ahok-Djarot unggul dengan perolehan 39 persen, meningkat sedikit dari survei sebelumnya yang menunjukkan 38,2 persen. 

Elektabilitas pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno meningkat drastis dari 23,8 persen pada Januari 2017 menjadi 35,4 persen pada survei terbaru. Sebaliknya, pasangan Agus-Sylvi mengalami penurunan elektabilitas dari 23,6 persen menjadi 19,4 persen.

Menurut Burhanuddin, meskipun Ahok-Djarot unggul, kenaikan elektabilitas mereka tidak signifikan dibandingkan dengan peningkatan elektabilitas Anies-Sandi. Burhanuddin juga memperkirakan bahwa pasangan Agus-Sylvi bisa tersingkir dari putaran pertama jika mereka tidak mampu mengubah keadaan menjelang hari pencoblosan.

2. Manilka Research and Consulting

Hasil survei Manilka Research and Consulting, yang dilakukan pada 31 Januari - 4 Februari 2017, menunjukkan hasil yang berbeda. Dalam survei ini, pasangan Agus-Sylvi justru berada di posisi teratas dengan elektabilitas sebesar 38,61 persen. 

Pasangan Anies-Sandi menempati posisi kedua dengan 25,25 persen, sedangkan Ahok-Djarot berada di posisi ketiga dengan 21,70 persen. Masih terdapat 12,13 persen responden yang belum menentukan pilihan dan 2,31 persen responden yang menyatakan tidak akan memilih.

Survei ini dilakukan melalui wawancara tatap muka dengan 1.212 responden yang dipilih menggunakan metode acak bertingkat (multistage random sampling) dan margin of error sebesar plus minus 2,83 persen. Direktur Manilka, Dani Akhyar, berpendapat bahwa 90 persen pemilih kemungkinan tidak akan mengubah pilihannya hingga hari pencoblosan, meskipun peta suara masih bisa berubah karena adanya 12,13 persen pemilih yang belum menentukan pilihan.

3 dari 5 halaman

3. Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA

Survei yang dilakukan LSI Denny JA pada 8-9 Februari 2017 menunjukkan hasil yang kompetitif di antara ketiga pasangan calon. Pasangan Agus-Sylvi berada di posisi pertama dengan elektabilitas 30,9 persen, diikuti oleh Ahok-Djarot dengan 30,7 persen, dan Anies-Sandi dengan 29,9 persen.

Peneliti LSI, Ardian Sopa, mencatat bahwa tren penurunan perolehan suara terjadi pada semua pasangan calon. Beberapa penyebab penurunan ini antara lain adalah isu-isu kontroversial yang melibatkan para calon, seperti kasus dana pramuka yang melibatkan Sylvi, pernyataan Ahok terhadap Ketua Majelis Ulama Indonesia Ma'ruf Amin, dan pandangan terhadap Anies sebagai penganut Syiah.

Ardian juga menyoroti bahwa selisih perolehan suara antara ketiga pasangan calon sangat tipis, menunjukkan bahwa belum ada pasangan yang pasti akan melaju ke putaran kedua. Survei ini melibatkan 1.200 responden dan dilakukan dengan metode multistage random sampling, dengan margin of error sebesar plus minus 2,9 persen.

4 dari 5 halaman

Hasil Pilgub DKI 2017 Putaran Pertama

Pada Pilkada DKI Jakarta 2017 putaran pertama, Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta menetapkan dua pasangan calon gubernur dan wakil gubernur untuk melanjutkan ke putaran kedua. Keputusan ini tertuang dalam surat keputusan KPU DKI Jakarta nomor 48/KPTS/KPU Prov 010/2017 mengenai Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara dan Hasil Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta 2017.

Berdasarkan hasil rekapitulasi suara, dua pasangan yang lolos ke putaran kedua adalah, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat dengan perolehan 2.364.577 suara atau 42,99 persen. Serta, Anies Rasyid Baswedan dan Sandiaga Salahudin Uno dengan perolehan 2.197.333 suara atau 39,95 persen. Pasangan Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni mendapatkan 937.955 suara atau 17,07 persen, sehingga tidak melanjutkan ke putaran kedua.

Dalam rapat pleno KPU di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, pada 4 Maret 2017, Komisioner KPU DKI Jakarta Betty Epsilon Idroos menyatakan bahwa tidak ada pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang memperoleh suara lebih dari 50 persen pada putaran pertama. Hal ini menjadi syarat bagi pasangan calon untuk dapat ditetapkan sebagai gubernur dan wakil gubernur terpilih sebagaimana diatur dalam UU 29/2007 tentang Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta sebagai ibu kota negara.

5 dari 5 halaman

Hasil Pilgub DKI 2017 Putaran Kedua

Pada putaran kedua Pilkada DKI Jakarta 2017, Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta telah menyelesaikan rapat pleno terbuka untuk rekapitulasi penghitungan suara tingkat provinsi. Hasil rekapitulasi ini mengonfirmasi keunggulan pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno (nomor urut 3) atas pasangan Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat (nomor urut 2), sesuai dengan hasil hitung cepat sebelumnya.

Menurut Ketua KPU DKI Jakarta, Sumarno, pasangan Anies-Sandi memperoleh 3.240.987 suara atau 57,96 persen dari total suara sah. Sementara pasangan Ahok-Djarot memperoleh 2.350.366 suara atau 42,04 persen. Jumlah total surat suara yang sah adalah 5.591.353, dengan tambahan 58.705 suara tidak sah, sehingga total suara menjadi 5.649.428.

Total pemilih yang terdaftar di Pilgub DKI Jakarta adalah 7.218.280, dengan jumlah pemilih yang menggunakan hak pilihnya sebanyak 5.532.436, termasuk 111.286 pemilih tambahan.

Â