Liputan6.com, Jakarta - Memahami Sodium Dehydroacetate apakah berbahaya menjadi penting bagi masyarakat di tengah maraknya penggunaan bahan pengawet dalam produk sehari-hari. Bahan ini umumnya digunakan sebagai pengawet dalam makanan dan kosmetik.
Namun, keamanannya masih sering dipertanyakan oleh konsumen yang semakin kritis terhadap kandungan produk yang mereka gunakan.
Advertisement
Baca Juga
Kekhawatiran publik meningkat setelah beredar kabar pada Juli 2024 bahwa sebuah merek roti ternama di Indonesia diduga menggunakan Sodium Dehydroacetate dalam produknya.
Pertanyaan Sodium Dehydroacetate apakah berbahaya, perlu dijawab dengan merujuk pada penelitian ilmiah yang ada. Melansir dari Sage Journals, berdasarkan data klinis dan studi pada hewan, Sodium Dehydroacetate dan Dehydroacetic Acid dinyatakan aman sebagai bahan kosmetik dalam praktik penggunaan dan konsentrasi saat ini.
Meski demikian, penggunaannya dalam produk makanan masih memerlukan kajian lebih lanjut untuk memastikan keamanannya bagi konsumsi jangka panjang.
Berikut Liputan6.com ulas penjelasan lengkap tentang Sodium Dehydroacetate apakah berbahaya utamanya pada kosmetik dan makanan, Minggu (21/7/2024).
Sodium Dehydroacetate Apakah Berbahaya?
Pertanyaan Sodium Dehydroacetate apakah berbahaya, menjadi topik yang hangat diperbincangkan di kalangan masyarakat, terutama setelah munculnya isu penggunaan bahan ini dalam produk roti di Indonesia. Sodium Dehydroacetate adalah garam natrium dari asam dehidroasetat yang umumnya digunakan sebagai pengawet dalam berbagai produk.
Melansir dari Fengchen Group, bahan ini memiliki sifat larut dalam air, propilen glikol, dan gliserin, serta tahan terhadap cahaya dan panas. Karakteristik ini membuatnya menjadi pilihan populer sebagai pengawet dalam industri makanan dan kosmetik.
Penggunaan Sodium Dehydroacetate dalam kosmetik telah melalui berbagai penelitian keamanan. Mengutip dari Cosmetic Ingredient Review, sebuah penilaian keamanan yang dipublikasikan pada tahun 1985 menyimpulkan bahwa Sodium Dehydroacetate dan Dehydroacetic Acid aman digunakan sebagai bahan kosmetik dalam praktik penggunaan dan konsentrasi saat itu. Namun, penting untuk dicatat bahwa penelitian ini berfokus pada penggunaan dalam kosmetik, bukan dalam makanan.
Sodium Dehydroacetate apakah berbahaya jika digunakan dalam pembuatan roti?
Pertanyaan ini memerlukan kajian lebih lanjut karena sebagian besar penelitian yang ada berfokus pada penggunaannya dalam kosmetik. Melansir dari Science Direct, asam organik termasuk asam dehidroasetat dan garam natriumnya umumnya digunakan sebagai pengawet makanan pada tingkat antara 0,5 dan 6,5%. Bahan ini berfungsi untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme seperti jamur dan bakteri, sehingga dapat memperpanjang masa simpan produk.
Meskipun demikian, keamanan penggunaannya dalam makanan masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan tidak ada efek jangka panjang yang merugikan.
Menjawab pertanyaan Sodium Dehydroacetate apakah berbahaya, penting untuk memahami bahwa tingkat keamanan suatu bahan sering kali bergantung pada dosis dan cara penggunaannya. Melansir dari Australian Industrial Chemicals Introduction Scheme, Sodium Dehydroacetate terdaftar sebagai aman untuk digunakan dalam kosmetik hingga konsentrasi maksimum 0,6% sebagai asam dehidroasetat.
Informasi tersebut memberikan gambaran tentang batas aman penggunaan dalam produk yang kontak dengan kulit, namun belum tentu dapat diaplikasikan langsung pada produk yang dikonsumsi secara oral.
Â
Advertisement
Takaran Aman Sodium Dehydroacetate
Memahami takaran aman Sodium Dehydroacetate menjadi kunci dalam penggunaannya yang bertanggung jawab, baik dalam kosmetik maupun makanan. Melansir dari Australian Industrial Chemicals Introduction Scheme, batas maksimum yang dianggap aman untuk penggunaan Sodium Dehydroacetate dalam kosmetik adalah 0,6% sebagai asam dehidroasetat.
Konsumen yang ingin memastikan keamanan produk kosmetik yang mereka gunakan dapat memeriksa daftar ingredien dan memastikan bahwa Sodium Dehydroacetate tidak tercantum sebagai salah satu bahan utama.
Takaran aman Sodium Dehydroacetate dalam makanan, sayangnya, belum memiliki standar yang jelas seperti dalam kosmetik. Melansir dari Science Direct, asam organik termasuk asam dehidroasetat dan garam natriumnya umumnya digunakan sebagai pengawet makanan pada tingkat antara 0,5 dan 6,5% sebagaimana sudah dijelaskan sebelumnya.
Namun, perlu dicatat bahwa rentang ini mencakup berbagai jenis pengawet dan tidak spesifik untuk Sodium Dehydroacetate. Ketiadaan standar yang jelas ini menekankan pentingnya penelitian lebih lanjut tentang keamanan penggunaan Sodium Dehydroacetate dalam produk makanan.
Cara Cek Sodium Dehydroacetate pada Makanan
Mengenali makanan dengan campuran Sodium Dehydroacetate yang tidak aman dapat menjadi tantangan bagi konsumen.
- Langkah pertama adalah selalu memeriksa label ingredien pada produk makanan.
- Jika Sodium Dehydroacetate tercantum sebagai salah satu bahan, perhatikan posisinya dalam daftar.
- Bahan-bahan biasanya dicantumkan berdasarkan jumlahnya, dari yang terbanyak ke yang paling sedikit.
- Jika Sodium Dehydroacetate berada di antara bahan-bahan utama, ini mungkin mengindikasikan konsentrasi yang lebih tinggi.
Takaran aman Sodium Dehydroacetate juga dapat bervariasi tergantung pada jenis produk dan frekuensi konsumsi. Produk yang dikonsumsi sehari-hari, seperti roti, mungkin perlu memiliki standar yang lebih ketat dibandingkan dengan produk yang dikonsumsi sesekali. Konsumen disarankan untuk tidak terlalu bergantung pada satu jenis produk olahan.
Mengingat penelitian tentang takaran aman Sodium Dehydroacetate dalam makanan masih terbatas, penting bagi konsumen untuk tetap waspada dan mengikuti perkembangan informasi dari badan regulasi seperti BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan). Jika muncul gejala yang tidak biasa setelah mengonsumsi produk yang mengandung Sodium Dehydroacetate, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter.
Bahaya Bahan Pengawet pada Makanan
Ini bahaya bahan pengawet pada makanan:
1. Gangguan Sistem Pencernaan
Bahaya bahan pengawet pada makanan yang paling umum adalah gangguan sistem pencernaan. Beberapa pengawet dapat mengiritasi lapisan usus, menyebabkan mual, muntah, atau diare. Efek ini dapat lebih parah pada individu dengan sistem pencernaan yang sensitif atau kondisi kesehatan tertentu.
Untuk menghindarinya, konsumsi makanan segar dan olahan rumah sebisa mungkin. Jika mengonsumsi makanan olahan, pilih produk dengan label "bebas pengawet" atau "pengawet alami".
2. Reaksi Alergi
Beberapa individu mungkin mengalami reaksi alergi terhadap bahan pengawet tertentu. Gejala dapat berkisar dari ruam kulit ringan hingga kesulitan bernapas dalam kasus yang parah. Bahaya bahan pengawet pada makanan ini dapat sangat serius bagi mereka yang memiliki alergi atau sensitivitas tertentu.
Untuk mengurangi risiko, selalu baca label ingredien dengan seksama dan waspadai bahan-bahan yang mungkin memicu alergi pada Anda. Jika memiliki riwayat alergi, berkonsultasilah dengan dokter sebelum mengonsumsi makanan olahan baru.
3. Peningkatan Risiko
Kanker Beberapa penelitian menunjukkan bahwa paparan jangka panjang terhadap bahan pengawet tertentu dapat meningkatkan risiko kanker. Meskipun hubungan ini masih diperdebatkan, prinsip kehati-hatian tetap penting. Bahaya bahan pengawet pada makanan dalam konteks ini mungkin tidak terlihat segera, tetapi dapat memiliki dampak jangka panjang yang serius.
Untuk mengurangi risiko, batasi konsumsi makanan olahan yang tinggi pengawet dan perbanyak konsumsi buah dan sayur segar yang kaya antioksidan.
4. Gangguan Hormon
Bahaya bahan pengawet pada makanan juga mencakup potensi gangguan sistem endokrin. Beberapa pengawet telah dikaitkan dengan gangguan keseimbangan hormon dalam tubuh, yang dapat mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi reproduksi.
Efek ini dapat lebih signifikan pada anak-anak dan remaja yang masih dalam masa pertumbuhan. Untuk meminimalkan risiko ini, pilih makanan organik atau produk dengan label "bebas bahan kimia". Selain itu, konsumsi makanan yang kaya serat dan nutrisi untuk mendukung kesehatan sistem endokrin.
5. Resistensi Antibiotik
Penggunaan pengawet antibakterial dalam makanan dapat berkontribusi pada perkembangan bakteri yang resisten terhadap antibiotik. Bahaya bahan pengawet pada makanan ini memiliki implikasi yang lebih luas terhadap kesehatan masyarakat.
Hal ini dapat menimbulkan masalah kesehatan yang lebih serius di masa depan, di mana antibiotik mungkin menjadi kurang efektif dalam melawan infeksi. Untuk mengatasi masalah ini, dukunglah praktik pertanian dan produksi makanan yang bertanggung jawab. Pilih produk organik atau yang menggunakan metode pengawetan alami seperti fermentasi.
Â
Advertisement